Obligasi Terutang Sentuh Rp 464,9 Triliun, Didominasi Pelat Merah

Direktur Utama Pefindo, Salyadi Saputra menjabarkan, total obligasi terutang (outstanding) didominasi oleh korporasi BUMN sebesar 52,3 persen atau senilai Rp 261,7 triliun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 08 Jul 2022, 15:13 WIB
(Foto:Ilustrasi)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengungkapkan jumlah total outstanding efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) atau obligasi mencapai Rp 464,9 triliun pada paruh pertama 2022. Jumlah itu meningkat 1,4 persen dari Rp 458,6 triliun pada akhir 2021.

Direktur Utama Pefindo, Salyadi Saputra menjabarkan, total obligasi terutang (outstanding) didominasi oleh korporasi BUMN sebesar 52,3 persen atau senilai Rp 261,7 triliun. Turun dari posisi akhir tahun lalu sebesar 58,7 persen atau senilai Rp 289,8 triliun.

Salyadi mengatakan, terjadi kebalikan di mana sebelum pandemi, korporasi BUMN terhitung rajin menerbitkan obligasi.

"Apalagi ketika pembangunan infrastruktur digenjot oleh pemerintah, BUMN sangat aktif. Tapi di 2020 sampai sekarang swasta relatif lebih aktif walaupun dari segi outstanding BUMN masih lebih tinggi,” kata Salyadi, dalam media forum, Jumat (8/7/2022).

Adapun dari sisi penerbitan korporasi swasta mendominasi senilai Rp 44,2 triliun pada semester I 2022. Sedangkan korporasi BUMN andil Rp 28,6 triliun dari total penerbitan obligasi korporasi.

Secara keseluruhan, total penerbitan obligasi sampai dengan semester I 2022 tercatat sebesar Rp 69,7 triliun. Diperkirakan, angka ini akan naik dua kali lipat hingga akhir tahun.

“Jadi kalau dianualize, dikali dua, bisa mencapai Rp 140 triliun. Tapi ini trennya harus kita cermati ke depannya. Apakah trennya masih seperti semester I atau mungkin sedikit berbeda,” kata Salyadi.

Dari sisi tenor, penerbitan obligasi korporasi dengan tenor panjang dinilai lebih ideal karena pembayaran yang cukup fleksibel. Selain itu, nilai outstanding-nya akan terus meningkat sehingga meramaikan pasar obligasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pefindo Kantongi Mandat Penerbitan Obligasi Rp 70 Triliun

Ilustrasi Obligasi (Photo created by rawpixel.com on Freepik)

Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) telah mengantongi mendapat penerbitan obligasi sekitar Rp 70 triliun yang akan direalisasikan pada semester II 2022. Angka itu bisa saja bertambah seiring sisa waktu yang masih ada sampai akhir tahun.

"Ini adalah mandat yang rencananya akan direalisasikan dalam waktu dekat. Bisa saja nambah beberapa bulan ke depan. Tapi yang sekarang ada di pefindo saat ini ada Rp 70—Rp 75 triliun," ungkap Direktur Utama Pefindo, Salyadi Saputra dalam media forum, Jumat (8/7/2022).

Salyadi menambahkan, kemungkinan penerbitan obligasi pada paruh kedua tahun ini akan terdampak kenaikan suku bunga. Dampak yang ditimbulkan bergantung pada besaran kenaikan yang diputuskan. Menurut dia, semakin tinggi kenaikan pajak, semakin besar pula imbasnya terhadap penerbitan obligasi. Bagi perusahaan penerbit, sentimen itu bisa berdampak pada nilai obligasi yang diterbitkan.

"Semakin tinggi, semakin besar pengaruhnya terhadap rencana penerbitan mereka. Bisa ditunda atau wait and see, atau downsizing,” imbuh dia.

Meski begitu, Pefindo optimis penerbitan obligasi di semester II akan mengalami kenaikan dibanding sepanjang 2021. Pefindo sendiri mencatat penerbitan baru EBUS listed mencapai Rp 69,7 triliun.

Diperkirakan, penerbitan obligasi akan naik dua kali lipat hingga akhir tahun atau setidaknya Rp 140 triliun. Mengingat Pefindo juga telah mengantongi mandat penerbitan obligasi sekitar Rp 70 triliun untuk direalisasikan pada semester II 2022.


