Pasar Kripto Menguat, Analis Peringatkan Potensi Bull Trap

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan, reli singkat yang terjadi pada perdagangan market kripto disebabkan oleh sentimen positif dari risalah the Fed.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 10 Jul 2022, 07:35 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang akhir pekan, pasar kripto tampak membuat hati investor senang. Pergerakan aset kripto, terutama Bitcoin cukup mengejutkan, karena mampu melewati level psikologisnya di atas USD 20.000 atau sekitar Rp 298,9 juta, setelah alami penurunan yang berat.

Secara keseluruhan sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar atau big cap melaju optimis ke zona hijau pada perdagangan Jumat sore, 8 Juli 2022. Misalnya saja, dari pantauan Coinmarketcap, nilai Bitcoin berada di harga USD 21.943 atau melonjak 7,91 persen dalam 7 hari terakhir.

Altcoin lainnya tidak kalah sumringah. Nilai ethereum (ETH) ikut naik 14,01 persen ke USD 1.248 sepekan terakhir. Binance Coin (BNB), Solana (SOL) dan XRP bahkan naik lebih dari 6 persen. Dogecoin (DOGE) dan Cardano (ADA) meroket lebih dari 5 persen seminggu terakhir.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan, reli singkat yang terjadi pada perdagangan market kripto disebabkan oleh sentimen positif dari risalah yang dikeluarkan oleh Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu, 6 Juli 2022. Investor mengamati reaksi pasar terhadap risalah terbaru tersebut, tetapi tampaknya berdampak baik bagi pasar.

"Investor tampaknya sangat menyukai risalah FOMC, sehingga meredakan kekhawatiran komitmen The Fed untuk pengetatan kebijakan moneter. Kenaikan market kripto juga terjadi pada pasar saham yang semakin berkorelasi selama setahun terakhir," kata Afid dalam keterangan tertulis, Jumat, 8 Juli 2022.

Penguatan harga aset kripto juga datang dari sentimen positif dari Ethereum yang sukses merampungkan uji coba The Merge terbarunya di jaringan uji coba bernama Sepolia. 

Kesuksesan ini akan mendekatkan jaringan Ethereum mengubah algoritma konsensusnya dari Proof of Work (PoW) menjadi Proof of Stake (PoS).

Ada pula kabar dari Celsius yang telah membayar utangnya ke platform Maker sebesar USD 440 juta. Hal ini mengindikasikan likuiditas Celsius sudah membaik setelah menghentikan proses penarikan (withdrawals) pada dua pekan lalu.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Strategi

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Selain itu, investor juga masih melakukan strategi buy the dip memanfaatkan situasi makro ekonomi yang sedang mereda. Terlihat dari data on-chain exchange terjadi sedikit lonjakan yang menimbulkan harga terkonsolidasi.

"Market secara keseluruhan masih di masa konsolidasi. Dari data on-chain, aktivitas trading Bitcoin, dari trading volume, long term holder mulai beli. Dari sisi market sekitar 200-400 hari sebelum halving akan ada sedikit koreksi. Kita masih ada di bear market, belum ada tanda-tanda reversal," ujar Afid.

Afid juga mewanti-wanti akan terjadi bull trap. Investor harus masih menunggu data pekerjaan (Nonfarm Payroll/NFP) AS pada akhir pekan ini dan indeks harga konsumen AS minggu depan. 

Dua data tersebut seharusnya menandakan laju inflasi dan apakah The Fed terus agresif menaikkan suku bunga ketika pembuat kebijakan bertemu berikutnya pada 26-27 Juli 2022.

"Perilisan data NFP AS akhir pekan ini bisa saja membuat harga aset kripto putar balik. Dari data historis nya, pergerakan harga aset kripto selalu kembali lesu setiap ada perilisan data makroekonomi terbaru yang negatif,” ujar Afid

“Kalau, Bitcoin untuk memulai fase bullish harus menembus harga di atas USD 23.000, untuk saat ini tren harian masih turun," pungkas Afid.


Bitcoin Berhasil Sentuh Rp 332,8 Juta, Ini Penyebabnya

Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Sebelumnya, pergerakan pasar kripto di tengah pekan ini, terlihat menghijau karena terjadi kenaikkan harga. Sejak awal pekan, pasar terus berjuang untuk tidak anjlok di bawah level psikologisnya yaitu di kisaran USD 20.000 atau Rp 299,3 juta.

Melansir situs Coinmarketcap, pada Jumat (8/7/2022) siang, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap sukses melaju ke zona hijau dalam 24 jam terakhir. Nilai Bitcoin (BTC) melambung 7,11 persen ke USD 22.234 (Rp 332,8 juta) per keping dalam sehari terakhir. 

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, melihat pergerakan pasar kripto yang mengalami kenaikan singkat ini disebabkan karena investor yang mulai bersemangat, setelah melihat dinamika yang terjadi di indeks pasar saham AS. 

Investor melacak pasar saham utama antara lain Nasdaq, S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average semuanya naik, meskipun sedikit. 

"Investor kripto ternyata sedikit bergairah melihat market saham AS yang juga mengalami kenaikan. Hal ini wajar saja, mereka selalu berkaca pada stock market AS, untuk melihat ketertarikan market secara keseluruhan terhadap aset berisiko secara umum," kata Afid dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat, 8 Juli 2022.

Gerak Kripto dan Pasar Saham Makin Selaras

Laporan terbaru Coin Metrics menunjukkan, korelasi antara aset kripto dan indeks saham AS telah mencapai level terkuatnya di kuartal II 2022 sejak Maret 2020. Bisa dibilang Bitcoin dan ekuitas AS bergerak hampir sejajar.

Meski demikian, reli singkat ini kemungkinan diprediksi hanya sementara. Menurut Afid, sentimen utama market kripto belum kondusif. Investor masih mencermati dinamika makroekonomi dan efektivitas pengetatan kebijakan moneter The Fed terhadap tingkat inflasi AS. 

 


Investor Was-Was

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Kemudian, kegagalan platform kripto, Three Arrows Capital (3AC) dan Voyager turut membuat investor was-was. 

"Kondisi market kripto saat ini yang belum kondisi. Masih ada banyak pukulan yang bisa menghantam lebih jauh, mulai dari ketidakpastian makroekonomi, agresivitas The Fed hingga kegagalan sistem ekosistem kripto itu sendiri. Investor meyakini tidak melihat harga naik dalam waktu dekat, kecuali perubahan tak terduga terjadi," ujar Afid.

Afid melihat investor sangat menanti data inflasi AS yang sedianya bakal dirilis pekan depan. Data tersebut mungkin menunjukkan kebijakan moneter The Fed efektif atau tidak. Jika inflasi turun dan indikator ekonomi lainnya juga melanjutkan penurunan, investor mungkin merasa lebih yakin masuk ke pasar kripto.

Khusus untuk pergerakan Bitcoin sendiri, Afid melihat saat ini masih cenderung konsolidasi dan ada potensi penurunan harga di kisaran USD 18.000 hingga USD 20.000. Bitcoin telah 'beristirahat' di atas USD 20.000 untuk hari ketiga berturut-turut.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya