, Jakarta - Pernah bertanya-tanya mengapa begitu banyak orang percaya pada horoskop? Apakah Anda sendiri pernah memercayai ramalan? Semakin kita memahami ketertarikan kita pada ilmu ramalan, kita dapat menghindari menjadi korbannya.
Anda mungkin merasa memiliki kesamaan dengan ramalan yang Anda dengar atau baca. Hal itu tidak mengherankan, karena pada kenyataannya, itulah yang sengaja dirancang. Namun, bagaimana caranya?
Baca Juga
Advertisement
Itu karena sesuatu yang disebut efek Barnum atau Forer. Efek ini menjelaskan alasan mengapa kita menemukan diri kita percaya horoskop, peramal, pembaca kartu tarot, dan tes kepribadian palsu, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Sabtu (9/7/2022).
Apa itu efek Barnum?
Efek Barnum menyebabkan orang salah percaya deskripsi kepribadian, di mana sebenarnya bisa berlaku untuk siapa saja. Ini dinamai P.T. Barnum, pemain sandiwara abad ke-19 yang membuat namanya mempromosikan hoaks dan lelucon yang menipu.
Efek psikologis ini dapat meyakinkan kita bahwa metode atau orang di balik pernyataan dan prediksi yang tidak jelas seperti itu adalah yang sebenarnya, atau bahkan bahwa mereka memiliki kekuatan gaib.
Eksperimen ForerPada tahun 1950-an, seorang psikolog bernama Bertram Forer memfasilitasi eksperimen ini dengan para siswa mulai dari pengantar hingga kursus psikologi. Dia memberikan teks yang sama kepada setiap muridnya, memberi tahu mereka bahwa itu adalah hasil tes kepribadian yang telah mereka isi sebelumnya, dan itu sangat personal.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ada Apa di Balik Efek Barnum?
Ketika semua siswa menerima teks dengan skor mereka, Forer meminta mereka untuk mengangkat tangan jika mereka pikir itu benar menggambarkan kepribadian mereka. Para siswa bingung ketika mereka melihat bahwa hampir semua tangan terangkat.
Forer kemudian mulai membaca salah satu teks dengan keras. Para siswa tertawa terbahak-bahak, menyadari bahwa semua teks itu sama. Forer sekarang memiliki bukti betapa salahnya penilaian kita dan betapa mudahnya kita bisa tertipu untuk menyetujui deskripsi atau prediksi pseudo-ilmiah tentang diri kita sendiri.
Alasan kebanyakan dari kita dapat dengan mudah berhubungan dengan deskripsi umum ini adalah karena kita semua memiliki ciri-ciri yang mereka sebutkan, hanya pada tingkat yang berbeda-beda.
Bukan kurangnya atau adanya karakteristik yang mendefinisikan kita, tetapi sejauh mana kita memilikinya. Jadi, dengan mengatakan: "Anda terkadang bisa menjadi seorang introvert dan terkadang seorang ekstrovert" seperti mengatakan hal umum, Anda memiliki hati dan dua paru-paru. Yah, tentu saja!
Misalnya, kita semua bisa menjadi pemalu pada waktu-waktu tertentu, tetapi ada orang dengan kecemasan sosial, misalnya, yang mengalami rasa malu jauh lebih tinggi daripada mereka yang mampu mengatasinya dan tampil di atas panggung.
Seperti yang dikatakan Forer dalam makalah tahun 1949 yang menjelaskan temuan sebelumnya: "Individu adalah konfigurasi unik dari karakteristik yang masing-masing dapat ditemukan pada setiap orang, tetapi dalam derajat yang berbeda-beda."
Advertisement
Bagaimana Kita Bisa Percaya Horoskop?
Faktor lain yang berperan dalam efek Barnum adalah fakta bahwa orang pada umumnya cenderung lebih menyukai gagasan atau pernyataan positif dan pribadi dan menolak gagasan atau pernyataan negatif yang kurang pribadi.
Bias kognitif yang lebih luas dan terkait erat ini disebut validasi subjektif atau pribadi, yang terjadi ketika kita melihat dua kebetulan terkait padahal sebenarnya tidak. David Johnson, seorang filsuf di King's College di London, memberikan contoh fenomena ini dalam bukunya Bad Arguments:
"Peramal: Saya merasa ada nama dari huruf S, seperti figur ayah, mungkin dari kerumunan ini.
Penonton: Suamiku Sam baru saja meninggal. Saya dan kedua putranya merindukannya.
Peramal: Ya, Sam memberitahuku bahwa dia juga merindukanmu dan anak-anak."
Johnson mengatakan bahwa dalam kasus ini, peramal mengandalkan Forer Effect untuk mengelabui orang lain agar percaya bahwa sesuatu yang "ajaib" sedang terjadi.
"Sang peramal memberikan sesuatu yang sangat umum, ada banyak nama S, dan 'figur ayah' bisa jadi suami seseorang, ayah atau kakek seseorang, atau bahkan anak laki-laki yang menjadi ayah yang pasti berlaku untuk seseorang di keramaian," tulis Johnson.
Fenomena ini mirip dengan bias konfirmasi, yang terjadi ketika kita hanya mencari informasi yang menegaskan keyakinan yang sudah kita miliki dan mengabaikan hal-hal yang bertentangan.
Bagaimana Pikiran Mempermainkan Kita?
Efek Barnum hanyalah salah satu contoh dari bias kognitif; ketidaksadaran, sering kali sistematis, salah tafsir atau distorsi realitas.
Bias ini dapat meningkatkan kerentanan kita terhadap prasangka atau stereotip tertentu, menyebabkan kita mempercayai informasi yang salah, mencari berita dan artikel yang mengkonfirmasi pendapat kita, salah menilai informasi dan orang, atau sekadar berperilaku dan berpikir tidak rasional.
Menyadari bias ini adalah cara terbaik untuk menghindari menjadi korban mereka, kata para peneliti.
Advertisement