Kasus Covid-19 Kembali Naik, Masyarakat Diimbau Tetap Pakai Masker Saat Sakit dan Berkerumun

Aturan yang memperbolehkan masyarakat untuk lepas masker di luar ruangan masih berlaku. Namun, Satgas Covid-19 mengimbau masyarakat tetap memakai masker saat sakit dan berkerumun.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 05 Jul 2022, 21:30 WIB
Sejumlah warga menyeberang jalan di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Selasa (17/5/2022). Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan kebijakan pelonggaran penggunaan masker karena situasi pandemi COVID-19 di Indonesia sudah menunjukkan perbaikan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus Covid-19 di Indonesia kembali naik akibat varian Omicron BA.4 dan BA.5. Diprediksi, puncaknya terjadi pada minggu kedua atau ketiga Juli 2022.

Kenaikan kasus Covid-19 bisa terlihat dari data harian. Berdasarkan data terakhir yang dihimpun Kementerian Kesehatan, Senin, 4 Juli, penambahan kasus harian ada sebanyak 1.434.

Sedangkan dalam tiga minggu terakhir, kasus harian Covid-19 di Tanah Air sempat berkali-kali melewati 2.000 per harinya. Tepatnya pada 24 hingga 30 Juni dan 1 Juli.

Meski demikian, aturan yang memperbolehkan masyarakat untuk lepas masker di luar ruangan masih berlaku. "Sejauh ini tidak ada perubahan aturan. Namun, kami tetap mengimbau masyarakat untuk terus berhati-hati," kata Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Prof Wiku Adisasmito kepada Liputan6.com, Selasa, 5 Juli.

"Dimohon komitmennya juga untuk saling menjaga, yaitu memakai masker saat sakit dan saat berkerumun."

Wiku menambahkan saat ini Indonesia masih terus untuk berupaya mengendalikan kasus Covid-19. Dia pun berharap kenaikan kasus yang diprediksikan akibat Omicron BA.4 dan BA.5 tidak terjadi secara signifikan.

"Indonesia saat ini masih terus berupaya mengendalikan kondisi kasus Covid-19. Kita berharap bersama, tren kenaikan kasus tidak terjadi signifikan," ucapnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Aturan lepas masker

Para pekerja yang mengenakan masker berjalan kaki setelah meninggalkan perkantorannya di Jakarta, Rabu (2/2/2022). Sebanyak 5.110 pasien COVID-19 di Indonesia sembuh, membuat total pasien sembuh mencapai 4.148.804 orang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Wakil Presiden Ma'aruf Amin meminta aturan penggunaan masker di luar ruangan harus diperketat kembali, termasuk saat masyarakat berada di luar ruangan. Saat ada kenaikan kasus, maka kelonggaran penggunaan masker pun akan ditarik kembali hingga situasinya memungkinkan.

"Kalau masker, protokol kesehatan tetap kita ketatkan, masker terutama ya, ada kenaikan terpaksa masker harus dipakai lagi. Jadi kelonggaran itu kita tarik dulu sampai nanti situasinya memungkinkan baru kita buka lagi," kata Ma'ruf Amin di Mataram, Nusa Tenggara Barat, baru-baru ini.

Sedangkan dalam Rapat Terbatas Evaluasi PPKM di Jakarta, Senin (4/7/2022), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan sejauh ini belum ada perubahan kebijakan mengenai masker. "Belum ada perubahan dari kebijakan mengenai masker dari yang terakhir disampaikan oleh pemerintah," ujarnya.

"Jadi di luar diizinkan untuk tidak menggunakan masker, sedangkan di dalam ruangan diharapkan, diimbau untuk memakai masker," tambahnya.

 


Bingungkan masyarakat

Para pekerja yang mengenakan masker berjalan kaki setelah meninggalkan perkantorannya di Jakarta, Rabu (2/2/2022). Satgas Penanganan COVID-19 turut mencatat sebanyak 25 orang meninggal dunia, membuat total angka kematian mencapai 144.373 orang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Terkait perbedaan suara mengenai aturan penggunaan masker,Dicky Budiman menilai membingungkan rakyat. "Pemerintah justru sekarang berbeda suara soal aturan pelonggaran masker di luar ruangan," kata Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia itu kepada Liputan6.com.

"Wapres Ma'ruf Amin bilang ditarik sementara, sedangkan Menkes Budi Gunadi malah bilang tidak ada perubahan. Ini Jadi membingungkan rakyat.

Dicky menyayangkan perbedaan itu. Menurutnya, dalam hal strategi komunikasi risiko, konsistensi, kejelasan pesan dan kesinergian antarpihak atau sektor di pemerintah merupakan hal yang penting.

"Ini membangun kepercayaan dan akan berpengaruh pada program lainnya. Seperti misalnya bicara masker atau pandemi terkendali kemudian memburuk, bukan berarti tidak berpengaruh pada cakupan vaksinasi booster, itu berpengaruh," ucap Dicky.

 


Dampak lain

Pejalan kaki menggunakan masker di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (27/5/2020). Empat provinsi di Indonesia termasuk DKI Jakarta akan mulai melakukan persiapan menuju new normal atau tatanan kehidupan baru menghadapi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Menurut Dicky, adanya perbedaan pemberian informasi yang terlalu optimis dapat membawa dampak lain."Sekali masyarakat menerima informasi terlalu optimis atau hanya membawa positif-positif, yang terbangun bukan kewaspadaan. Selain mereka berharap ini selesai, sebagian juga di sisi lain akan menurun kepercayaannya dan itu berbahaya," katanya.

"Walaupun saat ini memang tahun kedua, tahun ketiga jauh lebih baik komunikasi resikonya dibanding tahun pertama. Tetap harus dijaga terus."

Menurutnya, di negara-negara lain biasanya alur informasi yang diberikan oleh pimpinan dan pejabatnya akan selaras. Pejabat biasanya juga akan mengikuti aturan dari pimpinan atas, bukan sebaliknya.

"Kalau ini berbeda imbauannya, ini yang salah. Harus diperbaiki," tandas Dicky.

Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya