Warga Bumi Tembus 8 Miliar Orang pada 2022, Inilah Negara Terpadat di Dunia

Populasi dunia akan semakin banyak di 2022.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jul 2022, 21:00 WIB
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Tol Dalam Kota, Jakarta, Rabu (18/5/2022). Meningkatnya volume kendaraan di Ibu Kota terjadi karena sejumlah pegawai telah kembali kerja dari kantor atau work from office (WFO). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan bahwa populasi dunia akan bertambah hingga tembus 8 miliar di 2022. Negara mana yang jadi terpadat? India akan menggeser China sebagai negara terpadat di dunia. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Senin (11/7/2022), tonggak populasi keseluruhan itu "adalah pengingat tanggung jawab kita bersama untuk merawat planet kita dan momen untuk merenungkan di mana kita masih gagal memenuhi komitmen kita satu sama lain," kata Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, tanpa menjelaskan maksudnya secara gamblang.

"Ini adalah kesempatan untuk merayakan keragaman kita, mengakui kemanusiaan kita bersama, dan mengagumi kemajuan dalam kesehatan yang telah memperpanjang rentang hidup dan secara dramatis mengurangi angka kematian ibu dan anak," tambahnya, sebagaimana dilansir dari AFP.

Meski demikian, perkiraan Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB mengatakan bahwa angka populasi dunia itu terhitung sebagai peningkatan yang paling lambat sejak 1950.

Populasi dunia diperkirakan mencapai 8,5 miliar pada 2030 dan 9,7 miliar pada 2050, dan mencapai puncak sekitar 10,4 miliar orang pada 2080-an sebelum stabil pada level tersebut hingga 2100.

Sementara penurunan bersih dalam tingkat kelahiran diamati di beberapa negara berkembang, lebih dari setengah perkiraan kenaikan populasi dunia dalam beberapa dekade mendatang akan terkonsentrasi di delapan negara, menurut laporan itu.

Delapan negara tersebut adalah Republik Demokratik Kongo, Mesir, Ethiopia, India, Nigeria, Pakistan, Filipina dan Tanzania.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Indonesia Raih UN Population Award, Komitmen Bidang Populasi Kian Dimaksimalkan

Indonesia meraih Population Award ​dari PBB. (Dok PTRI New York)

Indonesia meraih award di bidang populasi PBB. Pada 13 Juni 2022 di New York, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menerima United Nations on Population Award, oleh Komite UNPA dan UNFPA.

"Penghargaan diberikan kepada BKKBN, sebagai rekognisi atas kepemimpinan BKKBN di bidang populasi, termasuk di sektor kerja sama internasional, pemberdayaan pemuda, inisiatif kependudukan berbasis keagamaan (faith-based), stunting, serta pemberdayaan older persons," ujar PTRI New York seperti dikutip dari situs Kemlu RI, Kamis (15/6).

"Population Award ​dari PBB merupakan bentuk kepercayaan komunitas internasional kepada Indonesia. Momentum ini harus dimaksimalkan untuk dorong kepemimpinan Indonesia di isu kependudukan dan populasi," ujar Wakil Tetap Indonesia untuk PBB di New York, Duta Besar Arrmanatha Nasir dalam pertemuan dengan, Prof. Rizal Damanik (Deputi bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN).

Dubes yang karib disapa Tata itu menyampaikan juga bahwa penghargaan ini merefleksikan besarnya harapan komunitas internasional atas kepemimpinan Indonesia. Lebih lanjut, ia menekankan ada banyak opportunity yang dapat dimanfaatkan guna mendukung kiprah Indonesia dalam isu kependudukan di tingkat internasional.

Termasuk di antaranya adalah Triangular Cooperation dan mekanisme Indonesia AID.

Menyambut pandangan tersebut, Prof. Rizal menyatakan komitmen BKKBN yang berupaya mendorong secara maksimal kerja sama internasional di bidang kependudukan.


Populasi Lansia Meningkat 2 Kali Lipat di 2050, Ancaman Kanker Darah Mengintai

Kanker darah/pixabay

Pada periode tahun 2015 hingga 2050, proporsi populasi dunia di atas 60 tahun atau lanjut usia (lansia) akan naik hampir dua kali lipat, dari 12 persen menjadi 22 persen.

Pada 2030, 1 dari 6 orang di dunia akan berusia 60 tahun atau lebih. Jumlah orang berusia 80 tahun atau lebih diperkirakan tiga kali lipat antara tahun 2020 dan 2050 mencapai 426 juta. 

Data ini diproyeksikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai imbauan bahwa dunia harus bersiap menghadapi masyarakat yang menua.

Dengan laju penuaan yang lebih cepat, salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh semua negara adalah memastikan kesiapan sistem kesehatan dan sosial. Penuaan merupakan dampak dari kerusakan molekul dan sel tubuh dari waktu ke waktu yang mengakibatkan peningkatan risiko penyakit dan kematian.

Salah satu penyakit yang menyerang di usia lanjut adalah kanker darah. Diketahui, darah menyumbang sekitar 8 persen dari berat badan normal manusia dan berfungsi untuk memasok oksigen, nutrisi, hormon, dan antibodi ke seluruh tubuh.

Darah terdiri dari campuran plasma dan sel darah (sel darah merah, sel darah putih dan trombosit). Kanker disebabkan oleh disfungsi dalam pertumbuhan sel.

Dalam tubuh yang sehat, sel darah putih baru secara teratur dihasilkan untuk menggantikan yang lama dan rusak. Namun, pada pasien kanker darah terjadi produksi atau pertumbuhan sel darah yang berlebihan.

 


WHO: Hampir Seluruh Populasi Global Hirup Polusi Udara

Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Tol Dalam Kota, Jakarta, Rabu (18/5/2022). Meningkatnya volume kendaraan di Ibu Kota terjadi karena sejumlah pegawai telah kembali kerja dari kantor atau work from office (WFO). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebanyak 99 persen orang di Bumi menghirup udara yang mengandung terlalu banyak polutan, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (4 April), menyalahkan kualitas udara yang buruk sebagai penyebab jutaan kematian setiap tahun.

Dilansir dari laman Channel News Asia, Selasa (5/4), data terbaru dari badan kesehatan PBB menunjukkan bahwa setiap sudut dunia menghadapi polusi udara, meskipun masalahnya jauh lebih buruk di negara-negara miskin. 

"Hampir seluruh populasi global (99 persen) menghirup udara yang melebihi batas kualitas udara WHO, dan mengancam kesehatan mereka," kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.

Dalam laporan sebelumnya empat tahun lalu, WHO telah menemukan bahwa lebih dari 90 persen populasi global terkena dampaknya, tetapi sejak itu memperketat batasannya, katanya.

"Basis bukti untuk kerusakan yang disebabkan oleh polusi udara telah berkembang pesat dan menunjukkan kerusakan signifikan yang disebabkan oleh tingkat polusi udara yang rendah sekalipun," kata WHO.

 

Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19, Yuk Tetap Taat Protokol Kesehatan. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya