Liputan6.com, Singapura - Kembar siam asal Iran yang secara sukarela menjalani operasi besar untuk memisahkan mereka telah meninggal selama operasi.
Laleh dan Ladan Bijani mengalami kehilangan darah yang fatal dalam beberapa jam satu sama lain ketika ahli bedah mencoba untuk memisahkan bagian kepala mereka, demikian dikutip dari situs berita Inggris yaitu BBC pada Jumat, (8/7/2022).
Selama operasi tiga hari maraton, menjadi jelas bahwa otak saudara perempuan berusia 29 tahun itu telah menyatu bersama.
Baca Juga
Advertisement
Ahli bedah menghabiskan sekitar 21 jam untuk memotong otak si kembar "secara harfiah milimeter demi milimeter" -- sesuatu yang tidak mereka duga harus dilakukan.
Risikonya Besar
Kedua wanita itu dipisahkan setelah 53 jam, tetapi setengah jam kemudian, sirkulasi Ladan mulai gagal. Terlepas dari upaya tim yang terdiri dari 28 dokter dan 100 asisten medis, dia meninggal.
Pembedahan berlanjut di Laleh tetapi sirkulasinya juga menurun, dan dia meninggal 90 menit kemudian.
Ketua Rumah Sakit Raffles, Dr Loo Choon Yong, mengatakan, "Ketika kami melakukan tantangan ini, kami tahu risikonya besar, dan salah satu skenarionya adalah kami mungkin kehilangan keduanya."
"Ladan dan Laleh juga tahu itu."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Peluang Hanya 50-50
Si kembar diberitahu bahwa mereka hanya memiliki peluang 50-50 untuk selamat dari operasi, tetapi memutuskan untuk tetap melanjutkannya.
Operasi tersebut menandai pertama kalinya ahli bedah mencoba memisahkan kembar siam dewasa pada bagian kepala.
Operasi telah berhasil dilakukan sejak 1952, tetapi hanya pada anak-anak, yang lebih mudah pulih.
Dokter Jerman telah menolak si kembar pada tahun 1996, dengan mengatakan operasi itu akan terlalu berisiko.
Kedua kembar Bijani adalah tokoh nasional di Iran karena keberanian dan kesuksesan akademis mereka -- keduanya lulus setelah belajar hukum.
Salah satu tindakan terakhir mereka adalah mengirim pesan terima kasih kepada para simpatisan, yang dipublikasikan di situs web Raffles Hospital.
"Kami berdua telah memulai perjalanan ini bersama-sama," tulis mereka, dan kami berharap operasi itu akhirnya akan membawa kami ke akhir jalan yang sulit ini dan bahwa kami dapat memulai kehidupan baru dan indah sebagai dua orang yang terpisah."
Advertisement
Kisah Sepasang Wanita Kembar Siam Mencintai Pria yang Sama
Ini kisah cinta antara dua wanita dengan satu pria di India. Sepasang perempuan kembar siam, Lonely Ganga and Jamuna Mondal mencintai lelaki yang sama, Jasimuddin Ahmad. Dan itu menjadi cinta pertama bagi si kembar.
"Ini merupakan cinta pertama," ungkap Ganga yang berbagi empat tangan dan tiga kaki dengan saudaranya, Mondal, seperti Liputan6.com kutip dari Dailymail.
"Pertama melihatnya, aku sungguh terpana. Aku yakin dialah orangnya," imbuh dia.
Puluhan tahun, Ganga dan Mondal hidup tanpa adanya seseorang yang mereka sayang. Kini kembar yang berbagi perut namun dengan hati dan ginjal terpisah itu menemukan cinta mereka dengan pria yang sama bernama Ahmad.
Keduanya bertemu di lokasi sirkus 7 bulan lalu. Saat itu, Ganga dan Mondal sedang menonton atraksi, sedangkan Ahmad tengah bekerja sebagai teknisi suara pertunjukan.
Ahmad yang juga berprofesi sebagai guru menerima keduanya dengan tulus. Begitu juga dengan Ganga dan Mondal yang bahagia menjalin hubungan dengan orang yang sama.
Kisah Cinta
Tak hanya berbagi anggota tubuh, tapi juga berbagi pacar. Begitulah kira-kira yang menggambarkan percintaan si kembar siam berusia 45 tahun itu.
"Kami sangat bahagia sejak bersama dia. Kami tidak ingin lagi menyia-nyiakan hal ini. Kami akan menghabiskan hidup kami dengannya," ujar Mondal.
Ganga dan Mondal lahir dengan tubuh menempel di Kolkata, Bengal Barat 45 tahun silam. Sang orangtua tak mampu untuk mengoperasi pemisahan badan. Sehingga mereka harus menerima hidup bersama selama-lamanya.
Bagi Ahmad yang berusia 36 tahun atau 9 tahun lebih muda dari sang kembar, Ganga dan Mondal adalah belahan jiwa. Ia siap untuk merawat kedua wanita itu sampai mati.
"Sejak aku bertemu, aku merasakan sekali bagaimana pedihnya jika menjadi mereka. Aku akan terus menemani mereka setiap hari. Kami berbagi kebahagiaan dan penderitaan," ungkap pria berjiwa besar itu.
Advertisement