Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi dibuka melemah mendekati level psikologis Rp15.000 per dolar AS.
Rupiah pagi ini bergerak melemah 6 poin atau 0,04 persen ke posisi 14.978 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.972 per dolar AS.
Advertisement
"Untuk rupiah masih terpengaruh sentimen inflasi Indonesia. Nilai inflasi yang diumumkan pekan lalu lebih tinggi dari perkiraan," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara, Selasa (5/7/2022).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Juni sebesar 0,61 persen (mom) atau 4,35 persen (yoy), tertinggi sejak 2017.
Penyumbang inflasi pada Juni utamanya berasal dari komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam ras.
Sementara itu, pada Juli 2022 pemerintah akan menaikkan tarif listrik. Hal itu berpotensi untuk memacu inflasi pada periode tersebut.
"Tingginya nilai inflasi ini dinilai akan memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena tingginya inflasi akan menggerus daya beli masyarakat," ujar Revandra.
Pada Senin (4/7) lalu, rupiah ditutup melemah 29 poin atau 0,19 persen ke posisi 14.972 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.943 per dolar AS.
Inflasi Dunia Ancam Pemulihan Ekonomi RI, Sri Mulyani Was-Was
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimis, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 bisa mencapai 4,9 persen hingga 5,4 persen.
Alasannya, mobilitas masyarakat kian meningkat dan berbagai aktivitas ekonomi kembali berjalan seiring dengan terkendalinya Covid-19.
Hanya saja, momentum pemulihan ekonomi saat ini mengalami tekanan dari kenaikan inflasi dunia yang mulai merembes ke pasar domestik. Hal ini pun berpotensi menggerus pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang sedang mengalami peningkatan.
"Konsumsi masyarakat yang akan pulih tetapi harus dilihat hati-hati karena inflasi akan menggerus dukungan dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga kita," kata Sri Mulyani di kompleks DPR, Jakarta, Jumat (1/7).
Tak hanya itu, sumber pertumbuhan terbesar lainnya yakni sektor investasi juga berpotensi terganggu jika inflasi terus mengalami kenaikan. Kenaikan inflasi di dalam negeri pun terancam pertumbuhannya.
"Kemungkinan akan tergerus kalau inflasi interested naik, ini bisa menurunkan investasi," katanya.
Advertisement
Jadi Penentu Ekonomi
Artinya, dua sektor ini menjadi penentu kinerja ekonomi tahun ini rentan terhadap kenaikan inflasi. Untuk itu, bendahara negara ini akan menjaga pertumbuhan agar tetap bisa tumbuh dengan kualitas yang baik.
Dia menginginkan pertumbuhan ekonomi hanya sukses dari sisi pertumbuhan angka. Melainkan juga harus bisa menciptakan kesempatan baru bagi masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
"Pemulihan ekonomi ini bukan untuk kembalikan gross tetapi menciptakan kesempatan kerja baru dan mengurangi kemiskinan," katanya.