Ada Celah Keamanan, Google Chrome Peringatkan Pengguna Segera Update

Google Chrome mengungkapkan perusahaan telah menemukan zero-day bug untuk perambannya yang ada di Windows, Mac, dan Android.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 08 Jul 2022, 10:00 WIB
Tampilan baru Google Chrome (Foto: The Next Web)

Liputan6.com, Jakarta - Google Chrome memperingatkan penggunanya untuk segera melakukan update. Sebab, Google menemukan adanya celah keamanan yang bisa mengancam para pengguna.

Dikutip dari Digital Trends, Jumat (8/7/2022), celah keamanan ini diungkap Google sebagai zero-day bug yang berarti kelemahan tersebut sudah diketahui pihak lain dan kemungkinan besar telah dieksploitasi oleh pihak bertanggung jawab.

Google sendiri tidak mengungkap secara detail informasi mengenai celah keamanan ini, tapi perusahaan mengingatkan pengguna langsung melakukan pembaruan. Meski tidak detail, celah keamanan ini disebut memungkinkan eksekusi kode arbriter di desktop yang berpotensi memberi akses penuh pada peretas.

Bug ini diketahui mengancam pengguna Chrome di Windows, Mac, termasuk Android. Dari keterangan, beberapa bug diidentifikasi sebagai CVE-2022-2294, dan patch yang dirilis Google juga menambal CVE-2022-2295 maupun CVE-2022-2296.

Sebagai informasi, ini merupakan kali keempat zero-day bug muncul di Chrome sepanjang 2022. Sebelumnya, masalah serupa dilaporkan muncul pada Februari, Maret, dan April.

Biasanya, Chrome akan secara otomatis mengunduh pembaruan ini dan langsung memasangnya. Namun untuk memastikan, pengguna bisa membuka menu Help dan pilih About Chrome di Windows.

Dari situ, pengguna bisa mengetahui apakah Chrome miliknya sudah mendapatkan pembaruan. Jika ada muncul tombol update, klik tombol itu, lalu luncurkan kembali Chrome untuk menyelesaikan prosesnya.

Sementara untuk pengguna Android, mereka bisa mengeceknya langsung melalui Google Play Store. Apabila ada keterangan update ke versi terbaru, pengguna dapat langsung mengunduhnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Google Mulai Hapus Klinik Aborsi dari Riwayat Lokasi Pengguna

Ilustrasi Google

Di sisi lain, dengan adanya kekhawatiran privasi data, Google mengatakan akan menghapus klinik aborsi dan fasilitas lainnya dari riwayat lokasi pengguna.

Setelah putusan Mahkamah Agung Amerika Serikat mencabut hak aborsi, Google dan raksasa teknologi lainnya sebagian besar masih bungkam tentang bagaimana mereka akan menangani permintaan data pengguna dalam penyelidikan terkait aborsi.

Pakar privasi telah menandai sejumlah besar data yang dikumpulkan oleh Google dan platform lain--khawatir akan disalahgunakan oleh penegak hukum dan kelompok anti-aborsi.

Dalam posting blog baru, dikutip dari Engadget, Sabtu (2/7/2022), Google menyatakan bakal mencoba untuk menghapus lokasi dari riwayat lokasi pengguna segera setelah mereka berkunjung ke klinik aborsi.

Perusahaan tak menjelaskan bagaimana tepatnya akan mengidentifikasi lokasi-lokasi ini, atau berapa lama pemindahan akan dilakukan. Google mengatakan proses yang sama juga akan berlaku untuk kunjungan ke fasilitas kesehatan jenis lain.

“Beberapa tempat yang dikunjungi orang--termasuk fasilitas medis seperti pusat konseling, tempat penampungan kekerasan dalam rumah tangga, klinik aborsi, pusat kesuburan, fasilitas perawatan kecanduan, klinik penurunan berat badan, klinik bedah kosmetik, dan lain-lain--bisa sangat pribadi,” tulis Google.

“Hari ini, kami mengumumkan jika sistem kami mengidentifikasi bahwa seseorang telah mengunjungi salah satu tempat ini, kami akan menghapus entri ini dari Riwayat Lokasi segera setelah mereka berkunjung,” sambungnya.

Perusahaan juga mengatakan bahwa Fitbit akan memperbarui aplikasinya sehingga pengguna dapat menghapus informasi pelacakan menstruasi mereka secara massal dari layanan tersebut.

Aplikasi pelacakan periode lainnya juga berjanji untuk menambahkan fitur privasi dan keamanan baru dalam beberapa hari terakhir karena kekhawatiran meningkat aplikasi pelacakan siklus dapat menjadi target investigasi penegakan hukum.


Facebook dan Instagram Hapus Unggahan yang Tawarkan Pil Aborsi

(ilustrasi/guim.co.uk)

Selain itu, Facebook dan Instagram menghapus unggahan dari pengguna yang berjualan pil aborsi. Menurut Meta, unggahan yang menawarkan pil aborsi telah melanggar kebijakan tentang farmasi.

Mahkamah Agung AS membatalkan Roe v Wade pada Jumat lalu. Sekadar informasi, dengan membatalkan Roe v Wade, aborsi di AS menjadi hal yang terlarang untuk kasus apa pun.

Setelah itu, pengguna media sosial berbagi unggahan yang menawarkan untuk mengirim pil aborsi kepada orang-orang yang akan melakukan aborsi.

Mengutip The Verge, Rabu (29/6/2022), setelah dicabutnya aturan tersebut, pengguna yang mengunggah atau menawarkan pil aborsi di Facebook atau Instagram menemukan unggahan mereka dihapus atau dibatasi oleh penyedia platform. Demikian menurut Motherboard dan Associated Press.

Sebuah percobaan yang dilakukan oleh reporter Associated Press dengan menawarkan untuk mengirimkan pil aborsi di Facebook dihapus hanya satu menit setelah diunggah. Begitu juga dengan percobaan yang dilakukan oleh reporter The Verge yang menawarkan pil aborsi.

Sebelumnya, kebijakan barang terbatas Meta juga melarang obat-obatan ada di platformnya. Larangan juga berlaku untuk penjualan, pemberian hadiah, hingga transfer senjata api, dan ganja.

Meski begitu, uji unggah yang dilakukan AP dan The Verge pada unggahan yang menawarkan senjata dan ganja tidak dihapus oleh Facebook. 


Medsos Jadi Alat Utama Tawarkan Pil Aborsi

Menanggapi hal ini, juru bicara Meta Andy Stone mentweet, "konten yang mencoba untuk membeli, menjual, memperdagangkan, memberi hadiah, meminta atau menyumbangkan obat-obatan tidak diperbolehkan (di platform Meta)."

Stone mengatakan, unggahan berisi informasi tentang "keterjangkauan dan aksesibilitas obat resep diperbolehkan (di platform Meta) dan bahwa perusahaan tengah memperbaiki contoh penegakan yang salah."

Meta tidak segera menanggapi permintaan klarifikasi tentang bagaimana kebijakan tersebut ditegakkan dan perbedaannya.

Sekadar informasi, pada hari-hari setelah Roe dibatalkan, media sosial menjadi alat utama dalam menyebarkan berita tentang sumber daya aborsi yang tersedia.

Namun, keputusan moderasi oleh perusahaan medsos menyebabkan beberapa penyedia sumber daya utama kehilangan akses ke platform mereka karena kebutuhan menjadi sangat tinggi.

Sebuah situs yang memungkinkan pasien mencari penyedia perawatan, Abortion Finder, sempat dihentikan sementara dari Instagram. NBC News menyebut, hal ini karena Meta berdalih di bawah kebijakan barang yang dibatasi (di platformnya). Kini akun tersebut sudah dipulihkan kembali. 

(Dam/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya