Liputan6.com, Jakarta Pihak berwenang Korea Selatan mengumumkan bahwa vaksin COVID-19 pertama yang dikembangkan di dalam negeri telah mendapat persetujuan untuk penggunaan masyarakat umum.
Vaksin yang diproduksi oleh SK bioscience disetujui setelah data klinis menunjukkan hasil positif seperti dilaporkan CNA pada Rabu 29 Juni.
Advertisement
Vaksin yang dinamai SKYCovione disahkan untuk rejimen dua dosis pada orang berusia 18 tahun atau lebih, dengan suntikan diberikan empat minggu terpisah, menurut Kementerian Keamanan Makanan dan Obat-obatan Korea Selatan.
Dalam uji klinis fase III terhadap 4.037 orang dewasa, SKYCovione menginduksi respons antibodi penetralisir terhadap strain induk SARS-CoV-2, kata bioscience SK dalam sebuah pernyataan.
Meski begitu, masih belum diketahui seberapa efektif vaksin tersebut melawan Omicron dan varian COVID-19 lainnya.
Vaksin ini dikembangkan bersama oleh Institut Desain Protein Universitas Washington, dengan dukungan dari pembuat obat global GlaxoSmithKline (GSK).
SK bioscience mengatakan akan mencari otorisasi untuk distribusi SKYCovione di negara lain dan melalui fasilitas berbagi vaksin global COVAX, dan untuk daftar penggunaan darurat di Organisasi Kesehatan Dunia.
Pihak berwenang Korea Selatan telah menyetujui kesepakatan 200 miliar won (USD 155 juta) untuk membeli 10 juta dosis vaksin, yang dapat disimpan dalam kondisi pendinginan normal. Sebelumnya, mereka memperkirakan itu akan diluncurkan tahun ini.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Untuk Booster dan Anak
SK bioscience sekarang sedang mencari kemungkinan penggunaannya untuk suntikan booster, dan merencanakan uji coba untuk remaja dan anak-anak.
Hampir 87 persen dari 52 juta penduduk Korea Selatan telah divaksinasi lengkap, dengan 65 persen juga mendapat suntikan booster, menurut data Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.
Seperti Korea Selatan, Indonesia juga tengah mengembangkan vaksin dalam negeri yang disebut vaksin Merah Putih.
Ketua Peneliti Vaksin Merah Putih Unair Fedik Abdul Rantam menjelaskan, Vaksin Merah Putih yang saat ini memasuki uji klinik fase 3 diyakini tetap ampuh melawan subvarian Omicron. Terlebih, penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 masih mengancam Indonesia.
"Jadi, vaksin ini punya empat macam protein imunogenik, tidak hanya satu macam protein seperti vaksin yang lain. Pada protein tersebut mempunyai sifat netralisasi yang biasa teramati saat dilakukan uji reaktivitas," jelas Fedik saat acara Kick Off Uji Klinik Fase 3 Vaksin Merah Putih di Aula FK Kampus A Unair, Surabaya, Jawa Timur pada Senin, 27 Juni 2022.
"Ingat, virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19 kemungkinan bisa menjadi 3.084 varian, banyak sekali pastinya. Oleh karena itu, menurut kami, vaksin tersebut mempunyai sifat imunogenitas yang tinggi karena ada empat macam protein tadi yang berdasarkan uji reaktivitas."
Advertisement
Mempunyai Netralisasi Tinggi
Selanjutnya, dari hasil uji in vivo -- pengujian pada makhluk hidup (hewan) -- diketahui Vaksin Merah Putih Unair-Biotis mempunyai netralisasi tinggi tatkala dilakukan pengujian terhadap beberapa varian Virus Corona, termasuk Omicron.
"Memang adanya mutasi ini menjadi tantangan kami dalam mengevaluasi seed (bibit) dari vaksin tersebut. Tetapi seperti apa yang kita harapkan, kemampuan netralisasinya tetap berada di atas 80 persen," terang Fedik.
"Virus Sars-CoV-2 mempunyai reseptor beberapa macam ketika menginfeksi saraf. Ada juga membran protein dari vaksin yang kami kembangkan punya kemampuan netralisasi."
Fedik Abdul Rantam menambahkan, Vaksin Merah Putih Unair-Biotis yang berkategori inactivated virus mempunyai kemampuan sangat baik dalam hal netralisasi varian Virus Corona. Walau begitu, tim peneliti harus mencari ketika kondisi virus Sars-CoV-2 stabil.
"Vaksin ini terbilang punya kemampuan baik. Ya, memang dalam produksinya memerlukan dana yang luar biasa dan perlu waktu karena harus mencari di mana virus tersebut stabil secara genetik dan proteinnya," tambahnya.
"Itulah sebenarnya, mengapa vaksin dari inactivated virus ini merupakan karya anak bangsa yang luar biasa dan kemampuan netralisir yang baik."
Masuk Uji Klinis Fase 3
Vaksin Merah Putih Unair-Biotis saat ini masuk uji klinik fase 3. Mekanisme uji klinik ini subjek yang telah diverifikasi datang untuk diperiksa dahulu. Kemudian diinjeksi dengan vaksin.
"Lalu akan dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Jika lolos pada hari yang sama diberikan injeksi pertama ya tentunya sesudah kami mendapat persetujuan yang bersangkutan," kata Peneliti Utama Uji Klinik Vaksin Merah Putih Unair-Biotis, Dominicus Husada.
"Subjek akan datang dan diberikan injeksi kedua. Mereka akan datang sebulan lagi untuk injeksi kedua. Setelah itu akan datang lagi sebulan untuk pengamatan injeksinya."
Vaksin Merah Putih merupakan vaksin COVID-19 dengan platform inactivated virus, hasil kerja sama UNAIR dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia.
Vaksin ini merupakan karya murni dari peneliti dan industri farmasi di Indonesia yang dikembangkan dari hulu atau awal tahapan pengembangan vaksin baru dengan menggunakan Virus SARS-CoV-2 yang diisolasi dari pasien COVID-19 di Surabaya.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia Penny K. Lukito menyampaikan apresiasi terhadap langkah yang dilakukan oleh Unair dan PT Biotis serta Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo di Surabaya sebagai center pelaksanaan uji klinik.
“Ini merupakan salah satu contoh implementasi kolaborasi triplehelix. Di mana akademisi (UNAIR) mengembangkan vaksin, pelaku usaha (PT Biotis) melakukan produksi skala masal, dan pemerintah (antara lain BPON dan Kementerian Kesehatan) mendukung pengembangan vaksin ini melalui pendampingan selama proses pengembangannya," ujarnya.
Advertisement