Liputan6.com, Surabaya - Sejak diresmikan oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi apda 28 Mei 2022, Rumah Padat Karya Viaduk yang terletakbdi Jalan Nias, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur, telah berhasil meraup omzet hingga puluhan juta rupiah.
Camat Gubeng Eko Kurniawan Purnomo mengatakan, Rumah Padat Karya tersebut banyak diminati warga Surabaya karena tempatnya yang strategis dan kekinian. Hal itu pun membuar warga ramai-ramai datang ke tempat yang menyenangkan itu.
Advertisement
"Selain kekinian, juga instagramable dan sangat pas untuk tempat meeting bersama teman kantor. Banyak digemari pengunjung, karena suasananya seperti di rumah sendiri, cocok lah untuk ngopi," kata Eko.
Bukan hanya coffee shop saja, kata Eko, tetapi juga ada barbershop (cukur rambut) hingga cuci motor dan mobil. Dari tiga usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) itu, yang paling banyak diminati masyarakat adalah coffee shop, sedangkan barbershop dan cuci kendaraan, menurut Eko masih kurang diminati dan belum maksimal.
Alasan kurang maksimalnya dua usaha tersebut, Eko menjelaskan, karena warga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang bekerja di Rumah Pakar itu masih butuh pelatihan lebih mendalam. Selain itu, tempat untuk cuci motor dan mobil belum maksimal karena tempat yang kurang memadai.
"Sementara ini hanya menjalankan coffee shop, karena yang potong rambut itu ternyata tidak sesuai passionnya. Sedangkan cuci mobil dan motor, tempatnya belum memadai, rencananya di 2023 kami siapkan di Kantor Kelurahan Baratajaya," kata dia.
Memuaskan Pelanggan
Meskipun yang berjalan hanya coffee shop, Rumah Pakar di Viaduk Gubeng cukup memuaskan, yakni meraup omzet hingga Rp88 juta per bulan. Omzet itu nantinya digunakan untuk gaji, biaya operasional dan masih banyak lainnya.
"Ada 23 MBR yang bekerja, masing-masing mendapat gaji antara Rp1,5 juta - Rp 2 juta per bulan," ujar dia.
Agar pendapat meningkat, Eko bersama jajarannya juga mempromosikan Rumah Pakar Viaduk Gubeng melalui sosial media (sosmed). Selain itu, juga menggandeng sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk meningkatkan skil MBR yang bekerja di tempat tersebut.
"Tentunya kita terus melakukan evaluasi. Jadi tidak hanya coffee shop saja, kami juga menghadirkan pelatih dari bidang lain untuk meningkatkan pendapatan sesuai dengan permintaan Pak Wali (Eri Cahyadi) pendapatan MBR bisa sampai Rp4 juta perbulan," kata dia.
Wali Kota Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan, sejumlah aset berupa bangunan rumah milik Pemkot Surabaya dimanfaatkan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), salah satunya sebagai rumah padat karya
Eri menjelaskan, bentuk program padat karya itu dapat disesuaikan dengan kondisi wilayah dan aset yang ada. Dia mencontohkan, ada aset berupa tambak, maka dapat dikelola untuk perikanan oleh MBR di wilayah sekitarnya. Demikian pula jika aset itu berupa lahan kosong, maka bisa dimanfaatkan untuk pertanian atau usaha yang lain.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement