Gandum dan Bawang Bisa Buat Bayar DP Rumah di China, Kok Bisa?

Perusahaan real estate China melakukan cara yang unik untuk menarik pembeli rumah. Menawarkan pembayaran dengan gandum dan bawang putih.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 08 Jul 2022, 17:30 WIB
Seorang penduduk berjalan ketika pekerja pengiriman memilah paket di tempat pengumpulan di luar apartemen setelah pihak berwenang melarang mereka memasuki tempat itu karena peraturan pembatasan sosial Covid-19 di Beijing pada Senin, 23 Mei 2022. Beijing memperpanjang perintah bagi pekerja dan siswa untuk tinggal di rumah dan memerintahkan pengujian massal tambahan pada hari Senin untuk membendung kasus COVID-19 yang kembali meningkat di ibu kota China. (AP Photo/Andy Wong)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa pengembang properti di China melakukan cara yang tak biasa namun unik untuk menarik pembeli.

Para pengembang ini dilaporkan menerima hasil tanam seperti gandum, semangka dan bawang putih sebagai down payment (DP) dalam pembelian rumah atau properti.

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan penjualan properti di daerah pedesaan.

Dilansir dari CNN, Jumat (8/7/2022) Central China Management — perusahaan saudara dari Central China Real Estate, pengembang terbesar di provinsi tengah Henan China mengatakan dalam sebuah iklan bahwa mereka akan menerima DP gandum untuk rumah di daerah Minquan.

Iklan itu diposting melalui platform WeChat resmi perusahaan.

Dalam iklan tersebut, dikatakan bahwa pembeli dapat membayar hingga 160.000 yuan atau setara Rp 357 juta dari uang muka mereka dengan gandum.

Selain itu, harga rumah dalam pengembangan berkisar  antara USD 100.000 (Rp. 1,4 miliar) dan USD 124.000 (Rp. 1,8 miliar), menurut Leju Holdings, penyedia layanan real estat.

Ini bukan kali pertama Central China Real Estate melakukan promosi rumah dengan pembayaran hasil tanam.

Pada Mei 2022, perusahaan itu menerima bawang putih sebagai pembayaran untuk proyek lain di Provinsi Henan.

"Pada kesempatan musim bawang putih baru, perusahaan telah membuat keputusan tegas untuk menguntungkan petani bawang putih di Kabupaten Qi," tulis perusahaan itu dalam laman WeChat-nya.

"Kami membantu petani dengan cinta, dan memudahkan mereka untuk membeli rumah," tambah perusahaan tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pasar Properti China Menurun di Bulan Mei 2022

Pemandangan unit perumahan saat lockdown akibat virus corona COVID-19 di Distrik Jing'an, Shanghai, China, 21 April 2022. (HECTOR RETAMAL/AFP)

Pada bulan Mei, pasar properti China berada dalam penurunan yang dalam, terpukul oleh ekonomi yang melambat, pembatasan Covid-19 yang ketat, dan krisis utang yang menyebar di industri pengembang.

Penjualan properti China turun 31,5 persen dari Januari hingga Mei 2022. Ini menandai penurunan yang lebih cepat dibandingkan angka 21 persen yang tercatat selama empat bulan pertama tahun ini, menurut data resmi.

Sebuah survei baru-baru ini oleh China Real Estate Information, sebuah perusahaan riset swasta, menunjukkan bahwa penjualan oleh 100 pengembang teratas negara itu turun 59 persen pada Mei dibandingkan tahun lalu.

Otoritas China kini berupaya menghidupkan kembali penjualan rumah dengan menurunkan tingkat hipotek dan melonggarkan aturan pembelian rumah.

Sementara itu, semakin banyak pengembang yang datang dengan cara unik untuk melanjutkan penjualan.


Bank Dunia Pangkas Ramalan Pertumbuhan Ekonomi China

Orang-orang yang memakai masker mengantre untuk tes virus corona di sebuah lingkungan di distrik Dongcheng, Beijing, Selasa (26/4/2022). Beijing pada 26 April telah memulai pengujian massal untuk hampir semua 21 juta penduduknya setelah lonjakan kasus COVID-19 di tengah kekhawatiran bahwa Ibu kota China dapat ditempatkan di bawah lockdown ketat seperti yang dilakukan di Shanghai.  (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Bank Dunia telah memangkas perkiraan tahunan pertumbuhan ekonomi China, ketika gangguan Covid-19 semakin memperlambat pemulihan negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

China adalah negara ekonomi utama terakhir yang menganut kebijakan nol-Covid-19 dengan lockdown yang ketat, pengujian massal, dan pembatasan untuk meredam wabah - tetapi mengganggu rantai pasokan dan menyeret indikator ekonomi ke level terendah dalam sekitar dua tahun.

Dilansir dari Channel News Asia, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China melambat menjadi 4,3 persen pada 2022.

Angka tersebut menandai penurunan tajam 0,8 poin persentase dari perkiraan Bank Dunia sebelumnya pada Desember 2021.

Ini "sebagian besar mencerminkan kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh wabah varian Omicron dan lockdown yang berkepanjangan di beberapa bagian China dari bulan Maret hingga Mei", kata laporan Bank Dunia.

"Dalam jangka pendek, China menghadapi tantangan ganda untuk menyeimbangkan mitigasi Covid-19 dengan mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Martin Raiser, Country Director Bank Dunia untuk China, Mongolia, dan Korea.

"Dilemanya adalah bagaimana membuat stimulus kebijakan efektif, selama pembatasan mobilitas tetap ada," lanjut Raiser.

Aktivitas ekonomi China diperkirakan akan pulih pada paruh kedua tahun 2022, dibantu oleh stimulus fiskal dan lebih banyak pelonggaran aturan di kawasan perumahan, menurut Bank Dunia.

Tetapi permintaan domestik di negara itu kemungkinan akan pulih secara bertahap dan hanya sebagian yang dapat mengimbangi kerusakan terkait pandemi sebelumnya.

Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya