Liputan6.com, Jakarta Cacar monyet atau Monkeypox dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) saat ini sedang menyebar secara masif. Namun apakah keduanya bisa menjadi pandemi seperti COVID-19?
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik Infeksi, Hadianti Adlani, kemungkinan cacar monyet untuk menjadi pandemi dapat saja terjadi, tetapi hingga saat ini WHO masih meragukan kemungkinan cacar monyet menjadi pandemi seperti COVID-19.
Advertisement
Beberapa alasan infeksi monkeypox dapat menimbulkan pandemi adalah:
- Munculnya kasus pada manusia di banyak negara saat ini, bahkan bersifat endemis dibeberapa negara yang kemudian dapat menyebar secara sporadis di Afrika, danmenimbulkan wabah di Amerika, Inggris, dan Israel.
- Adanya potensi penularan antar manusia melalui berbagai cara dengan mudah antara lain melalui terhirupnya droplet, gigitan tikus African rodent, dan konsumsi bahan makanan yang terinfeksi virus yang tidak diolah sesuai standar, disertai kemungkinan didapatinya hewan penular (reservoar) monkeypox dapat ditemukan di banyak negara.
- Belum adanya pengobatan atau vaksinasi yang spesifik untuk pencegahannya.
Sedangkan untuk PMK, kata dr Hadianti, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) sebenarnya secara internasional telah mengakui Indonesia bebas PMK sejak 1990 silam.
Namun, pada awal Mei 2022 setelah 32 tahun kemudian, penyakit yang sering menyerang hewan ternak ini kembali mewabah di Indonesia, sehingga status Indonesia bebas PMK hewan ditangguhkan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Masyarakat tak perlu panik
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah Agus Wariyanto menyatakan, kecil kemungkinan PMK pada hewan menular pada manusia.
"Tidak seperti COVID-19, masyarakat takperlu panik karena PMK hewan ternak bisa disembuhkan," katanya melalui laman resmi Provinsi Jateng, ditulis Minggu (3/7/2022).
Menurut Agus, selama wabah PMK yang melanda Inggris pada 2001 tidak ada laporan PMK hewan menular secara langsung pada manusia.
"Bukti-bukti yang ada memang sedikit sekali dan belum pernah lagi ditemukan kasus penularan manusia, sehingga dapat disimpulkan PMK hewan tidak mudah menular pada manusia dan bukan merupakan risiko kesehatan masyarakat," jelasnya.
Meskipun demikian, manusia dapat berperan menjadi perantara pembawa penyakit ini melalui pakaian, sepatu, tangan, atau pada saluran pernapasannya.
"Jadi kita tetap harus mewaspadaidan membantu berbagai upaya pencegahan penyebarluasan penularan penyakit hewan ini pada manusia, ataupun dari manusia ke manusia, kemungkinan apapun bisa saja terjadi karena respons imun terhadap infeksi masing-masing individu atau host itu berbeda, serta waspadai pula adanya berbagai faktor risiko yang bisa mengubah bentuk dan perjalanan dari suatu penyakit infeksi pada manusia, di samping upaya pencegahan melalui vaksinasi pada manusia sampai saat ini belum ditemukan," katanya.
Advertisement
Percepatan vaksinasi di Jawa Tengah
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan percepatan vaksinasi menjadi pencegahan utama penularan PMK di Jawa Tengah.
“Sebenarnya hari ini kita lagi mencoba gas pol untuk menyuntikkan vaksin yang sudah kami terima. Kan ada 75.500 vaksin yang sudah kita terima, dan tentu saja itu kurang. Tapi yang sudah ada itu kita gerakkan, dan hari ini kita di Sukoharjo,” kata Ganjar saat meninjau vaksinasi PMK di lokasi, dikutip jatengprov.
Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah melaporkan, capaian vaksinasi PMK per 30 Juni 2022 sebanyak 19.919 ekor. Terdiri atas 17.597 ekor di 30 kabupaten/kota, 1.679 di UPT Pusat Baturaden dan 643 di UPT Provinsi.
Untuk kasus PMK di Jawa Tengah per 30 Juni 2022 mencapai 32.715 ekor. Sementara untuk Kabupaten Sukoharjo hewan yang terjangkit PMK sejumlah 770 ekor. Di Desa Genengsari, Kecamatan Polokarto kasus PMK masih nol atau masuk kawasan hijau.
Menurut Ganjar, di tempat hijau itulah penyuntikan vaksin harus segera dilakukan agar sapi dan ternak lainnya terlindungi.
“Di desa ini nol, tidak ada kasus. Kalau kita petakan di GIS kita itu, ini masih hijau. Justru di tempat hijau inilah kita segera suntikkan vaksin itu, agar sapi-sapinya aman. Tidak hanya sapi lho, ini ada kerbau, kambing, babi, ini domba juga nanti kita cek,” katanya.
Program Jogo Ternak
Untuk pencegahan penularan PMK di Jawa Tengah, Ganjar juga menggerakkan Jogo Ternak yang diadopsi dari program Jogo Tonggo selama pandemi Covid-19.
Selain itu juga ada gerakan Bolo Ternak yang di dalamnya terdapat kelompok peternak, penyuluh, dokter, hingga Babinsa dan Bhabinkamtibmas.
Melalui dua gerakan itu Ganjar menekankan pendataan hewan ternak sebagai dasar vaksinasi.
“Kita data di manakah sapinya, ada berapa di sana, nanti kita laporkan terus nanti kita turunkan vaksin dan timnya. Terima kasih dokter sudah disuntikkan vaksinnya. Ini upaya kita untuk segera melakukan itu,” katanya.
Vaksinasi pada hewan, menurut Ganjar, menjadi salah satu pencegahan utama PMK. Untuk itu ia mendorong pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pertanian, apabila sudah mendapatkan vaksin lagi agar segera didistribusikan ke daerah
.“Karena penularannya airborne maka di udara ini menjadi sangat berbahaya. Maka pencegahan yang utama adalah cepat-cepat vaksin. Kita siap dan ini kawan-kawan di kabupaten/ kota sampai tingkat kecamatan dan desa, serta dokternya semua sudah siap. Nanti biar dibantu yang lain,” tegasnya.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga sedang menyiapkan buku panduan untuk Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Buku panduan tersebut akan memberikan pengetahuan terkait PMK.
“Kita juga sedang menyiapkan buku panduan untuk Babinsa dan Bhabinkamtibmas biar nanti mereka juga ada pengetahuan soal itu. Minimal ikut menunjukkan dan ternyata nyuntiknya tidak mudah, tidak diam, harus dipegangi banyak orang. Mudah-mudahan ini bisa melakukan pencegahan lebih cepat,” pungkas Ganjar.
Advertisement