Liputan6.com, Washington, DC - Pemerintah Amerika Serikat mencurigai bahwa Iran akan menjual drone ke Rusia. Jumlah drone yang akan dikirim Iran berpotensi mencapai ratusan.
Dilaporkan BBC, Selasa (12/7/2022), Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan berkata Iran sedang berupaya untuk melatih pasukan Rusia untuk menggunakan drone mereka. Namun, Sullivan berkata drone-drone tersebut belum dikirim.
Baca Juga
Advertisement
Jake Sullivan turut berkomentar bahwa drone Iran juga sebelumnya digunakan oleh pemberontak Houthi di Yaman.
Kekuatan drone sangat berpengaruh dalam konflik Rusia-Ukraina. Jake Sullivan menyebut penggunaan drone oleh Rusia juga memicu biaya untuk perawatan drone tersebut.
Pekan lalu, Ukraina meminta negara-negara sahabatnya untuk mengirim ribuan drone untuk membantu upaya mereka melawan Rusia. Sejumlah warga bahkan menyumbangkan drone mereka untuk melawan Rusia.
Justin Bronk dari Royal United Services Institute (RUSI) menjelaskan bahwa drone berukuran kecil dapat berguna untuk pengintaian, dan memberikan tayangan video secara langsung. Namun, ia mengingatkan bahwa alat elektronik untuk menangkal drone juga sudah makin efektif.
Kolonel Oleksii Noskov, asistem panglimat angkatan bersenjata Ukraina, menyebut bahwa drone bisa melakukan pengintaian hingga lebih dari 2.000 kilometer.
"Armada drone dapat membuat kita secara konstan memonitor garis depan sepanjang 2.470 kilometer dan menerapkan respons efetif terhadap serangan musuh dengan teknologi modern," ujar Noskov.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Roket Milik Rusia Tewaskan 15 Orang di Area Pemukiman Ukraina
Sedikitnya 15 orang tewas dan sekitar 20 lainnya dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan setelah roket Rusia menghantam sebuah blok apartemen di Chasiv Yar, sebuah kota di timur Ukraina, kata para pejabat.
Dilansir BBC, Minggu (10/7), lima korban telah dibawa keluar dalam kondisi hidup.
Jumlah korban tewas diberikan oleh seorang pejabat layanan darurat Ukraina.
Satu sisi bangunan lima lantai itu terkoyak, meninggalkan gunung puing. Chasiv Yar berada di dekat kota Kramatorsk, di wilayah Donetsk.
Donetsk adalah fokus dari dorongan Rusia. Gubernur wilayah itu Pavlo Kyrylenko mengatakan kehancuran itu disebabkan oleh roket Uragan Rusia.
Seorang korban selamat bernama Lyudmila mengatakan kepada kantor berita Reuters "kami berlari ke ruang bawah tanah, ada tiga pukulan, yang pertama di suatu tempat di dapur."
"Yang kedua, saya bahkan tidak ingat, ada kilatan, kami berlari menuju pintu masuk kedua dan kemudian langsung ke ruang bawah tanah. Kami duduk di sana sepanjang malam sampai pagi ini."
Pada hari Sabtu kementerian pertahanan Rusia melaporkan bahwa pasukannya telah menghancurkan hanggar yang menyimpan howitzer M777 AS di Chasiv Yar.
Advertisement
Korban Reruntuhan
BBC tidak dapat memverifikasi rincian serangan terhadap Chasiv Yar di tempat kejadian.
Veronika Bakhal dari layanan darurat Donetsk mengatakan kepada BBC setidaknya 20 orang diyakini masih berada di bawah reruntuhan di Chasiv Yar, termasuk satu anak.
Dia berkata: "Kontak bahasa dengan tiga orang di bawah reruntuhan telah terjalin dan sedang dipertahankan."
"Yaitu, kami tahu pasti bahwa ada orang yang masih hidup. Tindakan sekarang sedang diambil untuk menyelamatkan mereka."
Dia juga mengatakan blok apartemen lima lantai lainnya telah dihantam di dekatnya - dalam hal ini atapnya sebagian hancur dan petugas pemadam kebakaran telah memadamkan api di sana.
Tidak ada mayat yang ditemukan di lokasi itu, katanya.
Pertahanan Pasukan Ukraina
Pasukan Ukraina telah memperkuat pertahanan di sekitar Kramatorsk dan Slovyansk - dua kota di Donetsk di jalur ofensif Rusia.
Setelah merebut wilayah Luhansk, Rusia bertujuan untuk mengambil sisa Donetsk.
Kedua wilayah tersebut terdiri dari industri Donbas, yang diklaim oleh Presiden Vladimir Putin sebagai bagian dari Rusia.
Korban tewas warga sipil Chasiv Yar adalah salah satu yang tertinggi di Donetsk sejauh ini, kata Bakhal, meskipun penembakan Rusia terhadap Mariupol menyebabkan lebih banyak kerusakan dan korban.
Advertisement