Liputan6.com, Jakarta - Di hadapan sekitar 30 mahasiswa Indonesia dan sejumlah pecinta seni yang hadir di Hotel Kosenda Jakarta dalam acara pekan NAIDOC 2022, David Williams, seorang seniman asal suku Wakka Wakka Australia memainkan alat musik tradisional aborigin.
Penampilan impresif itu seketika mendapat tepuk tangan gemuruh dari peserta yang hadir. Menurutnya, ini adalah kesempatan besar bisa mengunjungi Jakarta dan sejumlah kota lain di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
"Datang untuk membagikan misi kebudayaan dari Australia. Dan saya rasa, ini adalah pertukaran budaya. Selain itu, kunjungan ini juga dalam upaya memperkuat kerja sama Indonesia dan Australia," ujar Williams, Selasa (5/7/2022).
"Di masa modern ini, tentu banyak anak muda yang mendapatkan pengaruh moderenisasi, teknologi, Netflix, Play station dan lain-lainya. Namun, satu hal yang penting bagaimana anak muda bisa menggunakan teknologi agar bisa terkoneksi dengan budaya."
Bicara soal tantangan, ia mengaku sewaktu kecil saya sangat suka video game, tapi saya sadar bahwa harus juga terkoneksi dengan budaya.
"Saya berharap adanya apresiasi dari anak muda, terumata yang hadir hari ini. Ketika saya duduk di bangku universitas saya berkesempatan mempelajari musik Indonesia. Penting belajar dari negara lain, untuk menambah pemahaman sebagai seorang musisi," kata Williams.
"Anda tahu, musik adalah bahasa universal. Dan saya rasa minggu ini akan ada kesempatan untuk penampilan saya dengan beberapa tarian tradisional Bali. Para pemusik dan penari juga."
"Karena yang kami lakukan adalah menunjukkan pertukaran budaya melalui kekuatan kreativitas, karena kami tidak tahu seperti apa ini, kami tidak tahu akan berakhir di mana. Tapi kekuatan dan berbagi ide itulah yang sangat menarik."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bicara Soal Tantangan dan Apresiasi
Menurut David Williams, tantangan yang dihadapi, terutama ketika saya masih muda adalah seputar apresiasi dan pemahaman dasar tentang budaya.
"Orang-orang akan belajar. Beberapa dari orang tua mereka sendiri kadang punya pandangan sempit tentang apa itu budaya Aborigin dan bagaimana media menggambarkan apa itu orang Aborigin, siapa kita dan tentang kita, yang merupakan pendekatan yang sangat tidak tepat," Kata Williams.
"Karena, Anda tahu, ada banyak hal negatif yang digambarkan oleh media arus utama di Australia. Tapi untungnya itu berubah karena sekarang ada outlet media Pribumi, jadi kami yang bertanggung jawab atas narasinya."
"Kita bisa mengontrol bagaimana menceritakan kisah kita dengan cara yang benar. Dan kami melakukannya dengan pengetahuan dan rasa hormat dan hormat. Karena jika Anda tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman budaya itu, banyak hal yang hilang. Itu sangat berbahaya karena orang-orang kemudian memiliki pandangan yang salah tentang apa itu budaya Aborigin, siapa kita, dan bagaimana kita."
Advertisement
Seputar Soal David Williams
David Williams adalah seorang lelaki asli suku Wakka Wakka dan Direktur Eksekutif Gilimbaa.
Dia membawa budaya dan koneksi seumur hidup ke dalam pekerjaannya. Williams dipengaruhi erat oleh keluarga dekat dan Sesepuhnya yang mendorong dirinya untuk menggunakan keahlian kreatifnya sebagai alat penghubung antara budaya dengan komunitas yang lebih luas.
Dengan hampir 20 tahun pengalaman sebagai seniman budaya yang bekerja secara lokal, nasional dan internasional, Williams menggunakan kreativitas sebagai alat komunikasi budaya abad ke-21 yang efektif.
Williams memiliki kemampuan unik untuk berjalan di dua dunia, yaitu mempengaruhi di ruang rapat nasional dan internasional semudah dirinya terhubung dengan komunitas.
Williams merupakan anggota dari Microsoft Reconciliation Action Plan Advisory Group, anggota Indigenous Advisory Group untuk Queensland Art Gallery and Gallery of Modern Art. Dia adalah mantan anggota dewan Queensland Museum Network, mantan ketua Queensland Museum Aboriginal dan Komite Konsultatif Torres Strait Islander.
Bagian dari Pekan NAIDOC 2022
Kunjungan David Williams ke Indonesia ini adalah bagian dari Pekan NAIDOC (3-10 Juli) yang diselenggarakan setiap bulan Juli adalah untuk mempromosikan pemahaman yang lebih luas terhadap budaya asli penduduk Aborigin dan Pulau Selat Torres serta merayakan keberlangsungan dan kontribusi budaya asli terhadap Australia yang modern.
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams mengatakan, “Pekan NAIDOC merupakan sebuah kesempatan bagi seluruh penduduk Australia untuk merayakan sejarah, budaya serta prestasi penduduk asli Aborigin dan Pulau Selat Torres.”
“Kedutaan Besar Australia di Indonesia merayakan Pekan NAIDOC tahun ini dengan mengundang penduduk asli Australia terkemuka, David Williams. David akan berbagi perspektif uniknya tentang bagaimana peran budaya mempengaruhi karya kreatifnya di industri komunikasi strategis,” tambah Duta Besar Williams.
Selama di Indonesia, David akan bertemu dengan mahasiswa Indonesia, komunitas seni kreatif, dan alumni Indonesia dari universitas Australia untuk berbagi keahliannya dalam membawa perspektif budayanya ke dalam proses kreatif melalui serangkaian diskusi kreatif dan pertunjukan didgeridoo di Jakarta, Bandung, dan Bali.
Kami mengajak Anda untuk mengikuti media sosial kami untuk mengetahui serangkaian cerita dan perspektif NAIDOC pekan ini juga sepanjang tahun.
Advertisement