Rupiah Kembali Menguat Meski Masih Dibayangi Ketakutan Resesi

Pada Jumat (8/7/2022) pagi, rupiah bergerak menguat 27 poin atau 0,18 persen ke posisi 14.975 per dolar AS

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jul 2022, 10:45 WIB
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat pagi ini dibuka menguat. Seperti perdagangan sebelumnya, penguatan nilai tukar rupiah masih rentan karena dibayangi kekhawatiran resesi global.

Pada Jumat (8/7/2022), rupiah pagi ini bergerak menguat 27 poin atau 0,18 persen ke posisi 14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.002 per dolar AS.

"Greenback telah muncul sebagai tempat berlindung yang lebih disukai di tengah meningkatnya risiko resesi dan telah mencapai level tertinggi hampir dua dekade di sesi sebelumnya sebelum melemah pada hari Jumat," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dikutip dari Antara.

Pertemuan The Federal Reserve pada Juni lalu menunjukkan bahwa situasi inflasi yang memburuk dan kekhawatiran tentang hilangnya kepercayaan pada kekuatan bank sentral untuk mengendalikannya, mendorong kenaikan suku bunga AS terbesar dalam hampir tiga dekade.

Di sisi lain, ada harapan bahwa pembuat kebijakan dapat mengatasi inflasi tanpa menyebabkan resesi. Selain itu investor juga menantikan rilis data pekerjaan AS untuk Juni.

Gubernur Federal Reserve AS Christopher Waller dan Presiden Fed St. Louis James Bullard mendukung perlunya kebijakan restriktif untuk menurunkan harga yang melonjak tetapi menyarankan bahwa AS masih dapat mencegah resesi.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS akan melaporkan data ketenagakerjaan non pertanian atau Non Farm Payrolls (NFP) pada Jumat di Amerika Serikat. Ekonom mengharapkan kenaikan 250.000 pekerjaan untuk Juni, menurut survei Dow Jones. Angka tersebut akan kurang dari 390.000 pekerjaan yang ditambahkan pada bulan Mei.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


BI Klaim Pelemahan Rupiah Tak Seburuk Ringgit Malaysia

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar, selalu mengalami perubahan setiap saat terkadang melemah terkadang juga dapat menguat.

Bank Indonesia (BI) mengklaim, pelemahan nilai tukar Rupiah atau Depresiasi masih lebih baik ketimbang sejumlah negara berkembang lainnya di tengah tekanan geopolitik dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina.

Tercatat, nilai tukar Rupiah sampai dengan 22 Juni 2022 terdepresiasi sekitar 4,14 secara year to date (ytd).

Gubernur BI Perry Warjiyo bilang, capaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang kawasan Asia Selatan maupun Asia Tenggara. Seperti India 5,17 persen, Malaysia 5,44 persen, dan Thailand 5,84 persen.

"Depresiasi Rupiah masih lebih baik ketimbang mata uang sejumlah negara berkembang lainnya," ujarnya dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - Juni 2022, Kamis (23/6/2022).

Perry menjelaskan, depresiasi Rupiah tersebut sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

 


Pasokan Valas

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, pasokan valas domestik tetap terjaga dan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia tetap positif.

Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi kurs Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.

"Hal ini untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," tutupnya.

 

Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya