Canberra - Tingkat harapan hidup penduduk Australia terus meningkat. Berdasarkan laporan terbaru tentang kesehatan masyarakat, yang dikeluarkan setiap dua tahun oleh Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia (AIHW).
Dilaporkan ABC Australia, Kamis (7/7/2022), laporan tersebut menemukan anak-anak yang lahir pada tahun 2020 rata-rata akan hidup hingga usia 83 tahun , atau 25 tahun lebih lama daripada mereka yang lahir pada awal abad 20.
Baca Juga
Advertisement
Penyakit jantung dan demensia menjadi penyebab tertinggi kematian penduduk. Dua dari tiga orang dewasa mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.
Menurut Direktur utama AIHW, Matthew James, dengan populasi yang hidup lebih lama, Australia mengalami kondisi kesehatan kronis yang lebih banyak terkait usia seperti demensia.
Laporan itu juga melihat dampak COVID-19 dan menemukan bahwa meskipun Australia relatif baik selama dua tahun pandemi, terjadi tingkat kematian di atas rata-rata.
"Ada perubahan nyata pada Januari dan Februari 2022 dengan 3.105 kematian," kata Matthew James.
Meskipun orang yang tertular COVID-19 tidak mengalami kondisi yang memburuk, namun rekor jumlah infeksi pada tahun 2022 telah menyebabkan peningkatan dalam rawat inap dan jumlah kematian.
Hingga saat ini, lebih dari 10.000 orang telah meninggal karena COVID-19 di Australia, dan lebih dari 8 juta orang terinfeksi.
"Jutaan orang Australia yang tertular COVID-19 telah mengalami dampak langsung melalui penyakit akut, beberapa di antaranya menghadapi dampak COVID yang berkepanjangan," jelasnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jumlah Perokok Makin Berkurang
Menurut laporan AIHW, 47 persen penduduk Australia atau 11,6 juta orang memiliki setidaknya satu kondisi kesehatan kronis, seperti radang persendian, diabetes, atau penyakit jantung.
Kondisi kronis adalah penyebab utama penyakit, kecacatan, dan kematian di negara ini.
Meskipun penyebab penyakit kronis sangat kompleks, laporan tersebut menemukan bahwa lebih dari sepertiga "beban penyakit" Australia disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dicegah, seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik, dan gizi buruk.
Merokok tetap menjadi penyebab utama penyakit dan kematian yang dapat dicegah, namun jumlah perokok telah semakin berkurang menjadi hanya 11 persen.
Data terbaru menunjukkan: dua dari tiga orang dewasa mengalami obesitas, tiga dari 10 orang dewasa tak cukup melakukan kegiatan fisik, tak sampai satu dari 10 orang dewasa makan sayuran yang cukup.
Tingkat konsumsi alkohol yang berbahaya juga diidentifikasi sebagai "masalah kesehatan utama". Namun, peminum alkohol yang berisiko telah turun, dan penduduk yang tidak mengkonsumsi alkohol telah meningkat.
Di sisi lain, ada perbaikan di bidang penyakit jantung koroner. Meskipun menjadi salah satu penyebab utama kematian, tingkat kejadian koroner akut telah turun 57 persen dalam dua dekade terakhir.
Tingkat kelangsungan hidup penderita kanker lima tahunan juga meningkat, dari 52 persen pada 1993 menjadi 70 persen pada 2018.
Namun, keterlambatan dalam deteksi dini selama pandemi dapat menyebabkan kanker stadium lanjut didiagnosis terlambat.
Advertisement
Kesehatan Mental
Sementara penyakit kronis menonjol di antara penduduk berusia 45 tahun ke atas, penyebab eksternal seperti kecelakaan dan bunuh diri adalah penyebab utama kematian di kalangan generasi muda Australia.
Disebutkan, pada tahun 2020, rata-rata sembilan orang meninggal karena bunuh diri setiap hari.
Lebih dari setengah kematian karena bunuh diri terjadi pada penduduk berusia 30-59 tahun, mayoritas adalah laki-laki.
Penelitian sebelumnya memperkirakan bahwa satu dari dua orang dewasa Australia pernah mengalami gangguan kesehatan mental selama hidup mereka.
Menurut laporan itu, penelitian yang melacak kesehatan mental orang Australia selama pandemi menemukan tekanan psikologis lebih tinggi pada tahun 2020, 2021 dan awal 2022, terutama pada generasi muda.
Namun, tak seperti yang dikhawatirkan semula, dampak COVID-19 tidak terkait dengan peningkatan angka bunuh diri secara nasional.
"Meskipun ada peningkatan layanan kesehatan mental dan peningkatan tekanan psikologis, COVID-19 tidak dikaitkan dengan bertambahnya kematian akibat bunuh diri," kata Matthew James.