Liputan6.com, Jakarta - Toko-toko di Singapura yang mengkhususkan diri dalam membuat makanan lawas tutup pada frekuensi yang mengkhawatirkan. Pun tidak, mereka memilih menjual bisnis yang sudah lama dirintis, salah satunya Borobudur Snack Shop.
Toko yang berspesialisasi dalam menjual kue-kue ala Indonesia, ang ku kueh, dan kueh lapis di Bedok North itu dijual setelah eksis selama 40 tahun-an, melansir Mothership, Sabtu, 2 Juli 2022. Richard Goh, warga Singapura kelahiran Indonesia, membuka Borobudur Snack Shop pada 1980-an, 8 Days melaporkan.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Shin Min Daily News, salah satu pemiliknya, Simon Tay, sekarang berusia 74 tahun, mengambil alih toko kue tersebut. Tay jadi mitra bisnis sejak 1983. Pada tahun 1996, Goh meninggal, meninggalkan Tay untuk mengawasi operasi toko tersebut.
Sekarang, pada 2022, setelah tiga tahun mencari orang lain untuk mengambil alih, Tay bersiap pindah. Ia akhirnya menemukan pembeli, yakni sepasang kekasih yang diperkenalkan ke Tay melalui perantara, menurut pers China.
Tay berkata, "Kami belum menandatangani kontrak. Kami masih mendiskusikan detailnya, tapi mereka telah belajar membuat kue sejak April. Mereka belajar setahun sebelum siap (membuat dan mengoperasikan toko kue legendaris itu)."
Harga jual yang diminta Tay adalah 4 juta dolar Singapura (sekitar Rp43 miliar). Biaya itu untuk "seluruh bisnisnya," termasuk toko, pabrik, dan semua peralatan. "Pada puncaknya, kami membuat hampir 1.000 kue setiap hari. Setidaknya 10 hotel populer memesan kue kami dan kami mengirimkannya ke toko ritel lain di Singapura."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tidak Ada yang Mengambil Alih
Bisnis kue tradisional tersebut kemudian memilih memasok pebisnis prasmanan karena meningkatnya jumlah food court dan persaingan di pasar grosir, kata Tay. Sebuah pabrik didirikan di Mandai Link pada 2004 untuk memenuhi permintaan.
Diakui Tay, penjualan tersebut membuatnya sedih, meski jumlah uang yang akan diterimanya besar. Sayangnya, ia tidak bisa menemukan pengganti untuk mengambil alih jika tidak menjualnya.
Tay dan istrinya memiliki seorang putri, tapi ia sudah menikah dan tinggal di Kanada. "Saya sudah melakukan ini selama bertahun-tahun, toko ini seperti anak saya," katanya.
"Saya merasa sedih, tapi saya tidak punya pilihan. Istri dan anak saya mendukung keputusan saya untuk menjual. Setelah pensiun, saya akan berlibur bersama istri saya, mungkin bepergian ke Kanada," tambahnya.
Borobudur Snack Shop dinilai bernasib lebih baik dari Tiong Bahru Galicier Pastry. Toko kue yang terkenal dengan onde-onde, kue dadar, dan berbagai macam kue tradisional lainnya itu tutup mulai bulan ini.
Advertisement
Bisnis Mengumumkan Tutup
Toko roti jadul ini terkenal di kalangan warga Singapura, terlihat dari antrean yang selalu mengular di gerainya di Tiong Bahru setiap hari. Meski bisnisnya bagus, tokonya akan tutup paling lambat pada Juli 2022.
Unit ruko yang saat ini menampung Tiong Bahru Galicier Pastry di Blok 55 Tiong Bahru Road akan segera dijual. Ini, bersama keinginan pemilik untuk pensiun dan menikmati tahun-tahun emasnya, adalah salah satu faktor penutupan toko roti jadul.
Lagi pula, Tan Yong Siang, pemilik toko roti generasi ketiga yang berusia 70-an, semakin tua. Tiong Bahru Galicier Pastry, awalnya dikenal sebagai Dong Le Yuan, pertama kali dibuka di Orchard Road pada 1970-an.
Penutupan ini tidak hanya terjadi pada toko-toko kue, namun bisnis kuliner lainnya. Salah duanya adalah Ampang Niang Tou Fu dan Zhong Guo Jie Re Shi, yang bersepsiasilasi dalam hidangan mi kuah. Sementara tahun lalu, sebuah gerai legendaris di salah satu Hawker telah mengajukan penjualan resep rahasia mereka seharga Rp10,7 miliar.
Momok Selama Bertahun-tahun
Bisnis keluarga, China Street Fritters, adalah salah satu dari dua gerai penjual ngoh hiang ala Hokkien yang tersisa di Hawker Singapura. Eksistensinya tengah terancam lantaran tidak ada anggota keluarga yang tertarik melanjutkan bisnis keluarga. Pebisnis kuliner legendaris ini tidak punya pilihan lain, selain mengambil langkah ekstrem demi "mencari penerus."
Melansir Channel News Asia, dengan rencana pensiun pada Maret 2022, mereka telah menawarkan resep rahasia yang dijual seharga satu juta dolar Singapura (Rp10,7 miliar), awal tahun lalu. Pemiliknya, Kok Hua, memberi tahu On The Red Dot bahwa jumlah uang yang akan dibagi di antara tim yang menjalankan bisnis itu "tidak banyak."
"Satu juta dolar Singapura ini dibagi lima, hanya 200 ribu dolar Singapura (Rp2,1 miliar) per orang. Ini untuk masa pensiun," katanya. "Usia mengejar kami. Istri saya harus menjalani operasi lutut, lalu saya harus menjalani operasi pergelangan kaki."
Dengan berat hati, resep keluarga itu harus dijual karena baik ketiga anaknya maupun anak saudara laki-lakinya, tidak ada yang tertarik mengambil alih bisnis tersebut. Setelah berdiskusi, mereka akhirnya bersedia menjual resep pada orang luar.
Hua bercerita dirinya telah melihat tutupnya beberapa gerai di Maxwell Food Center karena generasi muda tidak mau mengambil alih bisnis. "Sayang sekali semua makanan tradisional 'terbuang' begitu saja," katanya.
Usia rata-rata penjual di Hawker Singapura sekitar 60 tahun. Pandemi COVID-19 makin mempersulit upaya mencari penerus yang telah jadi momok selama bertahun-tahun.
Advertisement