Delos Bantu Petambak Udang Ekspor Produk ke Jepang dan AS Lewat Teknologi Berbasis Data

Delos mengklaim mampu memberikan solusi berbasis data untuk masalah sehari-hari yang dihadapi petambak udang.

oleh Iskandar diperbarui 06 Jul 2022, 08:30 WIB
Tambak udang di pantai Kota Dumai yang berdekatan dengan kawasan mangrove. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta - Startup aquatech lokal, Delos, mendorong petambak udang di Indonesia untuk memperoleh panen yang besar agar bisa mendapatkan keuntungan tinggi.

Melalui layanan bernama AquaLink, Delos akan mengkonsolidasikan value chain dari hulu ke hilir, mulai dari pemilihan bahan baku seperti benur dan pakan, pemrosesan, pemasaran, jalur ekspor, hingga penjualan langsung ke pasar luar negeri seperti Jepang dan Amerika Serikat (AS).

CEO Delos, Guntur Mallarangeng, mengklaim perusahaan mampu memberikan solusi berbasis data untuk masalah sehari-hari yang dihadapi petambak udang, dan sejauh ini telah terbukti berhasil mengoptimalisasikan pengelolaan dan meningkatkan daya guna tambak.

"Sambutan positif terasa sejak November 2021, di mana jangkauan tambak Delos kini semakin luas tersebar di berbagai pulau di Indonesia. Saat ini, banyak permintaan dari berbagai wilayah agar kami membantu mereka. Masih ada ribuan hektar tambak potensial yang dapat dikembangkan," kata Guntur melalui keterangannya, Rabu (6/7/2022).

Seperti diketahui, harga jual udang menjadi tinggi ketika sudah berada di pasar luar negeri. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa petambak udang juga perlu memperhatikan supply chain atau rantai pasok yang terintegrasi ke pasar luar negeri, meskipun biaya operasional dan risiko panennya tergolong tinggi.

Adanya perubahan kecil dalam kualitas air atau pakan saja dapat berdampak besar pada hasil panen. Delos yang mengklaim mampu mendorong produktivitas panen 2-3 kali rata-rata industri, dapat memberikan solusi dengan mengimplementasikan sistem pengelolaan tambak modern dan solusi rantai pasokan untuk meningkatkan produktivitas.

Selain produktivitas, rantai pasok yang terintegrasi ke pasar luar negeri masih menjadi masalah mendasar bagi industri akuakultur Indonesia.

AquaLink sebagai sebuah produk integrasi supply chain, akan menghubungkan petambak udang dengan rantai pasokan dunia untuk memfasilitasi penjualan hasil panen dengan harga dan sistem pembayaran terbaik.

Guntur menilai Indonesia dapat bersaing di industri makanan laut internasional, asalkan petambak udang di Indonesia sudah dapat mengkonsolidasikan mulai dari proses awal, pemilihan benur, pakan, dan panen yang baik, serta pengemasan hingga ekspor ke Amerika dan Eropa.

"Delos bermimpi mempunyai merek udang sendiri (made in Indonesia) yang bisa bersaing di luar negeri," ucap Guntur memungkaskan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Raih Tambahan Pendanaan Rp 114 Miliar

Penggunaan teknologi disebut bisa menaikkan produksi tambak udang. (Istimewa)

Sebelumnya, Delos mengumumkan tambahan pendanaan tahap awal (seed extension round) senilai US$ 8 juta atau sekitar Rp 114 miliar.

Pendanaan ini dipimpin oleh Centauri Fund, sebuah perusahaan permodalan ventura kerjasama MDI Ventures dan KB Investment Co., Ltd. dan Alpha JWC Ventures, salah satu perusahaan modal ventura terkemuka di Asia Tenggara.

Pendanaan startup juga diikuti beberapa investor lain, seperti Number Capital, Arise, iSeed SEA, Irvan Kolonas, Alto Partners Multi-Family Office, Mahanusa Capital, Founder Kopi Kenangan James Prananto, dan sejumlah investor lainnya.

Dengan suntikan pendanaan seed extension round ini Delos akan melanjutkan serta memperluas pendampingan dan penanganan klien tambak. Juga melanjutkan pengembangan produknya: AquaHero, AquaLink, dan AquaBank, untuk memacu pertumbuhan industri akuakultur dan memulai 'revolusi biru' di Indonesia.

CEO Delos, Guntur Mallarangeng, mengatakan sambutan positif terasa sejak November 2021, di mana perusahaan on track untuk menjalankan pendampingan 100 hektare tambak udang intensif dan super-intensif dalam waktu dekat.

"Saat ini banyak permintaan dari berbagai wilayah agar kami membantu mereka. Lebih dari 600 hektar tambak yang masih menunggu sentuhan Delos," ungkap Guntur melalui keteranannya, Kamis (24/3/2022).

Ia menambahkan perusahaan ingin mendorong Indonesia untuk sadar bahwa lautan yang luas memiliki potensi besar untuk menjadi sumber penggerak ekonomi nasional yang besar dan berkelanjutan.

 


Indonesia Eksportir Udang Terbesar Ketiga Dunia

Nelayan saat panen udang di tambak Desa Ketapang, Kabupaten Tangerang (21/01/2022). Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) bertujuan untuk mempercepat penyediaan infrastruktur dasar pengembangan perekonomian dan wisata masyarakat pesisir.(Liputan6.com/Fery Pradolo)

Partner Alpha JWC Ventures, Eko Kurniadi, mengatakan Indonesia adalah eksportir udang terbesar ketiga di dunia. Namun industri ini masih terfragmentasi serta terus terhambat oleh sistem pengelolaan yang tidak optimal dan ketinggalan zaman sehingga kualitas hasil panen tambak udang Indonesia selalu berada di bawah standar global.

"Delos mampu memberikan solusi berbasis data untuk masalah sehari-hari yang dihadapi petambak udang, dan sejauh ini mereka telah terbukti berhasil mengoptimalisasikan pengelolaan dan meningkatkan daya guna tambak," ujarnya.

Ia menyebut dengan memanfaatkan keahlian dan jaringan para pendiri Delos, pihaknya percaya perusahaan ini akan menjadi salah satu pemimpin revolusi biru di Indonesia.

DELOS, yang mampu menghasilkan produktivitas panen 2-3 kali rata-rata industri, dapat memberikan solusi kepada tantangan tersebut dengan mengimplementasikan sistem pengelolaan tambak modern dan solusi rantai pasokan untuk meningkatkan produktivitas.”

Sementara Managing Partner Centauri Fund, Kenneth Li, menuturkan Delos mampu menghasilkan produktivitas panen 2-3 kali rata-rata industri.

"Sehingga dapat memberikan solusi terhadap tantangan yang ada dengan mengimplementasikan sistem pengelolaan tambak modern dan solusi rantai pasokan guna meningkatkan produktivitas," Kenneth menambahkan.


Mengkonsolidasikan Value Chain dari Hulu ke Hilir

Sejak mendapatkan pendanaan tahap awal pada akhir 2021, Delos telah membangun AquaHero, sebuah sistem pengelolaan tambak lengkap dan terpadu yang menggabungkan metode ilmiah, teknologi, dan sistem operasional untuk memacu produktivitas panen udang.

Ke depannya, Delos akan mengkonsolidasikan value chain dari hulu ke hilir, mulai dari pemrosesan, pemasaran, ekspor, dan penjualan langsung ke pasar luar negeri yang bernilai lebih tinggi seperti Jepang dan Amerika Serikat.

Selain produktivitas, rantai pasok (supply chain) yang terintegrasi ke pasar luar negeri dan akses keuangan masih menjadi masalah mendasar bagi industri akuakultur Indonesia.

Untuk menangani hal ini, Delos mengembangkan dan membesarkan AquaLink, sebuah produk integrasi supply chain yang akan menghubungkan petambak udang dengan pemasok untuk memfasilitasi penjualan hasil panen dengan harga dan sistem pembayaran terbaik.


Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya