Deretan Kecelakaan Horor di Formula 1, Terbaru Zhou Guanyu dan Ada yang Meninggal Dunia saat Kejadian

Kecelakaan fatal kerap terjadi di ajang jet darat Formula One (F1).

oleh Jefry Hutabarat diperbarui 04 Jul 2022, 17:00 WIB
Setelah memastikan Zhou Guanyu dalam keadaan baik-baik saja, George Russell bergegas menuju mobilnya untuk melakukan restart. Akibat mobil tak bisa menyala lagi, ia pun harus rela mobilnya diangkut dengan truk menuju pit dan dipastikan tidak dapat melanjutkan lomba. (AP/Pool/Matt Dunham)

Liputan6.com, Jakarta - Balapan Formula One (F1) GP Inggris diwarnai kecelakaan hebat yang melibatkan pembalap Alfa Romeo asal China, Zhou Guanyu. Kejadian itu terjadi selepas start di tikungan pertama.

Mobil Zhou dan George Russell (Mercedes) bersenggolan. Sehingga mobil Zhou terpental hebat hingga keluar lintasan, bahkan hampir terlempar ke bangku penonton setelah menabrak pagar pembatas.

Beruntung Zhou, seperti yang dikutip dari laman resmi F1 dan Alfa Romeo, selamat dan tidak mengalami cedera parah. Bahkan, pembalap berusia 23 tahun itu sempat melakukan swafoto dan memberikan konfirmasi di Twitter kalau dia baik-baik saja.

Russell yang terlibat dalam kecelakaan langsung berinsiatif melihat kondisi dari Zhou setelah insiden itu terjadi. Dalam tayangan ulang, Russell langsung keluar dari mobil dan berlari menuju mobil Zhou terbalik untuk memastikan kondisinya.

FIA menyatakan bahwa Zhou langsung dibawa ke medical center. FIA juga menyatakan bahwa Zhou dalam kondisi sadar dan mampu berbicara. 

Ternyata kejadian itu bukan kecelakaan pertama di ajang jet darat F1. Ada beberapa kecelakaan lebih mengerikan, bahkan memakan korban jiwa.

Berikut ini rangkumannya: 

 
 

Wolfgang Von Trips – Grand Prix Italia 1961

Mulai start di urutan 11, Lewis Hamilton juga tampil impresif. Hal tersebut ia lakukan saat duel dengan Sergio Perez di lap 35 untuk memperebutkan posisi keempat. Namun Perez yang tak mau kalah berhasil mempertahankan posisi. (AP/Francisco Seco)

Balapan Formula One (F1) pada Grand Prix Italia tahun 1961 menjadi salah satu sejarah paling kelam di dunia balapan jet darat. Pasalnya, bukan cuma pembalap yang menjadi korban jiwa, tapi juga penonton.

Saat itu Wolfgang von Trips yang berpeluang menjadi juara di ajang Formula 1 mengalami kecelakaan usai mobilnya oleng dan menabrak pembalap tim Lotus, Jim Clark di sebuah tikungan yang berjuluk Parabolica.

Bersenggolan keras dengan jet darat rivalnya tersebut membuat mobil Ferrari yang dikemudikan Wolfgang langsung mental ke udara serta menabrak dan menewaskan setidaknya 14 penonton.

Sementara pembalap asal Jerman tersebut terlempar dari kokpit dan meninggal dunia seketika di tempat kejadian kecelakaan maut itu terjadi.

Wolfgang sebelumnya juga sempat mengalami kecelakaan selama dua kali di Sirkuit Monza yakni pada 1956 dan 1958. Namun ia tak bisa lagi menghindari maut ketika kembali mengalami kecelakaan di lintasan sama pada 1961. 


Gilles Villeneuve – Grand Prix Belgia 1982

Pembalap Mercedes Lewis Hamilton memimpin balapan pada F1 GP Arab Saudi di Jeddah, Minggu, 5 Desember 2021. Kemenangan Lewis Hamilton membuatnya kini menyamai poin Max Verstappen di klasemen F1, yakni 369,5 poin. (AP Photo/Hassan Ammar)

Gilles Villeneuve adalah salah satu driver F1 paling populer. Ia memulai karier di ajang balap jet darat itu pada 1977 bersama McLaren. Namun, kariernya terpotong karena meregang nyawa di kualifikasi.

Ia sedang melakukan flying lap dan waktu tinggal delapan menit tersisa. Saat sedang melaju kencang untuk mencatatkan waktu tercepat, dia menabrak bagian belakang mobil Jochen Mass.

Sebetulnya Mass sudah sedikit minggir ke kanan untuk memberikan ruang kepada Villeneuve untuk mendahuluinya. Sayang di saat yang sama Villeneuve justru mengambil jalur sama dan menabrak bagian belakang mobil Mass pada kecepatan antara 200 km/jam sampai 225 km/jam.

Mobil yang dikemudikan Villeneuve melayang ke udara lalu menghantam tanah. Insiden tersebut menghempaskan mobil Villeneuve sejauh lebih dari 100 meter sebelum menukik tajam ke tanah dan hancur saat berguling di sepanjang tepi lintasan.

Villeneuve hanya bertahan beberapa jam setelah kecelakaan fatal tersebut. Namanya kemudian diabadikan sebagai nama sirkuit di Quebec, Kanada.

 


Roland Ratzenberger – Grand Prix San Marino 1994

Pembalap Red Bull Max Verstappen (kiri) dan pembalap Mercedes Lewis Hamilton beraksi pada F1 GP Arab Saudi di Jeddah, Minggu, 5 Desember 2021. Kemenangan Lewis Hamilton membuatnya kini menyamai poin Max Verstappen di klasemen F1, yakni 369,5 poin. (AP Photo/Amr Nabil)

Ajang Formula One (F1) GP San Marino tahun 1994 memang jadi momen yang tak terlupakan. Lintasan balap ini telah menjadi mimpi buruk bagi dua pembalap Formula 1 sekaligus.

Sabtu, 30 April 1994 menandai akhir pekan kelam GP San Marino di Sirkuit Imola. Pada hari itu, Roland Ratzenberger kehilangan nyawanya dalam sesi kualifikasi final.

Saat sedang menjalani sesi kualifikasi kedua, ia kehilangan kendali atas kendaraannya dan menabrak pembatas lintasan dalam kecepatan sekitar 315 km/jam.

Parahnya kecelakaan sampai mengakibatkan ban depan kendaraan masuk ke dalam kokpit. Akibat tragedi ini, Ratzenberger mengalami retak tulang tengkorak dan kerusakan jantung. Ia sempat dibawa ke Rumah Sakit di Bologna namun nyawanya tak bisa terselamatkan lanaran parahnya cedera yang ia derita.


Ayrton Senna – Grand Prix San Marino 1994

Pebalap F1 asal Brasil,Ayrton Senna. (Telegraph.co.uk)

San Marino GP tahun 1994 tak hanya merenggut nyawa Roland Ratzenberger seorang. Akhir hayat seorang legenda Formula 1, Ayrton Senna juga terjadi di balapan yang sama.

Ayrton Senna dianggap sebagai salah satu pembalap terbaik dalam sejarah F1 meski kariernya berakhir tragis di GP San Marino. Insiden dalam balapan itu merengguh nyawanya dalam usia 34 tahun.

Setelah mengetahui Ratzenberger tewas di sesi kualifikasi, doktor menyarankan agar Senna mundur dari balapan karena kondisi kesehatannya yang kurang baik. Tapi Senna menolak.

Sehari pasca kecelakaan yang menghilangkan nyawa Ratzenberger, mobil yang dikemudikan Senna menabrak barrier pada kecepatan 233 km/jam. Senna mengalami pendarahan parah dan dilarikan ke Rumah Sakit Maggiore Bologna. Namun ia meninggal karena cedera otak parak dan kerusakan arteri.

Senna sukses menjadi juara dunia tiga kali bersama McLaren sebelum bergabung ke Williams pada 1994. 

 


Jules Bianchi – Grand Prix Jepang 2014

Pebalap asal Prancis, Jules Bianchi, diprediksi akan menjadi pebalap utama Ferrari sebelum mengalami kecelakaan fatal yang merenggut nyawanya pada GP Jepang di Sirkuit Suzuka, 25 Oktober 2014. (F1i.com/XPB Images)

Setelah lebih dari dua puluh tahun, F1 kembali memakan korban. Jules Bianchi meregang nyawa pada 17 Juli 2015. Bianchi turun dalam GP Jepang pada 5 Oktober 2014.

Kondisi sirkuit tidak ideal karena hujan yang disebabkan Topan Phanfone membuat lintasan tergenang dan jarak pandang terganggu. Sirkuit Suzuki yang diguyur hujan lebat mengakibatkan lintasan menjadi sangat licin saat itu.

Pembalap Adrian Sutil yang kehilangan kembali melintir di berhenti di pinggir lintasan. Segera mobil derek petugas datang untuk memindahkan kendaraan ke luar lintasan yang lebih aman agar tak menganggu jalannya balapan.

Saat proses pemindahan kendaraan berlangsung, tak disangka Bianchi tiba-tiba melesat dan menabrak bagian belakang mobil derek. Tabrakan ini mengakibatkan cedera serius yang mengakibatkan pemuda berusia 25 tahun itu harus kehilangan nyawanya setelah beberapa bulan bertahan hidup di rumah sakit.

Jules Bianchi menjadi pembalap Formula 1 terakhir hingga kini yang meninggal karena kecelakaan di lintasan balap. 

Infografis Daftar Tim Pembalap dan Jadwal Formula E Jakarta 2022. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya