Liputan6.com, Jakarta - PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) mengantongi pinjaman Rp 3 triliun dari Kookmin Bank Hong Kong. Pinjaman tersebut digunakan untuk meningkatkan dan memperkuat modal pelengkap (Tier II) Perseroan.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (5/7/2022), Bank KB Bukopin menyatakan telah merealisasikan penerimaan pinjaman subordinasi dari Kookmin Bank Hong Kong pada 30 Juni 2022. Sedangkan penandatanganan perjanjian pinjaman subordinasi itu pada 29 Juni 2022.
Advertisement
Pinjaman tersebut berjangka waktu tujuh tahun dengan bunga 8,5 persen p.a dan tanpa jaminan.
Perseroan menyatakan transaksi pinjaman ini untuk meningkatkan dan memperkuat modal perseroan serta mendukung rencana bisnis perseroan sehingga harus mengambil langkah strategis yang konkret. Salah satunya melalui peningkatan modal perseroan.
“Dengan melakukan transaksi ini, perseroan memproyeksikan selisih kenaikan rasio KPMM actual sebesar 5,31 persen, selisih kenaikan rasio LCR sebesar 38,76 persen dan selisih kenaikan rasio NSFR sebesar 5,77 persen,” tulis manajemen perseroan.
Adapun transaksi pinjaman subordinasi antara PT Bank KB Bukopin Tbk dengan Kookmin Bank Hong Kong ini sebagai transaksi material merupakan transaksi afiliasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan.
Kookmin Bank Hong Kong merupakan cabang dari Kookmin Bank Co Ltd (KBHQ) dengan KBHQ merupakan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali dari perseroan dengan kepemilikan 67 persen per Mei 2022.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kantongi Pinjaman dari IFC
Sebelumnya, PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) meraih total pinjaman USD 300 juta atau sekitar Rp 4,42 triliun (asumsi kurs Rp 14.749 per dolar AS) dari International Finance Corporation (IFC) dan KB Kookmin Bank Co Ltd Singapore Branch (KBSG).
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (16/6/2022), Bank KB Bukopin akan memakai pinjaman untuk kredit berwawasan lingkungan sejalan dengan program yang sedang gencar digaungkan terkait keuangan berkelanjutan. Dalam menyalurkan pendanaan, perseroan akan menghindari sektor-sektor yang dapat menimbulkan kerugian bagi lingkungan.
"Perseroan akan menyalurkan pembiayaan kepada debitur yang memiliki perhatian terhadap lingkungan dan sosial,” tulis manajemen perseroan.
Perseroan menyatakan, kalau pinjaman dari IFC dan KBSG dipandang cukup profitable dengan kontribusi net interest margin (NIM) 2,89 persen.
Adapun pertimbangan pinjaman tersebut sebagai langkah perseroan mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana bisnis bank (RBB) pada 2022, perseroan berinisiatif untuk mendapatkan diversifikasi sumber dana jangka panjang melalui pinjaman luar negeri yang dilakukan untuk kepentingan perseroan antara lain pendanaan ekspansi bisnis perseroan di antaranya melalui pinjaman dari IFC dan KBSG.
Advertisement
Selanjutnya
Pinjaman dari IFC dengan total pinjaman USD 300 juta. Pinjaman itu sebesar 20 persen langsung dipinjamkan kepada perseroan sebesar USD 60 juta. Sisanya USD 240 juta dipinjamkan kepada KB Kookmin Bank Co Ltd (KBHQ) akan meminjamkan kepada KBSG. Kemudian KBSG meminjamkan kepada Bank KB Bukopin. Dengan demikian total pinjaman yang diterima dari Bank KB Bukopin sebesar USD 300 juta.
Pinjaman luar negeri itu dilakukan dalam dua tahap. Pertama, transaksi pinjaman luar negeri dengan KBSG sebesar USD 240 juta dalam mata uang rupiah yang direalisasikan pada 10 Juni 2022. Sementara transaksi pinjaman luar negeri dengan IFC sebesar USD 60 juta dalam mata uang rupiah direalisasikan pada 31 Mei 2022.
Adapun pinjaman tersebut berjangka waktu tiga tahun dan bunga pinjaman sebesar berbasis kuotasi INDOGB 3 tahun + margin 140 bps. Pinjaman dari IFC tersebut bersifat bersih atau tanpa ada jaminan.
Kinerja 2021
Sebelumnya, PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) menekan rugi bersih sepanjang 2021. Pada periode itu, rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk susut menjadi Rp 2,28 triliun, dari sebelumnya Rp 3,25 triliun pada 2020.
Sepanjang 2021, Bank KB Bukopin mencatatkan pendapatan bunga dan syariah Rp 4,22 triliun, turun 20,5 persen dibandingkan 2020 sebesar Rp 5,31 triliun.
Pada periode tersebut, perseroan berhasil menekan beban bunga dan syariah menjadi Rp 3,4 triliun pada 2021 dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 4,71 triliun. Sehingga pendapatan bunga dan syariah mampu tumbuh 39,76 persen menjadi Rp 829,52 miliar dari Rp 593,52 miliar pada 2020.
Bank KB Bukopin juga mencatatkan total pendapatan operasional lainnya sebesar Rp 151,16 miliar, turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1,03 triliun.
Pada saat bersamaan, perseroan mencatatkan keuntungan transaksi mata uang asing Rp 107,115 miliar dari sebelumnya yang rugi Rp 108,27 miliar. Serta pemulihan estimasi kerugian atas komitmen dan kontinjensi Rp 24m97 miliar dari sebelumnya yang minus Rp 29,69 miliar.
Sementara beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan tercatat minus 1,05 triliun dari sebelumnya minus Rp 2,62 triliun. Beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset non-keuangan membengkak menjadi minus Rp 95,6 miliar dari sebelumnya minus Rp 14,72 miliar.
Advertisement
Selanjutnya
Lalu kerugian dari perubahan nilai wajar aset keuangan pada 2021 tercatat sebesar Rp 12,68 miliar dari tahun sebelumnya Rp 226 juta. Beban operasional lainnya umum dan administrasi tercatat naik tipis menjadi Rp 1,86 triliun dari sebelumnya Rp 1m78 triliun.
Beban untuk gaji dan tunjangan karyawan naik menjadi Rp 1,1 triliun dari sebelumnya Rp 872 miliar. Serta premi program penjaminan pemerintah Rp 79,54 miliar dari sebelumnya Rp 144,3 miliar. Berdasarkan rincian itu, perseroan mencatatkan rugi operasional sebesar Rp 3,09 triliun di 2021. Lebih kecil dibandingkan posisi akhir Desember 2020 yang tercatat minus Rp 3,95 triliun.
Setelah dikurangi pajak, Bank KB Bukopin mencatatkan rugi tahun berjalan sebesar Rp 2,3 triliun, turun dibanding posisi akhir Desember 2020 yang rugi Rp 3,26 triliun.
Dari sisi aset hingga Desember 2021 tercatat sebesar 82,21 triliun, naik dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp 79,94 triliun. Liabilitas naik dari Rp 71,47 triliun di 2020 menjadi Rp 76 triliun di 2021. Serta ekuitas naik menjadi Rp 13,2 triliun dari Rp 8,5 triliun pada 2020.