Mohammad Barkindo Sekjen OPEC Meninggal Dunia

Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Mohammad Barkindo dikabarkan telah meninggal dunia pada 5 Juli 2022.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jul 2022, 10:49 WIB
Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)

Liputan6.com, Jakarta Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) atau Organisasi Negara Pengekspor Minyak tengah berduka. Pasalnya salah satu petinggi dikabarkan meninggal dunia.

"Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menghembuskan nafas terakhir," kata otoritas Nigeria dalam pengumumannya pada Rabu 5 Juli 2022 seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (7/7/2022).

Juru bicara Kementerian Perminyakan Nigeria mengatakan kepada The Associated Press bahwa Mohammad Barkind meninggal pada Selasa 5 Juli malam. Penyebab kematian pria berusia 63 tahun itu belum diketahui.

Direktur Pelaksana Nigerian National Petroleum Company Limited, Mele Kyari, mencuit berita kematian sekjen OPEC Barkindo. Dia menggambarkan sosok tersebut sebagai "kehilangan besar bagi keluarga dekatnya, NNPC, negara kita Nigeria, OPEC dan komunitas energi global."

Barkindo, berkebangsaan Nigeria, memimpin OPEC sejak Agustus 2016. Ia melalui beberapa masa yang paling bergejolak termasuk selama pandemi ketika harga minyak anjlok karena penurunan permintaan.

Selama masa jabatannya sebagai Sekjen OPEC, ia bekerja untuk memastikan berbagai anggotanya tetap bersatu.

13 negara anggota OPEC memiliki 1,24 miliar cadangan minyak mentah di antara mereka, atau 80 persen dari pangsa dunia. Dari total minyak mentah dunia, bagian produsen OPEC hanya di bawah 38 persen. Namun, negara-negara anggota OPEC menyumbang sekitar 48 persen dari seluruh ekspor minyak mentah dunia pada tahun lalu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Jejak Peninggalan Barkindo

Mohammad Barkindo, Sekretaris Jenderal OPEC. (Melissa Phillip/Houston Chronicle via AP, File)

Peninggalan Barkindo, bagaimanapun, mungkin paling dikenang ketika ketika kelompok tersebut menandatangani perjanjian dengan produsen utama non-OPEC, Rusia, dan dikenal sebagai OPEC+. Perjanjian itu, yang akan berakhir tahun ini, membantu menstabilkan pasar minyak yang bergejolak selama pandemi, meskipun telah mendapat sorotan dan kritik yang meningkat di tengah harga minyak yang tinggi saat ini dan ketika AS dan negara-negara Barat lainnya mencoba menekan ekonomi Rusia akibat perang di Ukraina.

Barkindo mengakhiri masa jabatannya di OPEC ketika dia meninggal.

Dia memulai karirnya di Nigerian Mining Corporation pada 1982 sebelum memegang berbagai peran selama lebih dari dua dekade di Nigerian National Petroleum Corporation. Sebelum memimpin OPEC, Barkindo menjabat sebagai Wakil Direktur Pelaksana Nigerian Liquefied Natural Gas, perusahaan patungan antara NNPC dan raksasa minyak multinasional Shell, Total dan Eni.

Lahir di Yola, Nigeria, ia menempuh pendidikan di universitas di Nigeria sebelum mendapatkan gelar pasca sarjana di bidang ekonomi perminyakan dari Universitas Oxford di Inggris dan MBA dari Universitas Washington di AS.


Harga Minyak Dunia Stabil, Menanti Aksi OPEC soal Sanksi Rusia

OPEC memprediksi bahwa 94 persen mobil masih akan didukung oleh bahan bakar berbasis minyak hingga 2040.

Harga minyak dunia melonjak pada Selasa 31 Juni setelah para pemimpin Uni Eropa mencapai kesepakatan untuk melarang 90 persen minyak mentah Rusia pada akhir tahun.

Namun, harga berbalik arah sekitar pukul 2 siang. ET Selasa menyusul laporan dari The Wall Street Journal bahwa OPEC sedang mempertimbangkan untuk menangguhkan Rusia dari perjanjian produksi grup.

“Ini tentu saja dapat memfasilitasi pengakhiran awal perjanjian produksi saat ini dan peningkatan Saudi/UEA,” kata Helima Croft, direktur pelaksana dan kepala strategi komoditas global di RBC, dikutip dari CNBC, Rabu (1/6/2022).

“Namun dalam banyak kasus, sebenarnya produsen yang streslah yang meminta pengecualian. Pengecualian yang tidak disengaja mungkin berarti pecahnya OPEC+,” tambahnya.

Minyak mentah berjangka AS mengakhiri hari 40 sen, atau 0,35 persen, lebih rendah pada USD 114,67 per barel. Sebelumnya di sesi itu diperdagangkan setinggi USD 119,43, harga yang terakhir terlihat pada awal Maret.

Minyak mentah berjangka Brent terakhir diperdagangkan 1 persen lebih tinggi pada USD 112,84 per barel.

Lonjakan minyak di awal sesi terjadi setelah kesepakatan Uni Eropa tentang embargo minyak, setelah berminggu-minggu kebuntuan setelah Hungaria awalnya menahan pembicaraan. Hungaria adalah pengguna utama minyak Rusia dan pemimpinnya, Viktor Orban, telah bersahabat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Charles Michel, presiden Dewan Eropa, mengatakan langkah itu akan segera mencapai 75 persen dari impor minyak Rusia.

 


OPEC Adalah Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi, Pahami Tujuannya

Organization of Petroleum Exporting Countries atau OPEC (sumber: OPEC)

OPEC adalah singkatan dari Organization of the Petroleum Exporting Countries. Dalam bahasa Indonesia OPEC dikenal pula sebagai Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi. Jadi, organisasi ini diisi oleh negara-negara yang menghasilkan minyak bumi.

Anggota dari OPEC berasal dari Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Selatan. OPEC secara penuh dapat menetapkan harga pasar minyak internasional. Peran ini tentunya sangat besar pengaruhnya untuk setiap negara di dunia. 

 OPEC adalah organisasi yang bertujuan untuk menegosiasikan masalah-masalah mengenai produksi, harga, dan hak konsesi minyak bumi dengan perusahaan-perusahaan minyak yang ada di seluruh dunia. Indonesia dulunya juga adalah anggota OPEC, namun sekarang sudah mengundurkan diri.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, kamis (27/1/2022) tentang OPEC adalah.

Selengkapnya di sini...

Infografis Syarat Boleh Lepas Masker di Luar Ruangan. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya