Harga Kripto Hari Ini 2 Juli 2022: Bitcoin dkk Merangkak Naik ke Zona Hijau

Pada perdagangan Sabtu (2/7/2022) pagi, Bitcoin serta altcoin utama berhasil menguat tipis.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 02 Jul 2022, 07:08 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang akhir pekan, harga Bitcoin dan kripto jajaran teratas terpantau berhasil menguat, Sabtu (2/7/2022). Mayoritas kripto teratas berhasil bertengger di zona hijau.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Sabtu (2/7/2022) pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) menguat 2,99 persen persen dalam 24 jam, tetapi masih melemah 9,60 persen sepekan.

Saat ini, harga bitcoin berada di level USD 19.378 per koin atau setara Rp 290,1 juta (asumsi kurs Rp 14.975 per dolar AS). 

Ethereum(ETH) juga berhasil pulih pagi ini. Selama 24 jam terakhir, ETH naik 4,08 persen dan 13,92 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 1.064 per koin. 

Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) turut berhasil naik ke zona hijau. Dalam 24 jam terakhir BNB menguat 2,68 persen dan 6,92 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga USD 212,25 per koin. 

Kemudian Cardano (ADA) pagi ini juga harus masih terkoreksi. Dalam satu hari terakhir ADA terkoreksi 5,65 persen. Namun melemah 10,42 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,4489 per koin.

Adapun Solana (SOL) berhasil menghijau Sepanjang satu hari terakhir SOL naik 2,74 persen, tetapi masih melemah cukup dalam yaitu 22,66 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 32,87 per koin.

Di tengah kripto yang menguat, XRP tetap melemah pagi ini. XRP turun 2,23 persen dalam 24 jam terakhir dan 15,00 persen dalam sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga USD 0,3143 per koin. 

Stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama menguat 0,01 persen. Dengan begitu membuat USDT berada di level USD 0,9991 dan USDC dihargai USD 1,00.

Sedangkan Binance USD (BUSD) menguat 0,09 persen dalam 24 jam terakhir yang membuat harganya kembali naik ke level USD 0,9993.

Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto kembali melemah tipis pada hari ini yaitu di level USD 872,3 miliar dari hari sebelumnya di level USD 852,2 miliar 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Gerak Kripto Stagnan Mengawali Juli 2022, Ini Penyebabnya

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Sebelumnya, pergerakan pasar aset kripto mengawali Juli 2022, masih terlihat stagnan, tetapi cenderung menurun. Sejak awal pekan, tidak banyak pergerakan pasar yang mengejutkan, baik naik maupun turun. 

Melansir situs Coinmarketcap pada Jumat siang (1/7/2022) 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap kompak menguat tipis 24 jam terakhir. Nilai Bitcoin (BTC) bertahan di kisaran USD 20.000 atau sekitar Rp 299,1 juta. 

Sebelumnya sejak Kamis malam hingga Jumat dini hari, harga Bitcoin sempat turun di bawah USD 19.000, tepatnya di kisaran USD 18.900. 

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, memprediksi pergerakan market kripto masih terus bergerak sideways. Hal ini terjadi di bawah tekanan mengenai inflasi dan potensi perlambatan ekonomi global ke depan. Di samping itu, volume trading market juga bergerak tipis sejak akhir pekan lalu. 

"Dari pergerakkan pasar kripto masih datar saja. Ini diperkirakan akan terus berlangsung lama. Salah satu penyebab market terus sideways di antaranya,  investor khawatir mengenai inflasi dan potensi perlambatan ekonomi global ke depan," kata Afid, dalam keterangan tertulis dikutip Jumat (1/7/2022). 

Selera risiko investor kripto tengah lesu mengikuti kondisi yang terjadi di pasar saham. Sekarang dalam menentukan aksi jual-beli di pasar kripto, investor terkadang sering melihat kinerja indeks Wall Street sebagai acuan. Makanya, tak heran jika kini pergerakan pasar kripto berkorelasi dengan pasar saham AS.


Pelaku Pasar Cerna Data Ekonomi

Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Selain itu, pelaku pasar juga mencerna data-data ekonomi terbaru dan komentar dari petinggi The Fed. Terakhir, pemegang kebijakan The Fed berjanji segera menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi, sembari mencegah kekhawatiran biaya pinjaman yang lebih tinggi yang akan memicu penurunan tajam.

