Kekerasan Perempuan dan Anak di Banyuwangi Meningkat, Apa Sebabnya?

Menanggapi adanya dugaan tindak asusila yang menimpa sejumlah santri ponpes di Banyuwangi, pihaknya pun telah mengambil tindakan. Dinas melakukan pendampingan kepada para korban.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 01 Jul 2022, 05:08 WIB
Ilustrasi kekerasan perempuan dan anak (Istimewa)

 

Liputan6.com, Banyuwangi - Kasus kekerasan perempuan dan anak di Banyuwangi terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2020 tercatat ada 65 kasus, di 2021 meningkat 98 kasus. Pada 2022 hingga Juni sudah ada lebih dari 20 kasus kekerasan perempuan anak.

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinsos PPKB Banyuwangi Sugeng Fajar Harianto mengatakan, kasus yang terjadi terdiri berbagai ragam jenis kejahatan. Seperti KDRT, pemerkosaan, pelecehan seksual dan penelantaran.

Menurut dia, kasus kekerasan perempuan dan anak seperti halnya fenomena gunung es. Artinya yang terlihat hanya sedikit, namun yang tidak terlihat bisa jadi lebih banyak.

"Kasus semacam ini seperti halnya fenomena gunung es. Ini memang perlu menjadi atensi bersama," kata Fajar, Kamis (30/6/2022).

Menanggapi adanya dugaan tindak asusila yang menimpa sejumlah santri ponpes di Banyuwangi, pihaknya pun telah mengambil tindakan. Dinas melakukan pendampingan kepada para korban.

"Secara psikologis kita dampingi, kita pemeriksaan kesehatannya, bila sampai mengalami gangguan patologis kita siapkan psikiater, dan juga kita dampingi proses hukum dipersidangan sampai selesai," ujarnya.


Dampingi Korban

Sejauh ini sudah ada 6 korban yang masih berusia di bawah umur yang didampingi. Semuanya adalah pelapor dari tindak perkosaan yang diduga dilakukan pengasuh ponpes berinsial FZ.

"Tidak menutup kemungkinan korban dalam kasus ini akan bertambah, kita siap mendampingi juga," pungkasnya.

 

Infografis Bocah Pemerkosa Anak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya