Liputan6.com, Jakarta - Petugas pemadam kebakaran pada hari Selasa (28 Juni) menggeledah puing-puing sebuah pusat perbelanjaan Ukraina di mana pihak berwenang mengatakan 36 orang hilang setelah serangan rudal Rusia yang menewaskan sedikitnya 18 orang, ketika seorang gubernur regional melaporkan "serangan musuh" lainnya lebih jauh ke timur.
Serangan di pusat kota Kremenchuk dan serangan yang dilaporkan di wilayah Dnipropetrovsk jauh dari garis depan. Serangan mal itu memicu gelombang kecaman global, dengan Emmanuel Macron dari Prancis menyebutnya sebagai "kejahatan perang". Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Rabu (29/6/2022).
Advertisement
Ukraina mengatakan Moskow telah membunuh warga sipil dengan sengaja di Kremenchuk. Rusia mengatakan telah menyerang depot senjata terdekat dan secara keliru mengklaim bahwa mal itu kosong.
Gubernur Dnipropetrovsk mengatakan petugas penyelamat sedang mencari orang-orang di bawah reruntuhan di kota utama kawasan itu, Dnipro.
Pejabat itu, Valentyn Reznychenko, mengatakan Rusia menembakkan enam rudal, tiga di antaranya ditembak jatuh. Infrastruktur perkeretaapian dan sebuah perusahaan industri telah dihancurkan dan sebuah perusahaan jasa dibakar.
"Serangan massal musuh di wilayah Dnipropetrovsk. Enam misil!!!" tulisnya di aplikasi Telegram.
Reuters tidak dapat memverifikasi akun gubernur secara independen. Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera membalas email permintaan komentar.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Duka Keluarga
Kerabat yang kehilangan keluaganya di Kremenchuk berbaris di sebuah hotel di seberang jalan dari reruntuhan pusat perbelanjaan, di mana petugas penyelamat telah mendirikan sebuah pangkalan. Orang dewasa dan anak-anak, beberapa menangis, menyalakan lilin dan meletakkan bunga sebagai penghormatan kepada korban tewas.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia sengaja menargetkan warga sipil dalam "salah satu serangan teroris paling menantang dalam sejarah Eropa".
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan misilnya mengenai gudang senjata terdekat yang menyimpan senjata Barat, yang meledak, menyebabkan kobaran api yang menyebar ke mal terdekat.
Kyiv mengatakan tidak ada sasaran militer di daerah itu.
"Tujuan Rusia adalah agar sebanyak mungkin orang Ukraina menutup mata mereka selamanya, agar sisanya berhenti melawan dan tunduk pada perbudakan," kata Andriy Yermak, kepala staf kepresidenan Ukraina di Twitter.
Rusia menggambarkan pusat perbelanjaan itu tidak terpakai dan kosong. Namun hal itu dibantah oleh kerabat korban tewas dan hilang, serta puluhan korban selamat yang terluka seperti Ludmyla Mykhailets (43) yang sedang berbelanja di sana bersama suaminya ketika ledakan itu terjadi.
"Saya terbang dengan kepala lebih dulu dan serpihan menghantam tubuh saya. Seluruh tempat runtuh," katanya di rumah sakit tempat dia dirawat.
Advertisement
Dikecam
Para pemimpin G7 mengatakan serangan itu "keji".
Presiden Rusia Vladimir Putin dan mereka yang bertanggung jawab akan dimintai pertanggungjawaban, kata mereka dalam sebuah pernyataan.
Rusia membantah sengaja menargetkan warga sipil dalam "operasi militer khusus" yang telah menghancurkan kota-kota Ukraina, menewaskan ribuan orang dan mengusir jutaan orang dari rumah mereka.
Ukraina mengalami hari yang berat lagi di medan perang di wilayah Donbas timur menyusul hilangnya kota Sievierodonetsk minggu lalu.
Pasukan Rusia sekarang mencoba menyerbu Lysychansk, di seberang Sungai Siverskyi Donets dari Sievierodonetsk, untuk menyelesaikan penangkapan mereka atas Luhansk, salah satu dari dua provinsi timur yang ingin ditaklukkan Moskow atas nama proksi separatis.