Liputan6.com, Jakarta - Maluku Tengah adalah kabupaten di Provinsi Maluku yang beribu kota di Masohi. Sebagian wilayahnya berada di Pulau Seram (Kecamatan Amahai dan Tehoru, serta Kota Masohi). Ada tiga kecamatan yang terletak di Pulau Ambon (Kecamatan Leihitu, Leihitu Barat, dan Salahutu) serta empat kecamatan lainnya terletak di Kepulauan Lease (Kecamatan Haruku, Nusalaut, Saparua, dan Saparua Timur).
Kabupaten Maluku Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1952 (L.N. No. 49/1952) tentang pembubaran daerah Maluku selatan dan pembentukan Maluku Tengah dan Maluku Tenggara. Kabupaten Maluku Tengah terdiri atas 18 kecamatan, enam kelurahan, dan 186 desa. Jumlah penduduknya pada 2017 tercatat 422.065 jiwa.
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Maluku Tengah. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Maluku Tengah yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
Baca Juga
Advertisement
1. Masohi
Kata Masohi berasal dari bahasa Maluku Tengah yang berarti Gotong Royong. Setelah sempat porak-poranda dan kehilangan banyak warganya karena kerusuhan sosial pada awal abad ke-21, kota ini mulai berbenah diri. Penduduk aslinya adalah suku Alifuru, namun banyak pendatang yang tinggal di kota ini.
Kota Masohi merupakan kota yang dibangun pada 3 November 1957 yang diresmikan lewat peletakan batu pertama oleh Presiden pertama RI Sukarno. Kota ini pada awalnya dibangun di atas tanah sengketa antara pemerintah Amahai dengan pemerintah daerah setelah daerah Seram Barat tidak dianggap layak. Kota ini menjadi salah satu wujud membangun Maluku setelah kemerdekaan Republik Indonesia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Pulau Bair
Pulau Bair merupakan salah satu surga tersembunyi yang berada di Maluku Tengah. Luasnya hanya sekitar 500 meter persegi. Walaupun belum sepopuler Raja Ampat, keindahan pulau ini tak boleh dipandang sebelah mata. Saat berada di sana, Anda akan disuguhi pemandangan lautan biru yan bening dan bersih.
Anda pun dapat melihat kumpulan pasir putih yang halus di dasarnya. Tak hanya itu, tebing-tebing serta pohon mangrove yang mengelilingi Pulau Bair pun menambah elok pesona tempat ini. Saking indahnya, tebing bebatuan tersebut kerap dijadikan sebagai spot selfie atau berfoto favorit wisatawan yang datang.
Udara yang hangat serta lokasi sunyi dan jauh dari perkotaan membuat Anda betah berlama-lama di sana. Saat ke sini, memancing dan snorkeling tentu jadi hal yang wajib dilakukan. Berbagai biota laut bisa Anda temui di sini, termasuk hiu blacktip.
Disarankan untuk datang ke sini di bulan April hingga September, karena di musim tersebut kondisi air laut sedang tidak pasang dan ombaknya pun kecil. Anda pun tak boleh lupa membawa sunblock saat berada di sana, sebab kondisi matahari yang panas dapat membuat kulit terbakar.
Advertisement
3. Banda Neira
Banda Neira atau Banda Naira adalah salah satu pulau di Kepulauan Banda, Maluu Tengah dan merupakan pusat administratif Kecamatan Banda. Kepulauan Banda menorehkan sejarah di Indonesia, terkenal sebagai penghasil rempah-rempah mahal, salah satunya pala. Rempah-rempah dinilai sangat berharga, bukan hanya karena manfaatnya sebagai penambah rasa masakan, tapi juga fungsi sebagai obat-obatan.
Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli (bunga pala) dunia. Empat orang founding fathers Indonesia, yakni Mohammad Hatta (Bung Hatta), Sutan Sjahrir, Dr Tjipto Mangunkusumo, dan Iwa Kusuma Sumantri, pernah dibuang ke Banda Neira.
Kisah terusirnya pribumi dan kedatangan bangsa-bangsa yang kemudian menjadi orang Banda dalam ragam interaksi sosial budaya membuat Sutan Sjahrir menjadikannya sebagai salah satu gagasan dalam perumusan Undang-Undang Dasar 1945. Pada 2016, rumah tempat Sutan Syahrir dan Mohammad Hatta tinggal telah dijadikan museum, sedangkan rumah Cipto Mangkusumo masih dibiarkan kosong.
Beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi di Banda Neira di antaranya adalah Benteng Belgica, Benteng Nassau, Istana Mini Neira, Rumah Budaya Banda Neira, Rumah Pengasingan Bung Hatta, Lava Flow. Selain itu, ada Rumah Budaya Banda Neira yang lokasinya berada sekitar 25 meter dari pelabuhan Pelni Banda Neira. Di dalamnya tersimpan koleksi berbagai macam benda-benda peninggalan Belanda mulai dari berbagai jenis meriam hingga beberapa lukisan yang menggambarkan kondisi Banda pada saat itu.
4. Desa Wisata Negeri Hila
Desa wisata di kawasan Maluku menyuguhkan wisata dan atraksi yang begitu memesona. Salah satunya ada di Desa Wisata Negeri Hila yang berlokasi di Negeri Hila, Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Desa wisata ini berada di pantai utara Pulau Ambon dan berjarak sekitar 37 kilometer dari pusat kota Ambon.
Desa wisata ini memiliki beragam potensi wisata, seperti wisata budaya, sejarah, bahari, alam atau buatan, kuliner lokal, dan kerajinan tangan. Ada beberapa warisan budaya yang hingga kini masih dilestarikan di Negeri Hila.Warisan budaya tersebut mulai dari Cakalele, Bambu Gila, Tari Lenso, Hadrat, Sawat, Leka-Leka Wae/Ngabuburit, Pesona Ramadhan, Sau Reka-Reka, sampai Al Quran tertua. Desa ini juga memiliki puskesmas perawatan yang beroperasi 24 jam.
Salah satu destinasi wisata yang populer di Desa Wisata Negeri Hila adalah Benteng Amsterdam. Benteng ini pertama kali dibangun bangsa Portugis pada 1512 berupa loji perdagangan. Pemerintah Indonesia merekonstruksi benteng ini selama tiga tahun, dari 1991--1994. Peresmiannya pada 17 Oktober 1994 oleh Dirjen Kebudayaan.
Desa wisata ini juga menawarkan agrowisata yang dikembangkan dengan mengedepankan konsep Sustain the Maluku Spices, cengkeh dan pala yang menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Mereka dapat belajar tentang sejarah dan manfaat rempah Maluku di perdagangan internasional.
Selain itu, desa wisata ini juga punya Air Terjun Manahuna Ana yang memiliki air dan udara bersih. Tersedia kesempatan menjelajahi terumbu karang Hila terbentang sepanjang kurang lebih 5 kilometer ke arah Timur dari lokasi Benteng Amsterdam. Wisatawan dapat menikmati terumbu karang ini dengan snorkeling.
Advertisement
5. Pantai Natsepa
Pantai Natsepa menjadi salah satu destinasi wisata yang kerap dikunjungi wisatawan di Maluku Tengah. Pasirnya yang halus dan putih menjadi alasan mengapa wisatawan suka mengunjungi pantai ini. Pantai ini bisa dijangkau dari Kota Ambon dengan memerlukan waktu sekitar 30 menit.
Saat tiba di lokasi, warna-warni bangunan menjadi daya tarik saat memasuki kawasan pantai. Mural dengan berbagai tokoh animasi pun tampak di sepanjang dinding. Pintu untuk ruang ganti pun dicat dengan warna yang berbeda, seperti kuning, ungu, hijau ataupun ungu. Sedangkan untuk atapnya, dicat dengan warna senada, yakni putih.
Di depan ruang ganti, terdapat deretan warung warna-warni yang menjajakan rujak khas Natsepa. Setiap warung dicat dengan warna berbeda pula, dari atas hingga tempat makan pengunjung. Papan nama setiap penjual pun terpasang di depan warung.
Pantai yang berlokasi di Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah ini merupakan salah satu destinasi wisata di Pulau Ambon yang cukup melegenda. Para wisatawan dalam negeri maupun mancanegara pun akan merasa belum lengkap bila ke Ambon belum menyempatkan diri menikmati keindahan Pantai Natsepa.
6. Kuliner Khas Maluku Tengah
Hasil laut dan rempah yang melimpah ruah melahirkan berbagai aneka makanan atau kuliner khas yang menggugah selera. Salah satunya adalah Sayur Lilin yang dibuat dari bahan-bahan alami seperti terubuk atau tebu telur dan bunga rumput gajah, lalu diolah dengan resep dan bumbu khas Maluku Tengah.
Menikmati makanan satu ini juga lezat disantap dengan tambahan papeda. Selain itu ada Gogos Ikan yang dibuat dengan bahan dasar ikan laut, khususnya ikan tuna. Makanan ini baik untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh karena mengandung gizi yang banyak.
Sekilas gogos ikan memiliki penampakan yang sangat mirip dengan lemper. Hal itu karena kudapan ini berisi ikan yang telah dihaluskan dan dibungkus dengan nasi ketan. Lalu, ada Bubur Ne yang terbuat dari sagu yang berbentuk bulatan kecil menyerupai telur. Bulatan sagu dicampur dengan gula merah, daun pandan, dan kayu manis dimasak hingga empuk ke dalam air santan. Kuliner lainnya mirip dengan hidangan dari warga Maluku pada umumnya, seperti Sagu Gula, Lapis Palaro, Nasi Kalapa, Nasi Jaha, Kue Bagea, Kue Sagu, Ikan Komu Asar, dan Halua Kenari.
Advertisement