Liputan6.com, Jakarta Tim Medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan melakukan pengambilan benda asing yakni jarum pentul di saluran pernapasan pasien.
Menurut dokter paru dari Divisi Pulmonologi Paru dan Gawat Darurat Napas RSUP Persahabatan Mohamad Fahmi, pasien tersedak jarum pentul saat hendak merapikan hijabnya. Perempuan usia 19 tersebut menggigit jarum di mulut dan tanpa sengaja jarum itu masuk hingga ke saluran napas.
Advertisement
“Ini sering terjadi pada saudari kita yang sudah bekerja maupun para pelajar putri pengguna hijab. Mereka menggigit jarum di mulut kemudian ada temannya menyapa atau mengagetkan sehingga jarum tertelan hingga masuk ke saluran napas,” ujar Fahmi dalam konferensi pers RSUP pada Kamis (7/7/2022).
Ia menambahkan, jarum pentul bisa masuk ke saluran napas dengan mudah lantaran ada kepala jarum yang bulat terbuat dari plastik. Jika terkena ludah, bagian tersebut akan menjadi licin dan bisa meluncur hingga saluran napas bawah.
“Tapi tidak bisa keluar sendiri, karena itu jarum yang tajam. Ketika ada benda asing masuk saluran napas maka akan ada rangsangan batuk, nah begitu dia batuk tentu saja ujung jarum yang tajam itu melukai saluran napas.”
Luka tersebut dapat membuat pasien batuk dengan mengeluarkan bercak darah. Pasien yang ditangani RSUP awalnya memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan setempat sampai akhirnya dirujuk ke RSUP Persahabatan untuk tindakan bronskopi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tindakan Tanpa Pembedahan
Sesampainya di RSUP Persahabatan, pasien diberi tindakan tanpa pembedahan. Tindakan ini menggunakan teropong atau bronkoskopi dalam waktu yang relatif cepat.
Tindakan dilakukan dengan evaluasi setiap cabang bronkus untuk menemukan lokasi jarum. Ada kamera kecil yang dimasukkan ke saluran napas pasien sehingga dokter bisa melihat kondisi saluran napas pasien melalui layar monitor.
Jarum ditemukan di lobus bawah kiri dengan posisi ujung tajamnya mengarah ke atas. Setelah lokasi jarum ditemukan, maka pengangkatan jarum tersebut bisa dilakukan. Tindakan ini memakan waktu lebih kurang 20 menit.
Pasien diberi tindakan sekitar pukul 11.00 dan pemulihan kondisi serta pasca anestesinya sekitar pukul 13.00.
“Karena kita kita yakinkan pada waktu tindakan itu tidak ada komplikasi, setelah kita observasi 2-3 jam di ruang istirahatnya dan tidak ada masalah, pasien pas sorenya langsung kita pulangkan.”
“Sebelum konferensi ini, kami telepon lagi (pasien) dan menanyakan apa ada keluhan, ternyata Alhamdulillah tidak ada.”
Advertisement
Cepat Tanggap
Menurut Fahmi, pasien ini termasuk pasien yang cepat tanggap karena usianya sudah cukup dewasa. Jadi begitu tersedak, ia langsung ke rumah sakit setempat dan kemudian dirujuk ke RSUP.
“Kalau yang agak repot itu yang pasiennya lebih kecil, misalnya anak SD. Mereka kalau sudah tersedak biasanya takut untuk mengakui.”
Fahmi sempat menangani kasus anak yang tersedak jarum tapi baru ditangani 2 bulan setelahnya. Hal ini dikarenakan si anak tidak berani melapor.
“Anak itu tinggal di pondok pesantren putri dan ia takut untuk mengaku sehingga didiamkan saja. Setelah dua bulan, baru terjadi komplikasi, baru batuk dengan bercak darah. Lalu, dibawa ke dokter setempat dan disangka TBC.”
Saat dilakukan tindakan foto rontgen, tampak ada jarum di saluran napas. Setelah itu, baru anak tersebut mengaku. Beruntung jarum tersebut akhirnya bisa dikeluarkan tanpa pembedahan.
Melihat kejadian ini, Fahmi mengimbau untuk para pengguna hijab agar tidak meletakan jarum di mulut saat merapikan hijabnya.
Pertolongan Pertama
Terkait pertolongan pertamanya, jika yang masuk ke saluran napas adalah benda tajam, maka pertolongan pertamanya tak lain adalah datang ke rumah sakit.
“Tidak ada pertolongan pertama yang bisa dilakukan di rumah, harus ke rumah sakit dan nanti dokter spesialis paru akan berupaya mengeluarkan benda tajam tersebut.”
Dalam acara yang sama dokter paru Prasenohadi menambahkan bahwa pengangkatan benda asing itu kasusnya cukup banyak. Diperkirakan satu kasus dalam satu bulan atau bahkan lebih.
“Kasus tersedak jarum juga beragam ada jarum yang besar dan saya sendiri pernah menangani pasien tersedak jarum pentul kecil dan terpaksa harus dilakukan pembedahan karena sangat jauh masuk ke dalam dan kita tidak bisa ambil. Mau tidak mau harus dibedah.”
Pras menambahkan, selain jarum pentul ada pula kasus-kasus yang tersedak dengan benda asing lain. Misalnya gigi palsu, kacang, permen, bahkan tutup bolpoin.
“Kasus pembedahan biasanya jarang sekali dilakukan untuk pengangkatan benda asing ini.”
Sedangkan, pengangkatan benda asing tanpa pembedahan umumnya berhasil. Keberhasilannya sekitar 95 persen atau mendekati 100 persen.
Advertisement