Liputan6.com, Jakarta Hari Keluarga Nasional (Harganas) diperingati setiap tanggal 29 Juni. Pada tahun ini Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengingatkan berbagai pihak untuk menggalang komitmen guna mencegah stunting atau kekurangan gizi kronis yang berdampak bukan cuma pada fisik tapi juga kecerdasan anak.
“Mari menjamin generasi yang berkualitas menuju Indonesia Emas 2045. Sehat keluargaku, sejahtera bangsaku. Selamat Hari Keluarga Nasional ke-29 tahun 2022. Cegah stunting, itu penting,” kata Budi.
Advertisement
Budi mengatakan bahwa keluarga sebagai sebuah unit terkecil memiliki peran penting dalam melahirkan putra putri berkualitas. Maka upaya-upaya pencegahan stunting terpenting dilakukan oleh keluarga.
"Keluarga bertanggung jawab pada hak anak, pengasuhan anak agar dapat cegah stunting di semua fase kehidupan," kata Budi dalam akun YouTube BKKBN.
Guna meningkatkan kualitas kesehatan bagi ibu dan anak, keluarga harus cermat dalam mempersiapkan kesehatan calon ibu yang ingin hamil. Selain itu, keluarga dapat memastikan agar semua remaja putri dan ibu hamil aktif meminum tablet tambah darah (TTD).
Budi menyarankan agar keluarga secara teratur menemani ibu pergi memeriksakan kehamilan minimal enam kali. Dua di antaranya harus diperiksa oleh dokter. Ibu hamil juga perlu termasuk memastikan asupan protein hewani selama mengandung. Lalu, saat lahir seorang anak juga perlu mendapatkan asupan protein hewani guna mencegah stunting.
Imunisasi dan Cek Tumbuh Kembang
Sedangkan bagi usia enam bulan, ASI eksklusif harus terus diberikan. Ibu diharapkan terus menyusui sampai anak berusia dua tahun.
Pemeriksaan balita ke Posyandu setiap bulan juga sangat penting agar pertumbuhan dan perkembangannya terpantau dengan baik.
Selain pemberian gizi untuk mencegah stunting, imunisasi juga mendorong keberhasilan pencegahan dan penanggulangan stunting.
Advertisement
Cegah Stunting dengan Kerja Sama Banyak Pihak
Peran aktif masyarakat diperlukan guna mengatasi masalah stunting atau kekerdilan. Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo di kesempatan berbeda.
Seperti pandemi COVID-19, stunting pun perlu penanganan yang melibatkan banyak pihak dengan konsep pentahelix.
"Upaya percepatan penurunan prevalensi kekerdilan atau stunting membutuhkan peran banyak pihak dengan konsep pentahelix,' ujar Hasto.
Unsur yang terlibat dalam penanganan pentahelix untuk stunting kata Hasto yakni mulai dari pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, dunia usaha hingga media.
"Masyarakat juga ikut berperan penting, karena kesadaran dan pemahaman masyarakat merupakan kunci utama dalam upaya mencegah dan mengatasi stunting," kata Hasto mengutip Antara.
Hasto mengingatkan, makanan bergizi seimbang bisa didapat dari berbagai bahan pangan lokal yang tersedia.
"Tentunya bahan pangan yang bergizi dan terjangkau dengan cita rasa yang sesuai dengan selera keluarga-keluarga Indonesia," kata Hasto.
Pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir hingga usia enam bulan juga disampaikannya.
Kasus Stunting di RI Tinggi
Berdasarkan data survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi angka stunting nasional masih ada di angka 24,4 persen. Dari jumlah tersebut maka masih ada sekitar 6 juta anak yang mengalami gangguan pertumbuhan.
Pemerintah pun menargetkan angka stunting nasional bisa terus turun. Dalam peta jalan yang telah dibuat, pemerintah ingin menurunkan prevalensi stunting nasional pada 2024 menjadi 14 persen.
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden Suprayoga Hadi menjelaskan, untuk menurunkan angka stunting nasional, pemerintah telah mengelompokkan 12 provinsi yang akan menjadi prioritas dalam menurunkan angka stunting pada anak.
"Ada 12 provinsi khusus dalam percepatan penanganan stunting pada anak," kata Suprayoga Hadi dalam Pembukaan Kegiatan Sosialisasi Arah Kebijakan DAK Stunting Tahun Anggaran 2023, Jakarta, Selasa (14/6/2022).
Advertisement