Kreatif, Pesantren Ciamis Produksi Jamur Merang Kemasan Kaleng

Limbah serabut aren yang biasanya hanya dibuang semata hingga menggunung itu, melalui tangan kreatifnya mampu menghasilkan jamur merang dengan harga yang potensial, termasuk solusi dalam menyelesaikan persoalan lingkungan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 06 Jul 2022, 10:00 WIB
Contoh jamur merang dalam kemasan kaleng berbahan serabut aren hasil olah tangan pesantren Raudlatul Irfan Ciamis, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Menggunakan setelan sarung dan kopiah hitam khas pesantren, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Irfan, kabupaten Ciamis, Jawa Barat yang satu ini, tampak telaten menjelaskan manfaat pengolahan limbah serabut aren untuk media jamur merang (Volvariella volvacea).

Limbah serabut aren yang biasanya hanya dibuang semata hingga menggunung itu, melalui tangan kreatifnya mampu menghasilkan jamur merang dengan harga yang potensial, termasuk solusi dalam menyelesaikan persoalan lingkungan.

"Istilahnya selain paham ilmu fikihnya sekarang waktunya kita memahami sugihnya," ujar Irfan Soleh, sambil berkelekar merujuk besarnya potensi serabut aren yang bisa menjadi salah satu media media pangan alternatif tersebut, dalam obrolan hangatnya dengan media, Selasa (5/7/2022).

Kiai muda yang satu ini memang pengecualian. Selain paham urusan agama dengan mengelola sekitar 200 santri di pesantren, Irfan yang lulusan doktor itu juga pintar mencari cuan melalui bisnis, seperti membuat jamur merang kemasan kaleng untuk menghidupi santri dan lingkungan masyarakat sekitar.

"Ketika nanti jamur kalengan ini tersebar ke seluruh pasar, pasar modern, supermarket, otomotis membutuhkan banyak hubungan," kata dia.

Irfan menyatakan, ide awal pengolahan jamur merang kemasan kaleng ini, dimulai sejak 2015 lalu saat melihat besarnya potensi limbah serabut yang dibuang semata, tanpa menghasilkan nilai tambah.

"Ini jelas sebuah tantangan kenapa tidak kita coba menjadi sesuatu," kata dia.

Gayung bersambut, berangkat dari kebiasaannya sebagai kutu buku dalam mempelajari agama, akhirnya beberapa literasi yang ia pelajari mengenai jamur, membawanya memahami budaya jamur merang dengan seksama dengan media serabut aren.

"Kami belajar secara autodidak soal jamur hingga ke Yogyakarta meskipun itu medianya jerami," kata dia.

Walhasil, potensi limbah serabut aren di Kampung Kubang, Kampung Bojong Renged dan Kampung Cilengkrang, Desa Kertaharja, Kecamatan Cijeungjing, yang sejak lama dikenal sebagai daerah pengolahan tepung aren, akhirnya diolah menjadi media tanam jamur merang.

"Kami hanya menggunakan bahan baku serabut aren, kapur dan dedak plus bibit jamur merang," kata dia.

Dalam praktiknya, limbah serabut aren yang telah dipilah, kemudian dicampur dengan dedak dan kapur, yang akan digunakan sebagai media tanam bibit jamur merang untuk berkembang.

"Total dari awal pembuatan hingga panen jamur sekitar 40 hari," ujar dia.

Saat ini, produksi harian jamur merang pesantren berkisar di angka 80-100 kilogram (kg) per hari, sementara harga jual dibanderol Rp 35-40 ribu per kg. "Kurang lebih pendapatan kami sekitar 80 juta per bulan atau sekitar Rp 300 jutaan per tahun," kata dia.


Potensi Jamur Kaleng

Pengasuh Ponpes Raudlatul Irfan Ciamis Dr. Irfan Soleh dan Deputi Kepala KPw BI Tasikmalaya Nurtjipto, menunjukan jamur merang dalam kemasan kaleng berbahan serabut aren. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Irfan memahami, ancaman kebusukan jamur merang yang memiliki siklus hidup hanya 8 jam ini terbilang tinggi, sehingga memeras otaknya untuk menghasilkan produksi jamur dalam kemasan kaleng.

"Dengan kemasan kaleng ini jamur merang bisa bertahan hingga enam bulan tanpa perubahan kualitas," kata dia.

Selain menghasilkan harga jual yang tinggi, hadirnya jamur merang dalam kemasan kaleng ujar dia, menjadi hal baru bagi penyuka jamur Tanah Air.

"Untuk media serabut aren, mungkin kami satu-satunya di Indonesia, yang lain kebanyakan menggunakan jerami," kata dia.

Selain kandungan protein yang tinggi, kemampuannya mengolah limbah serabut aren menjadi media tanam jamur merang, menjadi solusi jangka panjang persoalan limbah lingkungan.

"Selain menghasilkan jamur, media bekas tanamnya juga bisa digunakan sebagai pupuk kompos organik," ujar dia.

Meskipun produksi jamur merang kaleng pesantren ini masih terbatas, namun produl mereka sudah merambah beberapa daerah di wilayah Bandung, Tasik, Kota Banjar, dan sekitarnya.

"Ada banyak nilai tambah yang dihasilkan selain bagi pesantren dengan penambahan fasilitas belajar santri, juga buat masyarakat sekitar," kata dia.

Melihat besarnya peluang jualan komoditas jamur merang, Irfan berencana memperluas produksi jamur merang dengan melibatkan masyarakat sekitar, setelah proses perizinan produksi jamur kemasan seluruhnya dikantongi.

"Kita akan membuat mitra masyarakat membuat kumbung jamurnya, kita kasih modal kita terima barangnya gitu," ujar dia.


Sumbangsih Bank Indonesia

Seoang pegawai pesanten Raudlatul Irfan Ciamis, Jawa Barat tengah membalikan bahan serabut aren yang digunakan sebagai media hidup jamur merang. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya, Nurtjipto mengapresiasi ikhtiar pengolahan limbah lingkungan yang dilakukan pesantren Raudlatul Irfan, untuk menghasilkan produk bernilai tambah tinggi.

"Sangat luar biasa tidak hanya ngasih (keuntungan) tapi juga ada upaya-upaya yang dapat di kalangan Pesantren dalam pengolahan limbah," kata dia.

Menurutnya, pengolahan limbah menjadi produk bari, sejalan dengan upaya pemerintah dalam menggairahkan pemberdayaan ekonomi di lingkungan pesantren.

"Tidak hanya menjadi media tanam jamur, itu nanti juga tetep dimanfaatkan sebagai pupuk," kata dia.

Untuk membantu mereka, tak mengherankan BI KPw Tasikmalaya memberikan bantuan fasilitas mesin produksi pengolahan jamur merang, hingga menjadi produk kemasan bernilai tinggi.

"Semoga jangkauan pasarnya menjadi lebih luas seiring peningkatan produksi," kata dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya