Studi: Virus Cacar Monyet Bermutasi Sangat Cepat di Eropa dan Amerika Utara

Penelitian terbaru menunjukkan virus cacar monyet bermutasi sangat cepat di Eropa dan Amerika Utara.

Oleh DW.com diperbarui 16 Jul 2022, 10:01 WIB
Ilustrasi virus penyebab cacar monyet. Credits: pixabay.com by Geralt

, Berlin - Penelitian terbaru menunjukkan virus cacar monyet bermutasi sangat cepat di Eropa dan Amerika Utara. Studi ini menunjukkan betapa sedikit informasi yang kita ketahui tentang virus tersebut.

Virus cacar monyet yang menyebar di Amerika Serikat, Eropa, dan Inggris bermutasi sangat cepat. Hal ini dipaparkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Portugal dan diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine. Studi ini menawarkan pandangan paling mendalam pada susunan genetik virus tersebut.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan melakukan sekuens urutan genom virus. Genom adalah materi genetik suatu organisme, dan dalam kasus virus, genom memberi informasi kepada peneliti mengenai apa virusnya, apa fungsinya, dan bagaimana kemungkinan penyebarannya.

Untuk riset ini, para peneliti mengambil sampel dari 15 pasien cacar monyet dan membandingkan genom virus yang telah menginfeksi pasien, dikutip dari laman DW Indonesia, Sabtu (16/7/2022).

Para peneliti menemukan semua pasien memiliki strain cacar monyet yang dapat ditelusuri kembali ke wabah virus sebelumnya pada 2018-2019 di Inggris, Israel, dan Singapura, di mana virus aslinya berasal dari Nigeria. Namun, tes menunjukkan bahwa virus telah bermutasi 50 kali. Angka itu 12 kali lebih banyak dari perkiraan para peneliti, setelah wabah sebelumnya pada tahun 2018.

"Data ini jadi tantangan besar, terkait apa yang diketahui tentang tingkat mutasi cacar monyet," kata penulis studi Joao Paulo Gomes, seorang peneliti di Institut Kesehatan Nasional Portugal.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 


Cacar Monyet Afrika Barat Fatalitasnya Lebih Rendah

Ilustrasi Cacar Monyet (Istimewa)

Ada beberapa hal yang sudah diketahui tentang cacar monyet, dan pengurutan genom terbaru telah membantu para peneliti memahami wabah saat ini dengan lebih baik.

Pertama, jenis virus dalam wabah saat ini bermutasi dengan kecepatan yang luar biasa.

Kedua, wabah mungkin dimulai dengan satu kasus infeksi, yang menulari orang lain di acara besar, yang memicu penyebaran virus secara masif.

Penelitian ini juga memaparkan, strain virus ini merupakan bagian dari clade cacar monyet Afrika Barat, yang umumnya dilaporkan kasusnya di Kamerun barat dan Sierra Leone dan tingkat fatalitasnya atau angka kematian kurang dari 1%. Clade didefinisikan sebagai sekelompok organisme yang dapat ditelusuri kembali ke nenek moyang yang sama atau garis keturunan genetik yang sama.

Sementara itu, ada clade umum lain dari cacar monyet yang dikenal sebagai clade "Afrika Tengah". Clade ini lebih banyak ditemukan di lembah Kongo dan memiliki tingkat fatalitas hingga 10%.

 


Masa Inkubasi Cacar Monyet Membuatnya Sulit Dilacak

Ilustrasi virus cacar monyet. Credits: pixabay.com by Alexandra_Koch

Masa inkubasi cacar monyet yang berkisar antara 5 hingga 21 hari, membuat pergerakan virus ini sulit dilacak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi "kasus indeks" atau kasus pertama, yang dikonfirmasi sebagai orang yang melakukan perjalanan dari Nigeria ke Amerika Serikat pada awal Mei.

Namun, para peneliti di Portugal membantah klaim itu. Mereka manyebutkan ada kasus yang dikonfirmasi di Portugal dan Inggris pada akhir April.

Jika klaim para peneliti di Portugal benar, maka sesungguhnya para ilmuwan hanya mengetahui sedikit informasi mengenai virus yang menjadi wabah di Eropa dan Amerika saat ini. Termasuk bagaimana virus itu berkembang dan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.

Dari Mana Wabah Cacar Monyet Dimulai?

Para ilmuwan menulis dalam makalah studi mereka, tentang kemungkinan virus itu diimpor dari negara endemik cacar monyet seperti Nigeria, tetapi mereka tidak dapat mengesampingkan kemungkinan lain.

Para ilmuwan juga memikirkan kemungkinan virus menyebar secara diam-diam, melalui transmisi manusia atau hewan lain di negara-negara nonendemik seperti Inggris atau Singapura, setelah wabah 2018-2019. Para peneliti juga belum menemukan kejelasan, apakah varian virus yang bermutasi lebih ganas dari versi aslinya.

"Para penulis menggambarkan jumlah mutasi virus yang sangat tinggi, tetapi implikasinya terhadap tingkat keparahan penyakit atau penularannya tidak jelas,” papar Hugh Adler, seorang peneliti di Liverpool School of Tropical Medicine yang memberikan tanggapan pada makalah tersebut. Dia tidak terlibat dalam penelitian.

"Kami belum mengidentifikasi perubahan tingat keparahan penyakit klinisnya pada pasien yang didiagnosis dalam wabah saat ini," jelas Adler. Ia telah bekerja dengan pasien cacar monyet di Inggris selama wabah sebelumnya.

 


Riset Cacar Monyet Masih dalam Tahapan Dini

Layar televisi menampilkan suhu badan penumpang yang berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (15/5/2019). Hewan-hewan yang umumnya terinfeksi cacar monyet seperti primata, tupai, tikus atau hewan pengerat lainnya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Cacar monyet adalah virus zoonosis DNA untai ganda. Virus DNA bermutasi lebih lambat daripada virus RNA, seperti yang menyebabkan COVID-19. Namun, kita umumnya kurang banyak pengetahuan tentang virus ini. Para peneliti di Portugal hanya mengutip satu studi lain tentang genetika virus.

Adler mengatakan studi tentang genetika virus "masih dalam tahapan awal."

"Kami memiliki sekuens genom, jadi kami mengetahui seperti apa gen tersebut,” kata Adler. "Tetapi, untuk benar-benar memahami, apa yang mereka lakukan dan implikasinya pada evolusi, jika gen berubah, sejauh ini hanya ada sedikit penelitian yang sudah dilakukan, dibandingkan dengan banyak virus besar lainnya yang kita ketahui."

Adler mengatakan, penelitian oleh tim Gomes di Portugal telah memberikan wawasan baru yang "menarik" tentang biologi cacar monyet. Namun, Adler jga menyoroti, penelitian itu dilakukan karena karena kasus penyebaran virus saat ini terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi.

"Jika komunitas global mengalokasikan sumber daya ilmiah yang sama, untuk wabah cacar monyet di Afrika, kita mungkin sudah memiliki basis pengetahuan yang lebih kuat," kata Adler.

Cacar monyet pertama kali ditemukan pada seekor monyet pada tahun 1958 dan kasus infeksi pertama pada manusia ditemukan pada tahun 1970 pada seorang bocah di Republik Demokratik Kongo.

Infografis Mengenal Cacar Monyet yang Menginfeksi Manusia (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya