Liputan6.com, Jakarta Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menimpa hewan ternak turut mempengaruhi harga kambing dan sapi lokal untuk kurban di Hari Raya Idul Adha 2022. Bahkan, harga sapi kurban lokal bisa menyentuh Rp 40 juta per ekor.
Imam (28 tahun), salah seorang penjual kambing dan sapi ternak di kawasan BSD, Cisauk, Kabupaten Tangerang mengatakan, mayoritas hewan ternak jualannya kini merupakan spesies lokal.
Advertisement
Kecuali untuk beberapa kambing atau domba, yang ia dapatkan dari Garut, Jawa Barat.
"Sejak PMK kita jadi lokal semua. Tapi aman, dah divaksin semua," kata Imam kepada Liputan6.com, Senin (4/7/2022).
Imam sendiri menyediakan sekelompok kambing kurban dengan bobot 30-35 kg, dan dijual di angka Rp 3-3,5 juta per ekor. Lalu kambing dengan berat 50 kg, dan harga jual Rp 6,5 juta per ekor.
Sementara untuk sapi lokal miliknya dengan bobot 500-700 kg, itu dibanderol mulai dari Rp 28 juta per ekor. "Paling gede Rp 40 juta (per ekor)," katanya.
Imbas wabah PMK terhadap harga hewan kurban juga diamini Iyus (58 tahun), seorang penjual kambing ternak di kawasan Legok, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Stok Kambing
Iyus saat ini menyediakan stok kambing mulai dari bobot 35 kg (Rp 3 juta per ekor), sampai kambing dengan berat antara 60-70 kg (Rp 6,5-9 juta per ekor).
"Harganya naik banget dibanding dulu. Itu gara2 ada penyakit kuku (PMK). Tadinya yang 60 kg masih dijual Rp 5 juta (per ekor)," jelas dia.
Kendati begitu, ia bersyukur wabah PMK tidak terlalu mengganggu antusiasme masyarakat dalam membeli hewan kurban. Dia pun kerap meyakinkan calon pembeli, kambing miliknya bukan berasal dari Jawa Timur, provinsi dengan penyebaran virus terbesar.
"Alhamdulillah udah rame (pembeli). Tapi saya mah enggak pernah ambil dari Jawa Timur. Ini saya dari Sukabumi (Jawa Barat)," ucap Iyus.
Advertisement
Ada PMK Jelang Idul Adha, Harga Sapi dan Kambing Makin Mahal
Penyakit mulut dan kuku hewan (PMK) kini menjadi salah satu gangguan bagi pedagang hewan seperti kambing dan sapi. Apalagi, masuk dalam momentum Idul Adha yang melrkat dengan berkurban.
Kasus sapi yang terjangkit PMK menjadi semakin sering terdengar di berbagai daerah. Tentunya dikhawatirkan ini berpengaruh pada harga jual hewan tersebut.
Pengelola kandang Sahabat Farm, Ayu Andriani memyebut ada sedikit kenaikan dari harga jual sapi di pasaran. Meski, pihaknya mengaku tak menaikkan harga dengan alasan adanya pengaruh wabah PMK.
"Kalau naik kayaknya iya deh, tapi kalau di kandang saya sendiri gak naik, biasa aja, cuman margin berkurang," katanya kepada Liputan6.com, Minggu (3/7/2022).
Ia menuturkan, harga jual sapi di tempatnya cukup bervariasi. Mulai dari Rp 15 juta, hingga Rp 88,5 juta untuk satu ekor. Dengan berat sapi terkecil sekitar 230 kilogram.
Atas perhitungan itu, ia menyebut harga perkilogram sekitar Rp 75.000. Kendati tak menaikkan harga, ia mengaku margin penjualan cukup terpangkas.
"Kayaknya sekitar 10 persen," katanya.
Sementara dari sisi minat calon pembeli, ia tak menemukam perbedaan yang drastis dari tahun lalu. Meski ada perbedaan kondisi yang kali ini dihadapi oleh pada peternak dan penjaga kandang.
"Kalau untuk minat di kandang saya sama saja dengan tahun kemarin," ungkapnya.
Faktor Pengobatan
Lebih lanjut, Ayu mengisahkan terkait tak adanya perubahan harga yang signifikan. Ia meenyebut tak ada turun harga akibat dari mewabahnya PMK.
Hanya saja, untuk beberapa jenis sapi dan beberapa lokasi yang disebutnya menaikkan harga. Alasannya, karena biaya perawatan sapi yang lebih tinggi dari biasanya.
"Ada beberapa yang ngemahalin, karena biaya pengobatan dan perawatan yang lumayan (besar) ya," katanya.
Ia menyebut, sekitar 10 persen dari keseluruhan sapi di kandang Sahabat Farm Depok itu terjangkit PMK. Penanganan yang ia lakukan dengan beberapa kali memberikan suntikan vitamin.
Selain itu, jenis pakan dan kualitas pakan juga jadi perhatiaannya. Disamping itu, ia mengaku belum mendapat vaksin PMK hingga saat ini.
"Kita sebenarnya mau ya, untuk sapi-sapi yang baru datang," kata dia.
Advertisement