Penerbitan Baru Surat Utang Bakal Sentuh Rp 140 Triliun hingga Akhir Tahun

Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, hingga paruh pertama 2022, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat penerbitan baru efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) listed mencapai Rp 69,7 triliun dengan outstanding Rp 464,9 triliun.

Berdasarkan capaian itu, penerbitan baru EBUS sampai dengan akhir tahun diperkirakan bisa mencapai Rp 140 triliun.

"Jadi kalau di-anualize, dikali dua, bisa mencapai Rp 140 triliun. Tapi ini trennya harus kita cermati ke depannya. Apakah trennya masih seperti semester I atau mungkin sedikit berbeda,” kata Direktur Utama Pefindo, Salyadi Saputra dalam media forum, Jumat (8/7/2022).

Adapun emiten penerbit EBUS listed hingga semester I 2022 yakni sebanyak 43 perusahaan. Sementara emiten outstanding EBUS listed tercatat sebanyak 137 perusahaan. Dari sisi sektornya, nilai outstanding ebus listed korporasi pada semester I 2022 didominasi oleh non institusi keuangan sebesar 53,3 persen dari total outstanding.

Sementara sisanya 44,8 persen merupakan bagian dari institusi keuangan. Lebih rinci, sektor konstruksi tercatat memiliki porsi paling besar yakni 16,2 persen, disusul perbankan sebesar 7,4 persen. Lalu sektor telekomunikasi 3 persen, properti 2,3 persen. Makanan dan minuman 2,1 persen, serta lainnya 28,1 persen. Sementara untuk sektor lembaga pembiayaan dan bank masing-masing 31,2 persen dan 9,8 persen.

"Kalau dari bank, likuiditas mereka melimpah. Sehingga keperluan untuk menerbitkan obligasi belum mendesak. Lembaga pembiayaan juga masih menggunakan internal cash flow atau kredit perbankan untuk berikan pembiayaan kepada nasabah,” ujar Salyadi.


BEI Kantongi IPO 43 Perusahaan, Mayoritas Sektor Konsumer Nonsiklikal

Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi 43 perusahaan dalam proses pencatatan saham di BEI hingga 6 Juni 2022. Total dana yang akan dihimpun dari 43 perusahaan itu Rp 14,1 triliun.

“Sampai dengan 6 Juni 2022, terdapat 43 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham BEI dengan total dana yang direncanakan sebesar Rp 14,1 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan, Senin, 6 Juni 2022.

Adapun rincian sektor perusahaan yang proses penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) antara lain:

-Tiga perusahaan dari sektor basic materials

-Tiga perusahaan dari sektor industrials

-Empat perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

-Sembilan perusahaan dari sektor konsumer non siklikal

-Delapan perusahaan dari sektor konsumer siklikal

-Dua perusahaan dari sektor teknologi

-Dua perusahaan dari sektor healthcare

-Tiga perusahaan dari sektor energi

-Empat perusahaan dari sektor properti dan real estate

-Lima dari sektor infrastruktur

Selain itu, BEI mencatat pipeline rights issue terdapat 33 perusahaan yang akan melakukan aksi korporasi itu hingga 3 Juni 2022. Perkiraan dana yang akan dihimpun dari rights issue mencapai Rp 25,2 triliun.

Kemudian pada pipeline pencatatan efek bersifat utang dan sukuk terdapat 36 emisi yang akan diterbitkan oleh 30 perusahaan dengan perkiraan total dana yang akan dihimpun Rp 44,9 triliun.


Penerbitan Surat Utang

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk sektor-sektor perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan Efek Bersifat Utang dan Sukuk adalah sebagai berikut :

- 17 Perusahaan dari sektor Financials

- 3 Perusahaan dari sektor Infrastructures

- 1 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals

- 2 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate

- 3 Perusahaan dari sektor Industrials

- 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials

- 1 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic

- 1 Perusahaan dari sektor Energy

Nyoman menilai, minat perusahaan yang berencana menghimpun dana dari pasar modal masih kondusif. Ini ditunjukkan dari data pipeline yang akan dicatatkan di BEI baik saham, efek bersifat utang dan sukuk.

Hingga 3 Juni 2022, jumlah perusahaan maupun nilai fundraising yang berada pada pipeline pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk meningkat secara rata-rata sekitar 50 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Berdasarkan catatan kami pada 3 Juni 2022, jumlah perusahaan yang berada pada pipeline pencatatan saham merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir,” ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya