Liputan6.com, Grobogan - Di wilayah Grobogan, Jawa Tengah (Jateng) terdapat salah satu destinasi wisata alam yang unik dan menarik, yakni Bledug Kuwu. Fenomena alam Bledug Kuwu adalah letupan-letupan lumpur yang membumbung dengan ketinggian 1 hingga 3 meter.
Fenomena alam ini berada di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jateng atau sekitar 28 km ke arah timur dari Kota Purwodadi.
Dikutip dari berbagai sumber, fenomena Bledug Kuwu dipercaya sudah ada sejak zaman Kerajaaan Mataran Kuno.
Baca Juga
Advertisement
Masyarakat sekitar memanfaatkan lumpur Bledug Kuwu untuk memproduksi garam secara tradisional. Garam yang dihasilkan dari lumpur Bledug Kuwu ini kemudian dipakai untuk membuat krupuk karak, kuliner khas daerah Grobogan.
Masyarakat sekitar Bledug Kuwu percaya, asal-usul Bledug Kuwu disebabkan sosok bernama Joko Linglung. Konon siluman ular naga bernama Joko Linglung baru saja pulang dari laut selatan setelah mengalahkan Prabu Dewatacengkar.
Kemudian saat ia hendak kembali menghadap Aji Saka, raja Kerajaan Medang Kamulan yang menyuruhnya untuk membunuh sang prabu. Ia melarang Joko Linglung pergi dan pulang dari laut selatan melalui jalur darat karena takut meresahkan warga.
Joko Linglung kemudian membuat jalan di bawah tanah. Di tempat semburan Bledug Kuwu ini lah, konon Joko Linglung muncul ke permukaan dan menghadap Raja Aji Saka di Kerajaan Medang Kamulan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Ritual Rutin
Dari mitologi tersebut, sebagian masyarakat percaya ada sisi magis atau sakti dari letupan lumpur itu. Masyarakat sekitar juga kerap menggelar ritual di Bledug Kuwu pada setiap hari Kamis atau Jumat.
Ritual itu dilakukan masyarakat dengan memberikan sajen berupa pisang raja bagi laki-laki atau pisang kawista bagi perempuan, bunga setaman, kapur sirih, dan air putih. Pengunjung yang melakukan ritual di Bledug Kuwu percaya keinginannya akan dikabulkan oleh para leluhur yang mendiami tempat itu.
Biasanya, orang yang melakukan ritual itu datang dari berbagai kota, dan mereka ingin memperoleh jabatan atau kekuasaan tertentu. Secara ilmiah proses terbentuknya Bledug Kuwu terjadi karena adanya tekanan gas dari dalam bumi yang mampu mendorong naik batuan yang berada di atasnya.
Lokasi Bledug Kuwu berada di zona Randublatung yang memiliki endapan alluvial dan morfologi. Selain itu, daerah itu juga terdapat jalur sesar yang memungkinkan adanya tekanan gas dari dalam bumi.
Endapan alluvial yang berada di zona Randublatung ini memiliki strutur batuan yang lunak. Tekanan gas dari dalam bumi lebih mudah keluar dari dalam di kawasan ini, lalu terbentuklah semburan lumpur tersebut.
Selain itu, sebelum abad ke-17, Pulau Jawa dan kawasan lereng Gunung Muria dipisahkan oleh sebuah selat yang luas dan dalam. Lama-kelamaan selat yang bernama Selat Muria itu semakin dangkal, sehingga tidak dapat dilalui kapal.
Pada saat itulah Bledug Kuwu diinterpretasikan sebagai garis pantai dari Selat Muria. Selain itu diyakini ada air laut dari Selat Muria yang terperangkap, kemudian menyebar di kawasan Bledug Kuwu.
Semburan Bledug Kuwu mengandung gas berwarna putih yang baunya menyengat seperti telur busuk. Gas itu merupakan hidrogen sulfida yang mengandung unsur sulfur atau belerang, selain itu Bledug Kuwu juga menyemburkan gas karbondioksida.
Hal itu dibuktikan ketika lumpur yang disemburkan Bledug Kuwu dimasukkan ke dalam air kapur, air terebut menjadi keruh. Konsentrasi gas karbondioksida di Bledug Kuwu menjadi sangat tinggi dan mematikan pada waktu-waktu tertentu, yakni pada pukul 19.00 hingga 07.00, sehingga ada baiknya untuk tidak mengunjungi area Bledug Kuwu pada waktu-waktu tersebut.
Advertisement