Saatnya Kelor di Palu Jadi Komoditas yang Menyejahterakan

Selain menjadi menu makanan, tanaman kelor disebut punya potensi menyejahterakan warga Kota Palu. Terlebih dengan telah berdirinya pabrik olahan kelor di daerah tersebut.

oleh Heri Susanto diperbarui 07 Jul 2022, 19:00 WIB
Direktur Utama PT KOI, Fransisca Yauri (paling kanan) bersama direksi KOI dan perwakilan Pemkot Palu saat diskusi dengan para camat dan lurah se-Kota Palu tentang manfaat kelor untuk kesejahteraan, Rabu (6/7/2022). (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Palu - Selain menjadi menu makanan, tanaman kelor disebut punya potensi menyejahterakan warga Kota Palu. Terlebih dengan telah berdirinya pabrik olahan kelor di daerah tersebut.

Akses bagi warga mendapat manfaat ekonomi dari kelor itu salah satunya diberikan oleh PT Kelor Organik Indonesia (KOI) di Kota Palu yang memproduksi berbagai produk olahan daun kelor seperti tepung, teh, dan bahan pangan lainnya.

Direktur Utama PT KOI, Fransisca Yauri dalam diskusi bersama lurah dan camat se-Kota Palu bertema "Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi di Kelurahan Kota Palu Melalui Pengembangan Tanaman Kelor" mengungkapkan, sediaan bahan baku untuk kebutuhan di perusahaan yang berdiri sejak tahun 2020 itu masih menjadi kendala. Untuk itu kemitraan dengan warga sedang dibangun agar pasokan bahan baku terutama daun kelor bisa terjamin.

"Rata-rata kebutuhan bahan baku kami 500 ton per tahun, sedangkan sampai saat ini pasokan yang masuk rata-rata hanya 2 ton perbulan atau 24 ton per tahun. Artinya peluang masih besar," Fransisca mengungkapkan usai menjadi pembicara dalam diskusi tersebut, di Kelurahan Tipo, Kota Palu, Rabu (6/7/2022).

Agar daun kelor warga bisa diterima perusahaan, Sisca mengingatkan kualitas harus dijaga. Untuk itu, pihak perusahaan akan memberi pelatihan hingga meminjamkan mesin pengering daun kelor kepada warga yang menjadi mitra. Soal harga, pihak perusahaan memberi dua skema yang bisa dipilih warga, yakni Rp35 ribu bagi warga yang menggunakan mesin pengering perusahaan dan Rp50 ribu per kg untuk yang menggunakan mesin sendiri.

Simak video pilihan berikut ini:


Potensi Ekspor untuk Kebutuhan Global

Salah satu ruang pengolahan daun kelor menjadi produk tepung di PT KOI. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Asisten II Bidang Perekonomian Pemkot Palu, Husaema yang hadir dalam diskusi itu menegaskan dukungan pemerintah daerah dalam upaya mengembangkan kelor menjadi sumber ekonomi.

"Tantangannya adalah memberi pengetahuan ke warga tentang cara pengolahan kelor agar mendapat kualitas yang baik. Bersama PT KOI warga bisa belajar apalagi kelor memang mudah tumbuh dan jadi budaya warga Palu," kata Husaema.

Bagi masyarakat Kota Palu, tanaman kelor selama ini punya dua fungsi utama. Selain menjadi pagar hidup, daunnya yang diolah bersama santan menjadi masakan wajib di atas meja makan terutama pada acara-acara penting semisal pernikahan, adat, hingga pemerintahan.

Padahal, kelor juga diminati negara lain lantaran punya kandungan nutrisi dan zat seperti vitamin A, B2, B6, dan C. Daun tanaman bernama lain Moringa Oleifera itu juga mengandung zat besi, kalsium, kalium, dan magnesium. Sejauh ini India masih menjadi pemasok olahan kelor tertinggi untuk kebutuhan global.

"Padahal secara kualitas kelor di Sulawesi Tengah lebih baik. Kalau warga sudah tergerak budi daya kelor yang baik dan bahan baku terjamin, potensi ekspor tentu besar dari Sulteng," Direktur Utama PT KOI, Fransisca Yauri memungkasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya