Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa saat ini kasus COVID-19 sedang naik di semua negara. Kenaikan ini diakibatkan subvarian BA.4 dan BA.5.
Ia pun menyampaikan perkiraan puncak BA.4 dan BA.5 merujuk pada kasus-kasus yang terjadi di negara lain.
Advertisement
Menurutnya, ada beberapa negara seperti Australia, Afrika Selatan, dan Portugal yang sudah melampaui puncak BA.4 dan BA.5.
“Berapa tinggi sih mereka puncaknya? Rata-rata mereka berkisar antara 30 sampai 40 persen dari puncak Omicron sebelumnya. Jadi kalau Indonesia kan sebelumnya 58 ribu ya 30 persennya mungkin di bawah 20 ribu, itu puncak kasus per harinya,” kata Budi usai memberi sambutan dalam acara Simposium Asosiasi Dokter Medis Sedunia (World Medical Association) tahun 2022 di Jakarta, Minggu (3/7/2022).
Perkiraan angka itu jika mengikuti pola kasus yang terjadi di negara-negara lain yang sudah melampaui puncak.
“Yang kedua yang kita amati juga, berapa cepat sih mencapai puncaknya? Itu rata-rata antara 28 sampai 34 hari sejak ditemukan BA.4 dan BA.5 di negara tersebut.”
“Karena di Indonesia ditemukannya sesudah lebaran, kalau kita mengikuti pola di negara lain maka puncaknya kira-kira di minggu kedua atau minggu ketiga Juli.”
Saat ini, kasus harian COVID-19 di Indonesia masih di kisaran angka 2 ribu dan diperkirakan puncaknya akan dicapai dalam waktu singkat.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Masih Terkontrol
Budi menambahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memiliki level yang serupa dengan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yakni level 1, 2, dan 3.
Level 1 ditandai dengan 20 kasus per 100 ribu penduduk dalam satu minggu. Jika diterjemahkan ke Indonesia itu 7.800 per hari.
“Jadi kalau saya ditanya sebagai Menteri Kesehatan, saya lihat kondisinya masih terkontrol. Kita masih di bawah Singapura yang 5 ribu dengan jumlah penduduk 5 juta. Kalau Indonesia masih di level 1 karena di bawah 7.800, kita kan masih 2.200-an.”
Ia tak memungkiri memang ada kenaikan, tapi masyarakat diminta untuk tidak panik dan tetap waspada.
“Sekarang kita memang naik di atas satu, tapi sudah melandai. Para epidemiolog meeting sama saya mereka bilang ‘Pak kayaknya ini ujung-ujungnya sebentar lagi tercapai puncaknya’ kalau puncak tercapai di 2 ribuan, itu kita tenang, tapi kembali lagi itu kan berdasarkan prediksi terhadap kejadian di negara lain.”
Sementara ini, kenaikan kasus COVID-19 harian di Indonesia tidak disertai dengan peningkatan kasus rawat inap di rumah sakit.
Advertisement
Angka Perawatan Rumah Sakit Jauh Lebih Rendah
Budi mengamati, pasien yang masuk rumah sakit, diberi ventilator, masuk ICU, dan yang meninggal jauh lebih rendah dibandingkan Omicron sebelumnya, apalagi dibandingkan Delta.
“Dengan demikian saya juga merasa, antibodi yang ada di masyarakat masih tinggi. Antibodi itu kan bukan mencegah kita tertular ya, tapi antibodi itu bukan mencegah kita tertular, tapi antibodi itu membuat daya tahan tubuh kita kalau virusnya masuk bisa melawan dengan lebih baik.
Simpulannya, lanjut Budi, kasus di Indonesia akan naik tapi naiknya sampai sekarang belum mengkhawatirkan sehingga masyarakat tidak perlu panik tapi tetap harus waspada.
“Karena kita tidak tahu perilakunya (virus) mungkin bisa berubah. Jangan panik, kita hadapi kenaikan ini, tetap waspada.”
Ia juga berpesan kepada masyarakat untuk melakukan vaksinasi booster secepatnya. Pasalnya, sudah terbukti bahwa booster membuat daya tahan tubuh masyarakat menjadi lebih baik.
“Tidak akan menghalangi kita kena, enggak, tapi kalau kena paling pilek sedikit enggak usah ke rumah sakit, sembuh sendiri.”
Capaian Vaksinasi Indonesia
Terkait vaksinasi, Indonesia berhasil mencapai suntikan vaksin kepada lebih dari 205 juta orang. Menurut Budi, selain kerja sama antar seluruh pihak, baik kementerian/lembaga hingga elemen masyarakat, capaian ini turut didukung sistem logistik yang memadai.
Dalam hal ini, adanya ketersediaan vaksin COVID-19 dan sistem pendukung rantai dingin (cold chain) seperti mesin pendingin vaksin (vaccine refrigerator) atau lemari es vaksin. Sistem rantai dingin vaksin pun sudah dibangun jauh sebelum pandemi COVID-19 untuk kebutuhan imunisasi rutin.
"Ada yang bilang kepada saya, kenapa Indonesia begitu sukses melaksanakan vaksinasi COVID-19 dalam 17 bulan kepada lebih dari 415 juta suntik dan menyasar lebih dari 205 juta orang? Satu hal yang penting adalah karena logistik -- vaksin dan sistem rantai dingin," ungkap Budi Gunadi saat Serah Terima Donasi Hibah Vaccine Refrigerator di Gedung Utama Jakarta International Container Terminal (JICT), Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Minggu, 26 Juni 2022.
"Seseorang memberi tahu saya di awal pandemi ini. Bahwa jika Anda dapat membangun logistik yang sukses dan kuat selama masa damai (peace time), itu adalah peluang 50 persen dijamin menang selama masa perang (war time) dengan virus."
Berkat sistem logistik vaksin, masyarakat Indonesia yang tersebar di 17.000 pulau dapat melakukan vaksinasi COVID-19. Walau kendala akses menuju lokasi, terutama di daerah terpencil, Pemerintah bekerja sama dengan TNI Polri berupaya 'mengawal' vaksin hingga ke lokasi.
Advertisement