WHO: Gelombang Baru COVID-19, Tanda Pandemi Belum Berakhir

Kehadiran gelombang baru COVID-19 menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 13 Jul 2022, 12:46 WIB
Resor kasino MGM Grand Makau ditutup di Makau, Senin (11/7/2022). Jalan-jalan di pusat perjudian terbesar di dunia, Makau, kosong pada Senin setelah kasino dan sebagian besar bisnis lainnya diperintahkan ditutup untuk menahan wabah virus corona terburuk. (AP Photo/Kong)

Liputan6.com, Jakarta Mungkin Anda sudah bosan atau muak dengan COVID-19 dan ingin pandemi ini segera berakhir. Sayangnya, saat ini tengah terjadi gelombang baru infeksi COVID-19 di banyak negara di dunia. Kehadiran gelombang ini menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir.

"Gelombang baru virus ini menunjukkan COVID-19 belum berakhir. Virus ini berjalan-jalan bebas," wanti-wanti Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada 12 Juli 2022.

Dalam dua pekan terakhir memang terjadi peningkatan kasus global. Beberapa negara alami kenaikan kasus termasuk di Tanah Air dan Singapura akibat BA.4 dan BA.5.

Menurut Tedros, ketika virus meningkat, perlu usaha manusia untuk mendorong agar virus tersebut terkendali.

"Virus ini berjalan-jalan bebas. Dan, negara-negara tidak efektif mengelola beban penyakit berdasarkan kapasitasnya, baik dari rawat inap untuk kasus akut hingga peningkatan jumlah orang dengan kondisi pasca kena COVID-19 atau long COVID," sebut Tedros mengutip Channel News Asia, Rabu, 13 Juli 2022.

Tedros mengimbau bagi negara-negara yang alami peningkatan kasus untuk segera mengetatkan kembali protokol kesehatan mulai dari pakai masker, perbaikan ventilasi, hingga testing COVID-19.

"Ketika angka penularan COVID-19 naik dan angka orang yang dirawat di rumah sakit naik maka, pemerintah harus meminta untuk masyarakat melakukan hal-hal seperti memakai masker, memperbaiki ventilasi dan meningkatkan tes dan perawatan," katanya.


Angka Testing Banyak Negara Turun, Hambat Deteksi Kasus

Petugas Puskesmas Taman Sari melakukan skrining Covid-19 dengan swab tes dan PCR di pusat perniagaan Glodok, Jakarta, Jumat (11/2/2022). Pemerintah terus berupaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 khususnya varian omicron untuk wilayah Taman Sari Jakarta Barat. (merdeka.com/Imam Buhori)

Komite Darurat WHO untuk COVID-19 pada Jumat lalu lewat konferensi video mengatakan bahwa pandemi tetap jadi Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian.

WHO Executive Director for Health Emergencies, Mike Ryan mengatakan perubahan kebijakan banyak negara dalam menurunkan angka testing bisa menghambat deteksi dan kasus dan pemantauan evolusi virus.

Ryan juga mengatakan keprihatinan atas pengurangan tajam dalam pengujian, yang mengakibatkan berkurangnya pengawasan dan pengurutan genom.

"Ini menghambat penilaian varian virus yang saat ini beredar dan muncul. Serta sulit untuk 'membaca' tren penularan," kata Ryan.

Ryan mengatakan mengatakan evolusi virus dan karakteristik varian yang muncul tetap "tidak pasti dan tidak dapat diprediksi" bila tidak ada langkah-langkah untuk mengurangi penularan meningkatkan kemunculan varian baru.

"Bisa memunculkan varian baru, varian dengan tingkat virulensi berbeda, lalu potensi varian virus yang bisa menyelinap masuk tubuh karena kemampuan immune escape," kata Ryan.


Kasus COVID-19 Global Naik

Ilustrasi tes PCR (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

WHO melaporkan bahwa kasus COVID-19 global mengalami peningkatan empat minggu berturut-turut sejak puncak terakhir pada Maret 2022.

COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 99 yang dirilis pada 6 Juli menunjukkan, selama minggu 27 Juni hingga 3 Juli 2022, lebih dari 4,6 juta kasus baru dilaporkan. Angka ini sama dengan minggu sebelumnya.

Meski begitu, jumlah kematian mingguan baru turun 12 persen, dengan lebih dari 8.100 kematian dilaporkan.

Di tingkat regional, jumlah kasus mingguan baru meningkat di Wilayah Mediterania Timur (29 persen), Wilayah Asia Tenggara (20 persen), Wilayah Eropa (15 persen), dan Wilayah Pasifik Barat (4 persen).

Sedangkan, penurunan terjadi di Wilayah Afrika (33 persen) dan Wilayah Amerika (18 persen).


6 Juta Kematian Akibat COVID-19

Proses pemakaman pasien Covid-19 isolasi mandiri di TPU Pondok Kelapa, Jakarta, Selasa (13/7/2021). Para pasien isolasi mandiri ini meninggal karena berbagai alasan, mulai dari terlambat mendapatkan pertolongan, rumah sakit penuh hingga tidak terpantau dengan baik. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Jumlah kematian mingguan baru meningkat di Wilayah Mediterania Timur (34 persen) dan Wilayah Asia Tenggara (16 persen). Sementara, penurunan diamati di Wilayah Afrika (50 persen), Wilayah Amerika (13 persen), Wilayah Eropa (12 persen) dan Wilayah Pasifik Barat (12 persen).

Hingga 3 Juli 2022, lebih dari 546 juta kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 6,3 juta kematian telah dilaporkan secara global sejak awal pandemi.

“Tren ini harus ditafsirkan dengan hati-hati karena beberapa negara telah berubah secara progresif dari sisi strategi tes COVID-19. Jumlah keseluruhan tes yang dilakukan lebih rendah dan akibatnya lebih rendah pula jumlah kasus yang terdeteksi,” mengutip laporan WHO pada 7 Juli 2022. 

Infografis Waspada Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya