4 Ustaz yang Diduga Cabuli 11 Santri di Depok Tak Pernah Interaksi dengan Warga

Pondok Pesantren dugaan pencabulan terhadap anak santri diketahui berada di Kecamatan Beji, Kota Depok. Warga sekitar mengetahui aktivitas di Ponpes tersebut terkesan tertutup.

oleh Dicky Agung Prihanto diperbarui 01 Jul 2022, 05:03 WIB
Ilustrasi kekerasan perempuan dan anak (Istimewa)

Liputan6.com, Depok - Pondok Pesantren dugaan pencabulan terhadap anak santri diketahui berada di Kecamatan Beji, Kota Depok. Warga sekitar mengetahui aktivitas di Ponpes tersebut terkesan tertutup.

Ketua RT setempat, Samsuri, mengatakan, Ponpes yang berada di wilayah dikenal bagus dalam memberikan pembinaan kepada anak. Apalagi Ponpes tersebut mengayomi anak yatim dari sisi sosial dan Pendidikan.

“Pengelolaan juga bagus ada PAUD ada SDIT di sana,” ujar Samsuri kepada Liputan6.com, Kamis (30/6/2022).

Ponpes tersebut menampung guru dan murid yang tinggal di Ponpes tersebut. Mengenai dugaan pencabulan, semua diserahkan ke pihak berwenang.

“Istilahnya karena ramainya sudah di medsos jadi pas ustad bilang tinggal menunggu kabar dari yang bersangkutan di ranah hukum,” terang Samsuri.

Pengurus lingkungan telah mendatangi lokasi kejadian untuk meredam masyarakat. Namun kepastian hukum masih menunggu hasil dari pihak kepolisian yaitu Polda Metro Jaya.

“Belum ada kepastian juga karena kan baru kemarin Polda ke sana,” ucap Samsuri.

Samsuri mengungkapkan, pada saat mengunjungi Ponpes pihaknya sudah melihat bagian dalam ponpes termasuk kamar santri. Selain itu, Ponpes tersebut memiliki dua lokasi yakni di Kota Depok dan Cijeruk Bogor. “Katanya kan ada tiga orang lagi diperiksa di Polda Metro,” ungkap Samsuri.


Tak Pernah Interaksi

Samsuri menjelaskan, Ponpes yang diduga menjadi lokasi pencabulan terhadap anak santri sudah berdiri sejak 2006. Ponpes tersebut memiliki jumlah santri sekitar 50 orang yang berasal tidak hanya dari Kota Depok.

“Santri asalnya dari Depok sampai Lampung,” jelas Samsuri.

Samsuri memastikan, tidak ada warga sekitar yang belajar di Ponpes tersebut. Namun guru yang dilaporkan tidak pernah berinteraksi dengan warga sekitar dan terkesan tertutup bersosialiasasi dengan warga.

“Gurunya enggak pernah berinteraksi kesehariannya di dalam pondok, keluar kalau misalnya olahraga di lapangan,” pungkas Samsuri.


Dugaan Pencabulan

Pada pemberitaan sebelumnya, sejumlah santriwati menjadi korban pencabulan dan pemerkosaan saat menimba ilmu di Pondok Pesantren Istana Yatim Riyadul Jannah, Depok, Jawa Barat.

Kasus ini telah dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Tercatat, ada empat oknum ustaz dan satu orang kakak kelas sebagai terlapor. Pihak pelapor menjalani pemeriksaan perdana, Rabu (29/6/2022).

Penasihat hukum pelapor, Megawati, menerangkan insiden ini diketahui oleh kliennya usai mendengar cerita dari salah seorang korban. Pengakuanya, korban dan teman-teman suka mendapatkan tindakan-tindakan cabul.

"Korban dipanggil ke sebuah ruangan dan murid-murid lainnya itu, dilakukannya jadi satu ruangan itu hanya 5 santriwati tapi dicampur kelasnya ada yang kelas 2 ada yang kelas 3 ada yang kelas 4.Dan jadi setiap malam mereka datang ke kamar itu dan dibekap dan dilakukan itu (pelecehan). Ada yang di kamar mandi ada yang di ruangan kosong," kata Megawati di Polda Metro Jaya, Rabu (29/6/2022).

Megawati menerangkan, beberapa korban pernah melaporkan kejadian ke pihak pondok pesantren, kepala santriwati. Namun, bukannya mereka bersimpati malah mendapat ancaman.

"Katanya 'Jangan kasih tau sama ibu kamu ya, kasian nanti ibu kamu malah kepikiran'. Jadi dari ancaman itu anak-anak tidak berani lapor ke orangtua nya," ujar dia.

Kini kasus tersebut sedang diproses pihak Polda Metro Jaya untuk mengungkap laporan yang diberikan kuasa hukum korban.

Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya