Dosen di Purwokerto Ciptakan Alat Canggih Pengusir Hama Burung Emprit Berteknologi Ultrasonik

Ini juga sekaligus menjadi modernisasi alat pengusir burung sederhana yang selama ini digunakan yaitu hanya berupa rangkaian kaleng dan tali

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jul 2022, 16:00 WIB
Pemasangan alat canggih pengusir burung emprit berteknologi ultrasonik. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Purwokerto - Selama ratusan tahun, petani selalu berhadapan dengan masalah hama yang tak kunjung selesai. Salah satunya adalah hama burung.

Dalam jumlah sedikit, keberadaan burung bisa menambah suasana indah area pertanian. Namun, saat jumlahnya banyak, maka burung, terutama emprit, akan berubah jadi masalah besar.

Karena itu, Dosen Program Studi (prodi) S1 Teknik Telekomunikasi (TT) IT Telkom Purwokerto, Fikra Titan Syifa, menciptakan alat pengusir burung untuk area persawahan.

Area persawahan dipilih menjadi target karena dinilai masih memerlukan penerapan teknologi antihama. Titan menginisiasi adanya sistem otomasi sebagai jawaban atas keluhan para petani mengenai banyaknya hama, utamanya hama burung.

Ini juga sekaligus menjadi modernisasi alat pengusir burung sederhana yang selama ini digunakan yaitu hanya berupa rangkaian kaleng dan tali.

Titan, begitu sapaannya, menciptakan teknologi sistem otomasi dalam bentuk penerapan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan perangkat elektronik, seperti frekuensi akustik pada suara.

Titan memperkenalkan alat tersebut kepada warga saat melakukan pengabdian masyarakat di Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Jawa tengah. Sekitar 21 anggota kelompok tani desa Melung mengikuti acara ini.

“Banyaknya peserta yang hadir pada kegiatan pengmas membuktikan bahwa topik tersebut dapat disambut baik oleh kelompok tani desa Melung. Mereka juga berpartisipasi secara langsung dan terlihat sungguh - sungguh dalam mengikuti pelatihan. Juga aktif bertanya terkait berbagai hal,” ungkap Titan Syifa, dikutip dari keterangan tertulisnya, Minggu (10/7/2022).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Petani Bisa Rakit Sendiri

Petani mengusir burung emprit dengan bunyi-bunyian di Jendi, Selogiri, Wonogiri, Jateng, Kamis (30/12). Puluhan hektar padi terancam gagal panen akibat serangan burung.(Antara)

Dia menjelaskan, materi perakitan rangkaian sendiri terdiri dari teori sinyal frekuensi (infrasonik dan ultrasonik) pada corong loudspeaker alat pengusir burung dan pembacaan rangkaian skematik komponen elektronik untuk membuat alat.

Kemudian proses pemasangan dan pengaturan frekuensi dengan menggunakan IC NE555, Pemasangan catu daya menggunakan aki 12 volt, menghitung jarak titik luas area persawahan, dan Pengenalan komponen elektronika yang diigunakan.

“Hasil dari pelatihan ini nantinya selain memberikan pengetahuan peserta mengenai rangkaian elektronika, yaitu IC NE555, juga dapat mengimplementasikan rangkaian alat pengusir burung secara mandiri,” ucap dia.

Dia menjelaskan, sosialisasi dan pengenalan sendiri telah dilakukan. Kemudian, uji coba dan pemasangan alat di sawah pada 5 Juli 2022, dan yang terakhir penerapan sistem otomatisasi pada 12 Juli 2022.

“Kesimpulan hari ini, para peserta dapat mengikuti materi dengan cermat. Peserta dapat mengenal berbagai komponen elektronika dan memahami konsep gelombang frekuensi sinyal akustik.” jelasnya.

Titan berharap program pengmas ini dapat membantu para petani mengusir hama burung di area persawahan, sehingga kapasitas panen dapat meningkat. Ia juga ingin peserta yang datang juga bisa menyebarluaskan informasi kepada masyarakat sekitar.

“Setelah mengikuti kegiatan ini, saya harap peserta yang hadir juga dapat menyebarluaskan pengetahuan dan informasi tentang alat ini kepada masyarakat sekitarnya, kemudian melakukan pengujian di area persawahan secara langsung,” ujar Titan.

Tim Rembulan

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya