Liputan6.com, Jakarta - Video vertikal saat ini menjadi sebuah tren tontonan yang banyak digandrungi oleh para pengguna media sosial, khususnya sejak platform TikTok semakin populer di kalangan masyarakat dan anak-anak muda.
Semakin populernya format video vertikal juga diakui oleh kreator konten foto dan videografi Urrofi. Hal ini ia ungkap dalam Main Event #SerunyaBelajar #AdaDiTikTok di MBloc Space, Jakarta, Minggu (10/7/2022).
Advertisement
Dalam pemaparannya, pemilik akun TikTo @urrofi_ ini mengatakan90 persen video vertikal memiliki completion rate yang lebih tinggi dibandingkan dengan video horizontal.
Completion rate sendiri menurut Urrofi bisa diartikan sebagai seberapa besar kemungkinan seseorang menonton dari detik nol sampai videonya habis, berapa pun durasinya.
"Ini sudah jadi salah satu aspek kenapa video vertikal lebih superior untuk zaman sekarang," kata Urrofi.
"Kurang dari 30 persen pengguna itu mau menonton videonya sampai habis kalau konteksnya itu video landscape, dan juga dibanding dengan video vertikal yang 90 persen orang nonton sampai habis," imbuhnya.
Menurut Urrofi, bagi seorang kreator yang membuat video, akan sangat penting dan berharga jika dapat membuat seseorang dapat menonton hasil karya kita sampai habis.
"Apa poinnya kalau kita bikin video tetapi orang tidak menonton sampai habis. Sayang banget," ujarnya.
Founder URRO Films dan URRO Academy ini pun mengungkapkan, ada alasan mengapa orang lebih suka menonton video vertikal ketimbang horizonal. Kata kuncinya adalah intimacy atau keintiman.
"Kalau teman-teman notice, ketika kita menonton video vertikal, kita merasa lebih terkoneksi dengan pembuat videonya," kata Urrofi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Membuat Konten Sebagai Profesional
Urrofi secara pribadi menilai, saat melihat video vertikal, kedekatan audiens dengan kreator jadi terasa lebih dekat, sehingga memunculkan perasaan lebih nyaman dan penyampaian pesan yang lebih baik.
Lebih lanjut, ia mengatakan, apabila kedekatan dapat terbangun, maka kemungkinan seseorang untuk menonton video yang dibuat sampai selesai pun akan lebih besar.
Dari situ, Urrofi pun mengatakan, kreator konten dapat mulai untuk mempertimbangkan pembuatan video vertikal.
"Melihat sekarang ada disrupsi kalau video vertikal itu sudah jadi suatu media yang 'seksi' kenapa tidak kita saja yang cukup agile untuk mengikuti apa yang diinginkan industri sekarang," kata Urrofi.
"Karena ketika video vertikal sudah mendisrupsi, otomatis pasarnya ada. Mayoritas orang mau sama hal itu. Jadi sekarang bagaimana kita sebagai kreator cukup agile untuk bisa menyesuaikan keadaan industri sekarang."
Urrofi sendiri menganggap pembuatan konten sebagai sesuatu yang sifatnya profesional. Dia mencontohkan, seorang dokter apabila malas menangani pasiennya, tentu malah dapat membahayakan nyawa si pasien.
"Jadi ketika kita treat pembuatan konten secara profesional, kita akan lebih memaksakan diri kita. Mungkin kita bisa bikin aturan palsu, jadwal, bagaimana caranya untuk bisa mencapai goal kita dengan target tertentu."
Advertisement
Merry Riana Bagikan Tips Konsisten Bikin Konten di TikTok
Sebelumnya, dalam acara yang sama motivator, influencer, dan kreator konten Merry Riana memberikan tips seseorang bisa lebih konsisten dalam membuat konten-konten di TikTok.
Menurut Merry, yang pertama harus diketahui adalah kata dasar dari "motivasi" adalah "motif." Maka dari itu, cobalah untuk mengingat apa motif untuk menjadi seorang kreator konten dan membuat video.
Merry Riana mengatakan, ketika pertama kali kita memulai, ada rasa percaya diri dalam diri kita.
"Wow, kita tunjukkan kreativitas kita, kita upload, kita nge-post, dan ternyata banyak yang like. Dan itu menginspirasi kita untuk membuat lebih banyak lagi," kata Merry.
Merry mengatakan, apabila seseorang diapresiasi, hal itu menjadi dorongan bagi seseorang untuk berkreasi.
"Tapi tantangannya, tidak setiap saat kita akan diapresiasi, dan ketika kita tidak diapresiasi, apakah kamu akan tetap mau berkreasi atau tidak, nah itu tantangan yang sesungguhnya," kata Merry.
Untuk itu, apabila melihat konten-konten yang bagus seperti di For You Page (FYP) TikTok, Merry menyarankan, penting bagi kamu untuk membuatnya sebagai sebuah inspirasi untuk berkreasi.
"Memang akan sangat mudah untuk kita merasa 'aduh ini keren banget, kayaknya saya tidak bisa untuk bikin storytelling seperti itu.' Ketika kita membandingkan, tiba-tiba kepercayaan diri kalian jadi turun," kata motivator tersebut.
Dua Rumus Konsisten
Merry pun mengatakan, ketika kepercayaan diri berkurang, maka bakat dan talenta pun tidak bisa bertambah seperti dengan seharusnya.
"Jadi pertama-tama, menurut saya ingat kembali, kamu spesial, kamu punya sesuatu yang unik, kamu tidak perlu mengikuti semua yang sudah tren," kata Merry.
"Kalau kamu tidak bisa storytelling, tidak perlu mengikuti yang seperti itu. Ketika kamu lihat saja, yang mana yang menarik menurut kamu 'ini gue banget', 'kayaknya gue bisa,' dari situ kamu bisa mengasah."
Merry pun mengatakan, ada dua rumus untuk dapat menjadi konsisten yaitu "keep doing" dan "keep learning" ("tetap lakukan" dan "tetap belajar"), yang keduanya harus seimbang.
"Banyak orang do, do, do, tapi tidak pernah mau belajar, akhirnya mereka ketinggalan, tidak peduli apa yang sedang tren. Salah. Tapi banyak juga orang keep learning, keep learning, aduh belum sempurna tapi tidak pernah dikerjakan. Salah juga," kata Merry.
Selain itu, temukan juga ritme yang pas denganmu untuk membuat konten, misalnya cukup dengan mulai satu kali dalam sehari.
(Dio/Ysl)
Advertisement