"Investor bisa mencerna rentetan komentar pejabat The Fed tersebut sebagai sinyal bahwa The Fed masih bakal menaikkan suku bunga acuannya dengan agresif dan mengabaikan dampak negatifnya ke pasar saham dan kripto," ujar Afid.

Belum Ada Momentum Bullish

Afid berkeyakinan dalam beberapa waktu ke depan belum ada momentum yang baik untuk market bergerak bullish. Apalagi ekonom Wall Street meramalkan resesi ekonomi bisa terjadi dalam kurun waktu 12 bulan mendatang. 

Ramalan ini memberikan sinyal antisipasi bagi pelaku pasar, mengantisipasi efek samping kebijakan moneter agresif The Fed.

Pergerakkan Bitcoin pun rupanya diramalkan belum bergerak bagus. Pasar kripto belum bisa menguat signifikan pekan ini, karena tidak ada momentum yang bisa mendorong BTC meninggalkan kisaran USD 20.000 per keping.

"Bitcoin akan menuju test support berkali-kali, di mana harganya bisa jadi akan berada di level USD 19.800 hingga USD 17.000 dalam beberapa waktu ke depan. Dari analis teknikal, prospek bullish belum bisa terlihat. Untuk bergerak bullish, BTC harus melewati level resistance di titik USD 23.000," pungkas Afid.

 


Kuartal Kedua 2022 Jadi Kinerja Terburuk Bitcoin dalam 10 Tahun

Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Sebelumnya, Bitcoin pada Kamis, 30 Juni 2022 membukukan kerugian kuartalan terburuk dalam lebih dari satu dekade. Cryptocurrency terbesar di dunia itu telah kehilangan sekitar 58 persen nilainya pada kuartal kedua 2022, menurut data dari CryptoCompare. 

Bitcoin telah jatuh dari USD 45.524 atau sekitar Rp 680,8 juta pada awal kuartal dan diperdagangkan tepat di bawah USD 19.000 (Rp 284,1 juta) pada Kamis, hari terakhir periode tiga bulan. 

Dilansir dari CNBC, Jumat (1/7/2022), ini adalah kinerja kuartalan terburuk untuk bitcoin sejak kuartal ketiga 2011 ketika kehilangan 68,2 persen dari nilainya. Bitcoin turun 39,8 persen pada Juni tahun ini dan berada pada kecepatan untuk bulan terburuk yang pernah ada sejak 2010 ketika tersedia di bursa, data Coin Metrics menunjukkan.

Secara keseluruhan, garga cryptocurrency telah berada di bawah tekanan kuat pada kuartal ini di tengah inflasi yang merajalela yang telah menyebabkan bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga dan menyebabkan penjualan aset berisiko, seperti saham dan koin digital.

Jatuhnya harga juga telah mengekspos masalah dengan beberapa perusahaan dan proyek cryptocurrency, terutama yang ada di ruang pinjaman dan perusahaan yang sangat leverage.

Pada Mei, algoritma stablecoin terra USD runtuh bersama dengan saudaranya token luna. Stablecoin adalah mata uang digital yang dipatok ke aset dunia nyata. Terra USD seharusnya dipatok satu-ke-satu dengan dolar AS. 


Krisis Likuiditas

Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Beberapa stablecoin seperti tether didukung oleh aset nyata seperti mata uang fiat dan obligasi pemerintah. Namun, terra USD diatur oleh algoritma yang secara efektif gagal.

Kemudian Pada Juni, perusahaan pemberi pinjaman kripto Celsius menghentikan penarikan untuk pelanggannya dengan alasan “kondisi pasar yang ekstrem.”

Sementara itu, pertukaran cryptocurrency CoinFlex menghentikan penarikan untuk pelanggan minggu lalu juga dengan alasan “kondisi pasar yang ekstrem.” Tetapi perusahaan juga mengklaim investor kripto lama Roger Ver berutang USD 47 juta setelah akunnya masuk ke "ekuitas negatif." 

Ver telah menyangkal bahwa dia berutang uang CoinFlex. Adapun krisis likuiditas juga telah memukul dana lindung nilai kripto terkemuka Three Arrows Capital yang telah jatuh ke dalam likuidasi. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya