Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri G20 kini sedang berlangsung di Bali, Indonesia sejak kemarin.
Dalam sambutannya menyambut banyak delegasi yang hadir, Menlu Retno Marsudi menyoroti isu multilateralisme hingga isu global seperti pangan dan perang Ukraina.
Advertisement
Isu pentingnya multilateralisme di tengah berbagai krisis global menjadi sorotan utama. Menlu Retno menegaskan krisis global hanya bisa diselesaikan dengan solusi global.
"Tantangan-tantangan global membutuhkan solusi-solusi global. Tetapi sejujurnya, kita tak bisa membantah bahwa ini telah semakin sulit bagi dunia untuk duduk bersama," ujar Menlu Retno Marsudi.
Menlu Retno pun mengakui ada krisis yang terjadi di tengah pemulihan akibat pandemi COVID-19, yakni perang di Ukraina.
"Kita bertemu hari ini pada saat ada tantangan-tantangan besar. Dunia masih belum pulih dari pandemi, tetapi kita sudah dihadapi dengan krisis lain: perang di Ukraina," ujar Menlu Retno.
"Efek riaknya dirasakan secara global pada makanan, energi, dan ruang fiskal. Dan seperti biasa... negara berkembang dan berpenghasilan rendah paling terkena dampak," tambahnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pertumbuhan global diproyeksikan melambat menjadi 2,9% pada tahun 2022, sementara inflasi dapat mencapai hingga 8,7% untuk negara-negara berkembang.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menekankan Multilateralisme
Menlu Retno mengajak para delegasi yang hadir untuk menyelesaikan isu global tersebut secara bersama-sama.
"Tapi sejujurnya, kita tidak bisa menyangkal bahwa semakin sulit bagi dunia untuk duduk bersama. Situasi dunia saat ini membuat orang kehilangan kepercayaan pada multilateralisme dan kapasitasnya untuk merespons secara efektif tantangan global," paparnya.
Menlu Retno menyebutkan bahwa multilateralisme menjadi satu-satunya cara untuk mengoordinasikan tanggapan secara efektif terhadap tantangan global.
Ia pun menyinggung soal kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina beberapa waktu lalu.
Hal itu disebut sebagai cara Indonesia untuk ikut membangun "jembatan" antar negara dan mendukung perdamaian. Menlu Retno menjelaskan itu sesuai dengan prinsip Indonesia yang independen dan aktif.
"Karena perdamaian dan kemanusiaan adalah inti dari kebijakan luar negeri kita yang independen dan aktif, sebagaimana diamanatkan oleh Konstitusi kita. Jadi, kami selalu siap untuk berkontribusi menjawab tantangan yang kami hadapi saat ini," ungkapnya.
Advertisement
Ajak Cari Solusi
Menlu Retno mengajak para delegasi yang hadir untuk menemukan atas masalah tersebut.
"Saya tidak hanya membawakan pandangan Indonesia tetapi juga suara dan kepentingan negara berkembang," ujarnya.
Dalam pertemuan G20 tersebut, Menlu Retno mengajak para delegasi untuk saling berdiskusi, membangun kepercayaan dan perdamaian.
Ia menambahkan bahwa G20 menjadi sorotan dunia saat ini.
"Hanya dengan begitu G20 bisa relevan dan bermanfaat bagi dunia pada umumnya, tidak hanya para anggotanya. Saya berharap perspektif ini akan memberikan beberapa pengayaan untuk diskusi kita hari ini," tutupnya.
Menlu Jerman Siap Cegah Propaganda Rusia di G20 Bali
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dipastikan hadir di G20 Bali. Topik Rusia akan menjadi salah satu masalah utama yang disorot.
"Pertemuan akan berfokus pada dua topik: Penguatan multilateralisme dan penangangan krisis pangan dan energi. Kedua topik ini sangat penting karena serangan Rusia terhadap Ukraina tidak hanya berdampak pada situasi keamanan melainkan juga mengakibatkan krisis di berbagai belahan dunia," tulis pernyataan Kedutaan Besar Jerman, dikutip Jumat (8/7).
Seorang juru bicara Kedubes Jerman juga telah memberikan konfirmasi bahwa Annalena Baerbock akan hadir di pertemuan Menteri Luar Negeri anggota G20 pada Jumat ini.
Pihak Jerman menilai pertemuan G20 merupakan kesempatan emas untuk bertukar pandangan dan mendukung hukum internasional. Maka dari itu, Jerman tetap hadir meski ada kehadiran Menlu Rusia Sergey Lavrov.
Selain itu, pihak Jerman menyatakan siap "memastikan panggung diskusi tidak dikuasai propaganda Rusia."
Sentimen Menlu Jerman serupa dengan Menlu Kanada Melanie Joly yang turut menyoalkan ancaman propagandan Rusia di G20. Pihak Kanada menuding Rusia akan membuat-buat argumen untuk menjustifikasi invasi mereka ke Ukraina.
Di lain pihak, Kementerian Luar Negeri Rusia telah meminta agar topik G20 tetap berada di ranah ekonomi.
Dua tokoh yang berada di pusat konflik Ukraina-Rusia, Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky, sama-sama belum memastikan hadir di G20 Bali. Presiden Zelensky sempat berkata tidak hadir jika invasi masih berlangsung, sementara pihak Rusia menyorot perkembangan global dan situasi kesehatan di Asia Tenggara.
Advertisement