Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah selama sepekan pada 4-8 Juli 2022. Analis menilai, koreksi IHSG terjadi didorong sentimen global seiring kekhawatiran potensi resesi.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melemah 0,80 persen ke posisi 6.740,21 pada 4-8 Juli 2022 dari pekan lalu di posisi 6.794,32. Kapitalisasi pasar turun 0,41 persen menjadi Rp 8.850,22 triliun. Kapitalisasi pasar susut Rp 36 triliun dari pekan lalu di posisi Rp 8.886,50 triliun.
Advertisement
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menuturkan, IHSG bergejolak di pasar seiring kekhawatiran potensi resesi. Selain itu, sentimen lainnya yang bayangi pasar dari sentimen global yaitu inflasi, kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau the Fed lebih cepat, resesi, dan krisis pasokan global.
"Suku bunga naik untuk jaga inflasi dan jumlah uang beredar. Namun, pasokan global apakah bisa penuhi permintaan sehingga diperkirakan harga akan labil dan berada di atas," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (9/7/2022).
Ia menambahkan, berdasarkan laporan Bloomberg, potensi resesi mencapai 38 persen dan semakin naik. Diperkirakan potensi resesi terjadi awal 2023. Dengan perlambatan ekonomi dan inflasi tinggi, menurut Nico membuat minat investasi turun. Sentimen kenaikan suku bunga the Fed juga berpotensi dorong resesi sehingga akan berdampak terhadap kinerja perusahaan.
"Pendapatan perusahaan akan turun diproyeksikan kuartal II dan kuartal III. Pendapatan perusahaan turun 5-10 persen, jadi dicemaskan pasar,” kata dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rata-Rata Transaksi Harian Bursa Merosot
Namun, Nico menilai, sentimen positif berasal dari pemulihan ekonomi China. Ini ditunjukkan dari data PMI yang berangsur-angsur pulih. "Kontribusi China sepertiga dari pasokan global, jadi ini poin positif,” kata dia.
Dari dalam negeri, Nico menuturkan, pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pengaruhi IHSG. Rupiah tembus 15.000 per dolar AS, menurut Nico merupakan hal wajar lantaran Bank Indonesia (BI) tidak menaikkan suku bunga. Hal itu berpotensi membuat aliran dana asing keluar.
Nico menilai, BI memilih untuk memulihkan stabilitas ekonomi dalam negeri sehingga pertahankan suku bunga acuan. Hal itu berdampak terhadap pelemahan rupiah. "BI tidak dapat menyenangkan semua pihak. Memang ada harga yang dibayar (yaitu-red) pelemahan rupiah. BI memilih pemulihan stabilitas ekonomi," ujar dia.
Di sisi lain, data PMI Indonesia, menurut Nico masih berada di batas 50 yang berarti ada ekspansi turut bayangi IHSG.
Selain IHSG dan kapitalisasi pasar yang merosot, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa susut 7,89 persen menjadi 1.039.217 transaksi dari 1.128.267 transaksi pada penutupan pekan lalu. Rata-rata volume transaksi bursa juga melemah 7,36 persen menjadi 17,60 miliar saham dari 19 miliar saham pada pekan lalu.
Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian bursa merosot 10,95 persen menjadi Rp 10,83 triliun dari Rp 12,16 triliun pada pekan sebelumnya.
Adapun pada pekan ini, investor asing melakukan aksi jual saham Rp 2,53 triliun. Investor asing membukukan nilai beli bersih Rp 119,91 miliar pada Jumat, 8 Juli 2022. Sepanjang 2022, investor asing membukukan beli bersih Rp 58,53 triliun.
Advertisement
Total Emisi Obligasi
BEI juga menyampaikan total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2022 adalah 59 emisi dari 45 emiten senilai Rp72,85 triliun.
Dengan pencatatan tersebut maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 497 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp440,92 triliun dan USD47,5 juta, diterbitkan oleh 122 emiten.
Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 156 seri dengan nilai nominal Rp4.869,95 triliun dan USD211,84 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp4,03 triliun.
Pada pekan ini, BEI menyebutkan ada pencatatan empat saham, tiga obligasi, dua sukuk dan dua waran.
Pada Rabu, 6 Juli 2022, Obligasi Berkelanjutan III Global Mediacom Tahap I Tahun 2022 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan III Global Mediacom Tahap I Tahun 2022 yang diterbitkan oleh PT Global Mediacom Tbk resmi dicatatkan di BEI senilai Rp 700 miliar untuk obligasi dan Rp 500 miliar untuk sukuk.
Hasil pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk Obligasi adalah idA+ (Single A Plus) dan untuk Sukuk adalah idA+(sy) (Single A Plus Syariah). Bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Pencatatan Obligasi pada 4-8 Juli 2022
Kemudian, Obligasi Berkelanjutan II Bussan Auto Finance Tahap I Tahun 2022 yang diterbitkan oleh PT Bussan Auto Finance (BAFI) resmi dicatatkan di BEI senilai Rp 100 miliar.
Hasil pemeringkatan PT Fitch Ratings Indonesia (Fitch) untuk Obligasi ini adalah AAA(idn) (Triple A) dan bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kamis, 7 Juli 2022, Obligasi Berkelanjutan IV SMART Tahap I Tahun 2022 yang diterbitkan oleh PT Sinas Mas Agro Resources and Technology Tbk resmi dicatatkan di BEI senilai Rp 1,5 triliun. Hasil pemeringkatan Pefindo untuk Obligasi ini adalah idAA- (Double A Minus) dan bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Mega Tbk.
Selanjutnya, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Mandala Multifinance Tahap II Tahun 2022 yang diterbitkan oleh PT Mandala Multifinance Tbk resmi dicatatkan di BEI senilai Rp 650 miliar.
Hasil pemeringkatan Pefindo untuk Sukuk Mudharabah ini adalah idA(sy) (Single A Syariah) dan bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Advertisement