Liputan6.com, Semarang - Pada tanggal 10 Dzulhijjah umat Islam di dunia semarak merayakan Hari Raya Iduladha, baik yang sedang ibadah haji di Tanah Suci maupun yang tidak. Hari raya ini lebih dahulu diawali dengan amalan-amalan sunah sejak awal bulan seperti puasa Tarwiyah dan Arafah.
Salah satu amalan sunah yang dapat dilakukan oleh umat Islam pada hari raya Iduladha (termasuk Idulfitri) adalah menghidupkan malamnya dengan ibadah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis seperti dikutip dari NU Online.
من أحْيَا لَيلَةَ الْعِيد، أَحْيَا اللهُ قَلْبَهُ يَوْمَ تَمُوْت القُلُوبُ
Artinya: “Barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, Allah akan menghidupkan hatinya di saat hati-hati orang sedang mengalami kematian.”
Baca Juga
Advertisement
Merujuk pada kitab Fathul Qarib karya Syekh Abu Abdillah Muhammad ibn Qasim Al-Ghazi, pada malam hari raya disunahkan untuk melantunkan takbir baik laki-laki maupun perempuan. Dalam kitab tersebut, Ibnu Qasim Al-Ghazi menguraikan dua takbir hari raya.
Pertama adalah takbir mursal. Takbir ini dilakukan tidak mengacu pada waktu salat, melainkan bisa dilakukan setiap waktu di mana pun dan dalam keadaan apapun. Takbir mursal dimulai dari terbenamnya matahari saat malam hari raya hingga imam melakukan takbiratul ihram pada salat hari raya.
Kedua adalah takbir muqayyad. Pelaksanaan takbir ini memiliki waktu khusus. Takbir ini dibaca setelah salat fardlu maupun sunah. Waktunya dimulai setelah subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga ashar di hari terakhir tasyrik (13 Dzulhijjah).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Bacaan Takbir Hari Raya
Untuk melantunkan takbir Hari Raya Iduladha, Anda dapat menggunakan bacaan berikut ini.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Arab-latin: Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu.
Artinya: “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar. Segala puji bagi-Nya.”
Selain itu, dapat juga melafalkan takbir seperti yang dilakukan Rasulullah SAW saat di Bukit Shafa.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
Arab-latin: Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na‘budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.
Artinya: “Allah maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar.”
Wallahu’alam.
Advertisement