Liputan6.com, Carinthia - Pihak berwenang di Austria telah mengumumkan keadaan darurat sipil setelah tanah longsor memutuskan beberapa desa dari layanan penyelamatan, sementara setidaknya satu orang tewas setelah hujan lebat menyebabkan banjir di negara bagian Carinthia di selatan.
Penduduk Desa Treffen dan Arriach diberitahu untuk menyelamatkan diri di tingkat atas rumah mereka, menurut penyiar publik ORF seperti dikutip dari Euro News, Kamis (30/6/2022).
Advertisement
Beberapa orang bahkan harus diterbangkan ke tempat yang aman dengan helikopter, sementara tubuh seorang pria berusia 82 tahun ditemukan di sungai yang meluap pada Rabu 29 Juni sore.
Wali Kota Treffen Gerald Ebner mengatakan 20 rumah dan peternakan tidak dapat dijangkau oleh tim penyelamat.
Seorang pengemudi mobil yang sebelumnya dilaporkan hilang "berhasil mencapai tempat yang aman," kata pihak berwenang.
Dipicu Badai
Badai pada Selasa malam membawa angin kencang dan hujan lebat ke wilayah tersebut dan pihak berwenang memperingatkan bahwa ada ancaman besar tanah longsor lebih lanjut.
Layanan darurat, penduduk, dan banyak sukarelawan sibuk membersihkan lumpur dari bangunan di wilayah yang terkena dampak.
Presiden Austria Alexander van der Bellen berterima kasih kepada tim penyelamat di Twitter dan menggambarkan kehancuran di Carinthia sebagai "dramatis".
Peningkatan kejadian ekstrem di Eropa, menurut para ilmuwan, merupakan konsekuensi langsung dari pemanasan global.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kondisi Hancur, Sinyal Telepon Buruk
Markus Mueller dari pemadam kebakaran sukarelawan Arriach mengatakan kepada penyiar ORF bahwa jalan utama yang melewati lembah Gegendtal ke Arriach juga rusak parah.
"Itu benar-benar hancur di beberapa tempat," kata Mueller seperti dikutip dari Associated Press.
Mueller menambahkan bahwa beberapa distrik di daerah banjir tidak memiliki listrik atau air minum, dan penerimaan sinyal telepon seluler dan sambungan telepon rumah terputus di beberapa bagian.
Layanan darurat, penduduk, dan banyak sukarelawan telah sibuk sejak dini hari untuk membersihkan lumpur dari ruang bawah tanah, garasi, dan lantai dasar, lapor ORF.
Advertisement
Insiden Serupa
Korban tewas akibat tanah longsor dan banjir di Filipina bertambah menjadi 25 orang. Tanah longsor dan banjir di Filipina diakibatkan oleh Badai Tropis Megi melanda negara itu.
Dikutip dari laman BBC, Selasa (12/4/2022), kru penyelamat saat ini masih berjuang untuk menyelamatkan orang-orang yang terdampar di pantai timur dan selatan. Badai Megi atau yang dikenal secara lokal sebagai Agaton, menghantam kepulauan itu pada Minggu 10 April dengan kecepatan angin hingga 65km (40 mil) per jam.
Itu adalah badai pertama tahun ini - Filipina biasanya mengalami rata-rata 20 badai setiap tahun.
Lebih dari 13.000 orang mengungsi ke tempat penampungan yang lebih tinggi saat badai menerjang pantai timur. Hujan deras dan angin kencang memutus pasokan listrik, membanjiri rumah dan ladang, serta menyebabkan tanah longsor di desa-desa.
Gambar yang dibagikan oleh pihak berwenang dan penduduk setempat secara online menunjukkan upaya penyelamat mengarungi rawa berlumpur dan menggunakan rakit di sungai berarus cepat untuk mencoba dan mencapai daerah terpencil dari rumah yang terendam.
Salah satu daerah yang terkena dampak terburuk adalah provinsi Leyte, di mana 22 jenazah telah ditemukan setelah terkubur di bawah tanah longsor, kata pihak berwenang di kota Baybay.
"Saya menangis karena saya tahu orang-orang dimakamkan di sana dan saya juga takut karena ada gunung di belakang rumah kami," kata seorang warga Leyte kepada kantor berita AFP.
Badan bencana nasional juga mengkonfirmasi bahwa setidaknya tiga orang telah tewas di wilayah Davao di selatan.
Hujan Tak Biasa Picu Longsor di Malaysia, 4 Orang Tewas Terkubur
Tanah longsor besar yang dipicu oleh hujan lebat yang "tidak biasa" terjadi di Malaysia. Empat orang tewas terkubur di dalam rumah mereka yang berada di sebuah kota di luar ibu kota Malaysia, kata seorang pejabat penyelamat senior, Jumat (11/3/2022).
Malaysia telah mengalami hujan lebat selama beberapa minggu terakhir, yang menurut para pejabat dan pemerhati lingkungan tidak biasa pada saat ini, tahun ini, dan bisa menjadi akibat dari perubahan iklim.
Norazam Khamis, kepala layanan darurat negara bagian Selangor, mengatakan tanah longsor terjadi di pinggiran Ampang pada Kamis 10 Maret.
Tim penyelamat, yang didukung oleh unit earth-mover, menemukan empat jasad dan orang kelima diselamatkan hidup-hidup, Norazam menambahkan.
Norazam mengatakan hujan deras yang berlangsung selama 30 menit menyebabkan sebuah bukit di dekatnya terkikis, mengirimkan berton-ton tanah yang bercampur air menerjang deretan rumah di bawahnya. "Itu terjadi begitu cepat," katanya kepada AFP.
"Para korban ditemukan terkubur di bawah sekitar dua meter lumpur dan mereka tidak dapat melarikan diri tepat waktu."
Semburan lumpur benar-benar menghancurkan dua rumah dan merusak hampir selusin rumah lainnya, media lokal melaporkan. Sepuluh kendaraan juga rusak.
Norazam menggambarkan hujan di Selangor, yang terletak di luar ibu kota Kuala Lumpur, sebagai "tidak biasa" selama musim kemarau.
“Dua hingga tiga tahun lalu, biasanya panas selama periode ini,” katanya, seraya menambahkan bahwa “perubahan iklim bisa menjadi faktor yang berkontribusi.”
Advertisement