Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengajak pelaku rantai pasok kopi untuk membangun koperasi. Hal ini, guna memaksimalkan pemanfaatan kopi sebagai produk unggulan.
Hal ini disamoaikannya kepada komunitas kopi di Sumatera Barat. Ia memandang, kopi di daerah ini memiliki potensi pengembangan yang cukup baik.
Advertisement
"Salah satunya itu kopi Arabica Solok Minang ini sangat enak. Sumbar bisa jadi pemasok yang tinggi kopi ke pasar internasional karena permintaan pasti selalu tinggi ke Indonesia. Cupping score kopi solok di Padang ini bisa mencapai nilai 85 poin. Sudah pasti ini kopi enak. Kepada Pemprov, saya sarankan agar kopi arabika Solok Rajo ini dijadikan unggulan Sumatera Barat," ujar Menteri Teten Masduki mengutip keterangan resmi, Minggu (3/6/2022).
Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumbar Hansastri, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumbar Nazwir, dan puluhan anak muda pelaku usaha kopi serta komunitas kopi di Sumbar.
Lebih lanjut, ia menyarankan, agar para petani kopi dilibatkan dalam rantai bisnis kopi. Termasuk jadi bagian dalam struktur kelembagaan koperasi.
Tujuannya agar pembiayaan dari perbankan maupun lembaga pembiayaan lain lebih mudah masuk. Sehingga industri kopi di Sumbar semakin bisa berkembang bahkan hingga di kancah global.
Ia menegaskan, secara nasional, pemerintah telah menetapkan agar tanah-tanah perhutanan sosial yang dipinjamkan ke petani juga ditanami oleh berbagai bibit produktif. Seperti sayur mayur maupun kopi.
Sebab menurut Menteri Teten, saat ini isu produksi kopi di Tanah Air adalah terkait produktivitas Indonesia yang masih rendah.
"Produktivitas lahan tanaman kopi kita baru 500-700 kilogram per hektare. Sementara Brazil dan Vietnam sudah sampai ratusan kilogram. Nah ini ada kaitannya dengan kualitas yang ditanam. Sebab di Sumatra Barat ini belum luas lahan kopinya, jadi mudah-mudahan bisa terus diperluas," kata Menteri Teten.
Pentingnya Koperasi
Sementara bicara soal bisnisnya secara kelembagaan, penting bagi petani kopi maupun pelaku usaha coffee shop juga bergabung dengan koperasi. Termasuk agar petani juga bergabung dalam rantai korporatisasi petani.
"Di Aceh sebagai contoh, kopi Arabica Gayo sudah memenuhi permintaan kopi Starbucks tanpa lewat eksportir di Amerika dan Eropa, tapi melalui Koperasi BQ Baburayyan. Ini contoh sukses yang bisa diadopsi koperasi kopi lainnya," ujar Menteri Teten.
Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah menambahkan, dalam membantu para pelaku usaha coffee shop dan petani dalam mendirikan koperasi, KemenKopUKM menyediakan layanan khusus melalui Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM yang ada di Sumbar.
"Di sana para pelaku usaha bisa mendapatkan pendampingan dan bimbingan sampai koperasi berhasil didirikan. Juga akan dibantu dalam mengakses pembiayaan ke lembaga keuangan. Terkait redesain PLUT KUMKM, kami juga berharap bisa membantu terwujudnya koperasi modern," ucap Azizah.
Advertisement
Istimewa
Sementara Sekda Sumbar Hansastri menambahkan, kopi di Sumbar memang menjadi salah satu yang istimewa. Hal ini terlihat dari banyaknya bermunculan coffee shop yang ada di Sumbar, khusunya di Padang.
Diakuinya, minum kopi saat ini sudah menjadi semacam gaya hidup terutama di kalangan generasi muda.
"Produksi kopi di Sumbar ini sebanyak 2.775 ton untuk kopi robusta dengan luas lahan sekitar 18.000 hektare. Total produksi pada tahun 2021 sebanyak 11.278 ton. Di mana jumlah tersebut mampu memenuhi kebutuhan lokal dan nasional, serta ekspor perusahaan kopi. Namun memang kebanyakan dalam bentuk perorangan," katanya.
Untuk itu, Hansastri mendukung pengembangan industri kopi melalui koperasi. Pemprov juga telah mengusulkan ke Kemenkop UKM, koperasi potensial yang siap diakselerasi agar bisa menjadi koperasi modern melalui kemitraan.
"Khususnya untuk produk ekspor, pendekatan adopsi teknologi informasi digital ke koperasi," katanya.