Datang ke Bali, Menlu China Wang Yi: Soliditas Negara Berkembang Diperlukan untuk Hentikan Perang

Pada pertemuan bilateral dengan Indonesia, Menlu Wang Yi menyebut soliditas suara negara-negara berkembang diperlukan dalam upaya menghentikan perang.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 07 Jul 2022, 14:03 WIB
Wang Yi, Menteri Luar Negeri China (wikimedia commons)

Liputan6.com, Nusa Dua - Menteri Luar Negeri RI telah melakukan pertemuan bilateral dengan State Councilor/Menlu China, Wang Yi, pada 7 Juli 2022, yang berada di Bali dalam rangka menghadiri Pertemuan Menlu G20.

Pada pertemuan bilateral dengan Indonesia, Menlu Wang Yi menyebut soliditas suara negara-negara berkembang diperlukan dalam upaya menghentikan perang.

Menurut Menlu Wang Yi, upaya tersebut mampu mengintegrasikan kembali ekspor pangan Ukraina dan Rusia ke rantai pasok global, demikian seperti disebutkan dalam rilis dari Kemlu RI yang diterima Liputan6.com, Kamis (7/7/2022).

Bersama Menlu Retno Marsudi, Menlu Yi melakukan Pertemuan ke-2 High-Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) pada 9 Juli, di Bali.

Dari pihak Indonesia, delegasi akan dipimpin bersama oleh Menko Marinves dan Menlu RI.

Selain isu bilateral, Kedua Menlu juga membahas pentingnya kerja sama antar negara berkembang dalam rangka memelihara stabilitas kawasan dan mengatasi isu-isu global termasuk melalui penguatan kerja sama ASEAN dan RRT.

Menlu Wang Yi menyampaikan apresiasi terhadap Indonesia atas penyelenggaraan Pertemuan Menlu G20 yang inklusif mengingat peran strategis G20 dalam membahas isu-isu global.

Indonesia sampaikan apresiasi atas dukungan RRT untuk Presidensi Indonesia di G20 hingga KTT November nanti. Keduanya sepakat banyaknya tantangan yang dihadapi yang memerlukan kerja sama erat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pertemuan Bilateral RI-India Jelang FMM G20 2022

Ilustrasi bendera India (AFP Photo)

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri India, Dr. S. Jaishankar, pada 7 Juli 2022, yang berada di Bali dalam rangka menghadiri Pertemuan Menlu G20.

Pada kesempatan tersebut, Menlu Jaishankar menyampaikan kembali dukungan India terhadap Presiden G20 Indonesia. Menlu India juga sampaikan apresiasi terhadap kepemimpinan Indonesia yang dapat menghadirkan semua Menlu G20 dalam pertemuan kali ini ditengah situasi dunia yang menghadapi banyak tantangan saat ini.

Kedua Menlu sepandangan pentingnya penguatan suara negara berkembang, demikian disebutkan dalam  dalam rilis dari Kemlu RI yang diterima Liputan6.com, Kamis (7/7/2022).

Sudah saatnya suara negara berkembang untuk didengarkan dalam berbagai isu internasional.

Mereka juga sepakat untuk menyuarakan pentingnya perang untuk dihentikan dan pentingnya reintegrasi ekspor produk pertanian dari Ukraina dan gandum serta pupuk dari Rusia dalam rantai pasok global.

Sebagai informasi, India akan menjadi Presiden G20 pada tahun 2023, setelah Indonesia.


Deretan Isu yang Akan Dibahas dalam Pertemuan Para Menlu G20 di Bali

Sebagai Presidensi G20, Indonesia mulai menggelar berbagai pertemuan tingkat tinggi di Bali (dok: Ilyas)

Agenda pertemuan para Menteri Luar Negeri anggota G20, atau G20 Foreign Ministers' Meeting (FMM) digelar di Bali pada 7-8 Juli 2022.

Dengan mengusung tema “Membangun dunia yang lebih damai, stabil, dan sejahtera bersama”, pertemuan ini akan menjadi forum strategis untuk membahas upaya pemulihan global.​

FMM G20 akan memiliki dua sesi. Sesi pertama Penguatan Multilateralisme akan membahas langkah-langkah bersama untuk memperkuat kolaborasi global dan membangun rasa saling percaya antar negara, yang akan menjadi lingkungan pendukung bagi stabilitas, perdamaian, dan pembangunan dunia.

Dua pembicara khusus akan berbagi ide dalam sesi ini, yaitu Sekjen PBB Antonio Guterres dan Prof. Jeffrey Sachs (Columbia University). Mereka akan berbagi pandangan tentang pemberdayaan prinsip dan forum multilateral di tengah situasi geopolitik saat ini, demikian dikutip dari laman Kemlu.go.id, Kamis (7/7/2022).

Sesi kedua tentang Ketahanan Pangan dan Energi akan membahas langkah-langkah strategis untuk mengatasi krisis pangan, kelangkaan pupuk, dan kenaikan harga komoditas global.

Naiknya harga komoditas dan terganggunya rantai pasokan global berdampak besar pada negara-negara berkembang. Untuk itu, G20, sebagai forum ekonomi yang mewakili berbagai kawasan di dunia, memiliki kekuatan untuk membahas isu-isu tersebut secara komprehensif untuk menemukan solusi sosial ekonomi yang berkelanjutan.


Dampak Konflik dan Pembangunan Dunia

Logo G20. (Dokumentasi Kemlu RI)

Untuk sesi ini, Indonesia mengundang tiga pembicara khusus, yaitu David Beasley (Executive Director World Food Programme), Damilola Ogunbiyi (Special Representative of the UN Secretary-General for Sustainable Energy for All and Co-Chair of UN-Energy), dan Mari Elka Pangestu (Direktur Pelaksana Bank Dunia).

Mereka akan memberikan wawasan tentang dampak konflik saat ini terhadap ekonomi dan pembangunan dunia.

Selain itu, di sela-sela Pertemuan Menlu G20, Menlu RI juga akan melakukan beberapa pertemuan bilateral dengan Menlu baik dari negara anggota G20 maupun negara undangan lainnya.

G20 adalah platform multilateral strategis yang menghubungkan 20 ekonomi utama dunia.

G20 memainkan peran strategis dalam mengamankan masa depan pertumbuhan ekonomi global dan kemakmuran. Indonesia memegang Kepresidenan G20 2022 dan memprioritaskan kerja sama dalam memperkuat arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi.

Dengan situasi baru di Ukraina, isu terkait ketahanan pangan juga akan dibahas secara luas pada pertemuan G20.

Rangkaian pertemuan G20 di bawah Kepresidenan Indonesia dimulai pada 1 Desember 2021 dan akan mencapai puncaknya pada Bali Summit pada 15-16 November 2022.

Infografis Indonesia Terima Tongkat Estafet Presidensi G20. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya