6 Cara Bantu Anak Memahami Keberadaan Orangtua yang Telah Meninggal Dunia

Menjelaskan pada anak kecil soal keberadaan orangtuanya yang telah meninggal dunia bisa jadi hal yang membingungkan.

oleh Diviya Agatha diperbarui 02 Jul 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi kematian. Foto: Pexels Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Seorang anak selalu memiliki caranya tersendiri untuk mengomunikasikan sesuatu. Pada bayi yang belum lancar untuk berbicara, mereka biasanya akan menangis, marah, atau berteriak saat membutuhkan sesuatu.

Sedangkan pada balita yang sudah mulai bisa berbicara, satu dua kata hingga satu kalimat yang belum lengkap biasanya sudah bisa Anda dengar. Sehingga percakapan dua arah sudah bisa terbangun dengan lebih baik.

Namun dalam kondisi sulit seperti saat orangtua dari anak yang bersangkutan meninggal dunia, menjadi anggota keluarga yang bertugas untuk merawat mereka bukanlah hal yang mudah.

Hal tersebut lantaran anak mungkin untuk mempertanyakan keberadaan orangtuanya terutama ketika mereka sebelumnya terbiasa untuk bersama-sama secara fisik.

Pada fase tersebut, anak biasanya sudah sadar akan kehadiran orangtuanya. Sehingga ketika terjadi peristiwa seperti meninggal dunia, ada potensi anak bisa untuk merindukan dan mempertanyakan di mana orangtuanya.

Lalu, hal apa sajakah yang bisa dilakukan? Mengutip laman Parents pada Jumat (1/7/2022), berikut diantaranya.

Menunjukkan foto orangtua

Pertama, dengan menunjukkan foto orangtua pada anak. Cara tersebut dianggap dapat membuat anak tetap sadar akan kehadiran orangtuanya meskipun tidak secara fisik ada di hadapan mereka.

"Ajari anak soal orangtuanya. Jika Anda memiliki foto orangtuanya ketika masih muda, bagikan itu dengan mereka. Anda bisa mendiskusikan persamaan mereka dengan orangtuanya," ujar Kriss Kevorkian, seorang dokter yang bergerak dibidang kematian dan duka, Kriss Kevorkian.


Mengenalkan Sosok Orangtua

Lebih lanjut, Kriss menyarankan untuk memberikan foto anggota keluarga lain yang telah meninggal dunia. Sehingga ketika anak mempertanyakan, Anda dapat menjawab bahwa orangtuanya telah hidup di langit saat ini bersama anggota keluarga tersebut.

Jelaskan dengan Sederhana

Cara kedua yang dapat dilakukan adalah dengan menjelaskan secara jujur tentang apa yang terjadi dengan sederhana. Menurut Kriss, menggunakan kalimat bahwa orangtuanya telah tertidur dan tidak akan kembali tidak dianjurkan.

Sehingga penting untuk berhati-hati pada kalimat yang diucapkan pada anak. Hindarilah kata-kata yang berpotensi membuat anak menjadi takut pada suatu hal.

"Ketika mendengar tersebut, anak bisa jadi takut untuk tidur. Sebaliknya, jelaskan secara jujur dan apa adanya. Jika anak belum cukup mengerti, berikan dia waktu untuk berkembang lebih banyak sambil berbicara tentang orangtuanya yang telah meninggal," kata Kriss.

Apalagi membuat anak tertidur bukanlah hal yang mudah. Jadi janganlah menambah unsur ketakutan pada kegiatan tersebut.


Dorong Percakapan Dua Arah

Hal selanjutnya atau ketiga yang dapat Anda lakukan adalah dengan mendengarkan anak dan mendorong adanya percakapan dua arah yang terbuka.

"Anak bisa memahami berbagai hal pada tingkat usia berapapun selama Anda mau untuk meluangkan waktu, bersabar, dan tidak merendahkan mereka. Mendengarkan adalah keterampilan penting yang terkadang dilupakan kebanyakan orang," ujar Kriss.

Sehingga saat anak bertanya soal kematian, Anda dapat mendengarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Bersamaan dengan upaya tersebut, Anda dianggap dapat mengatasi ketakutan atau kesalahpahaman apapun yang muncul diantara Anda dengan anak yang bersangkutan.

Gunakan Bantuan Buku

Kriss menambahkan yang keempat adalah dengan menggunakan buku yang dapat membantu anak untuk memahami kematian juga dapat membantu. Ia menyebutkan bahwa cara tersebut menjadi cara paling sederhana untuk menjelaskan konsep kematian.

"Buku itu menawarkan persediaan bahan diskusi yang tak ada habisnya — mulai dari ilustrasi hingga kata-kata hingga apakah Anda berbicara tentang kematian manusia atau hewan non-manusia, ada banyak hal yang bisa dipelajari dari satu buku," kata Kriss.


Jangan Sembunyikan Kesedihan

Kelima, Kriss menyarankan untuk selalu jujur tentang apa yang Anda rasakan. Mengingat anak pun bisa merasakan kesedihan tersebut meski Anda telah menyembunyikannya.

Kesedihan sendiri dapat membawa seseorang pada tahap depresi. Sehingga emosi dari kesedihan bisa menjelma dengan tindakan atau ucapan berbeda pada tahap depresi tersebut.

"Jujurlah tentang kesedihan Anda. Anak-anak akan belajar bagaimana caranya berduka dari orang dewasa di sekitar mereka," ujar Kriss.

Melihat Sisi Baik dari Kesedihan

Menurut Kriss, anak-anak tidak dapat memproses kesedihan dengan cara yang sama persis seperti orang dewasa. Biasanya, anak-anak akan belajar soal berduka dan kesedihan lewat melihat lingkungannya.

"Jadi sadarlah akan hal itu. Kesedihan dapat mengajarkan rasa terima kasih dan apresiasi. Jadi Anda bisa menunjukkan bahwa berduka menandakan bahwa ada seseorang yang benar-benar Anda cintai (termasuk orangtua si anak). Sehingga anak dapat memahami dengan sendirinya bahwa dirinya beruntung karena memiliki orangtua yang dicintai begitu dalam," pungkasnya.

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya