Mengintip Warga Banyusangkah 'Sulap' Garam Jadi Detergen Ramah Lingkungan

Produksi olahan garam sempat terhenti karena pandemi dan cuaca ekstrem.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 06 Jul 2022, 11:00 WIB
Salah satu produk olahan garam warga Desa Banyusangkah, Bangkalan yaitu sabun cair ramah lingkungan

Liputan6.com, Bangkalan Garam rupanya tak sekadar bumbu dapur. Lewat proses fortifikasi atau pengayaan, butiran garam yang dihasilkan lewat kristalisasi air laut ternyata bisa menghasilkan berbagai olahan pangan dan non-pangan.

Sejak 2018, ada 30 warga Desa Banyusangkah, Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan, Jawa Timur, belajar proses fortifikasi dengan bimbingan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Trunojoyo Madura. Mereka adalah petani garam dan sebagian pengolah ikan asin.

"Selain dari UTM, pelatihan ini bisa berjalan karena mendapat dukungan penuh dari Perusahaan Minyak PHE WMO," kata Kepala Desa Banyusangkah, Abd Syukur.

Total ada 9 produk olahan garam yang berhasil dibuat warga Banyusangkah. Terdiri dari 3 produk olahan non-pangan dan 6 produk olahan pangan.

Produk olahan non-pangan tersebut di antaranya adalah eco detergen (cair), sabun cuci tangan ramah lingkungan, dan garam relaksasi. Sedangkan, olahan produk pangan di antaranya yaitu pembuatan dendeng ikan non-komersil beserta bumbu dendeng ikan yang dikemas, sea salt caramel, sea salt nougat candy, bumbu tabur, garam bumbu (garam cabai dan garam vanila).

"Saya berharap pelatihan ini terus berlanjut, karena bisa meningkatkan nilai ekonomis garam sekaligus membantu perekonomian masyarakat," Syukur mengatakan.


Sempat Terhenti

Suasana warga Banyusangkah mengikuti pelatihan mengolah garam oleh LPPM UTM

Program pelatihan pengayaan olahan garam ini rupanya sempat terhenti lama. Menurut Syukur, pelatihan sempat terhenti selama pandemi Covid-19 yang mengharuskan orang-orang menjaga jarak.

Selain corona, kendala utama adalah cuaca ekstrem yang tidak memungkinkan para petani memproduksi garam seperti biasa.

Syukur yakin produk olahan garam yang diproduksi warganya bakal punya pasar yang bagus karena semua produknya ramah lingkungan.

"Inilah dua kendala yang sempat kami alami, semoga ke depan cuaca membaik," Syukur berharap.

Di Pulau Madura, produksi garam di Bangkalan terbilang yang paling rendah dibanding tiga kabupaten lain yaitu Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.

Dari 18 kecamatan, produksi garam Bangkalan berfokus di lima kecamatan yaitu Tanjung Bumi, Sepuluh, Klampis, Kwanyar, dan Kecamatan Kamal. Produksi tahunannya di angka rata-rata 500 hingga 700 ton per tahun.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya