Jepang Tunda Rencana Program Subsidi Perjalanan Setelah Kasus COVID-19 Melonjak

Program subsidi perjalanan domestik di Jepang semula dijadwalkan pada paruh pertama Juli 2022.

oleh Asnida Riani diperbarui 13 Jul 2022, 10:07 WIB
Penumpang berjalan melalui aula kedatangan di Bandara Internasional Haneda Tokyo, Jumat (18/2/2022). Pemerintah Jepang mengumumkan rencana untuk melonggarkan aturan perbatasan virus bagi pekerja dan pelajar. (AFP/Philip Fong)

Liputan6.com, Jakarta Setelah kasus COVID-19 melonjak, pemerintah Jepang berencana menunda peluncuran program subsidi perjalanan domestik untuk penduduk Jepang. Program ini semula direncanakan berjalan di paruh pertama Juli 2022, melansir Japan Today, Rabu (13/7/2022).

Awalnya, kampanye subsidi perjalanan diharapkan jadi versi perpanjangan program serupa yang saat ini diterapkan di tingkat prefektur untuk mendorong perjalanan lokal di antara penduduk lokal. Sementara, pemerintah Jepang dilaporkan akan melanjutkan subsidi terbatas daerah hingga akhir Agustus 2022.

Meski ada penundaan, pejabat pemerintah telah mengesampingkan pembatasan pergerakan orang. Menteri Kesehatan Jepang, Shigeyuki Goto, menyatakan keprihatinan tentang peningkatan infeksi lebih lanjut selama periode liburan musim panas. Namun, ia mengatakan, "Kami tidak berpikir situasi saat ini memerlukan kontrol pergerakan."

Satuan tugas penanganan COVID-19 di Jepang telah menyusun serangkaian rekomendasi pada pemerintah Negeri Sakura pada Selasa, 12 Juli 2022. Ini termasuk tes laboratorium gratis yang diperluas dan dukungan keuangan untuk industri pariwisata.

Catatan kasus di Tokyo kemarin mencerminkan gambaran nasional, dengan pemerintah metropolitan melaporkan 11.511 infeksi virus corona baru, lebih dari dua kali lipat level seminggu sebelumnya. Angka-angka itu membuat ibu kota melewati 10 ribu kasus untuk pertama kali sejak 16 Maret 2022.

Rata-rata kasus baru selama tujuh hari adalah 8.941 per hari, naik 136,6 persen pada minggu sebelumnya. Satu kematian juga dikonfirmasi. Angka-angka baru muncul setelah Shigeru Omi, kepala panel pakar COVID-19 pemerintah, mengatakan bahwa Jepang "tidak diragukan lagi memasuki" gelombang ke-7 infeksi virus corona.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Program Subsidi Pemerintah Jepang

Ilustrasi jalanan di Tokyo, Jepang. (Sumber foto: Pexels.com)

Jepang mencatat lebih dari 76 ribu kasus COVID-19 pada Selasa, 12 Juli 2022, lebih dari dua kali lipat dibandingkan seminggu sebelumnya. Itu juga melampaui angka 70 ribu untuk pertama kali sejak 3 Maret 2022 di tengah tanda-tanda negara itu sedang mengalami gelombang infeksi ke-7.

Rekor infeksi satu hari dicatat di 12 prefektur termasuk prefektur barat daya Okinawa, yang melihat 3.436 infeksi dan empat kematian. Lonjakan kemungkinan didorong subvarian BA.5 dari varian Omicron yang dikatakan sangat menular.

Soal penundaan program subsidi perjalanan domestik di Jepang sebenarnya sudah berembus sejak pekan lalu. Ketika pemerintah jadi semakin khawatir tentang peningkatan kasus COVID-19 di seluruh negeri, keraguan tentang dimulainya program subsidi perjalanan domestik mulai menyeruak.

Di bawah kampanye subsidi terbaru, wisatawan Jepang akan diberikan diskon dan kupon senilai maksimal 11 ribu yen (sekitar Rp1,2 juta) per pelancong setiap harinya untuk digunakan membayar perjalanan dan pengeluaran lain, seperti makan dan berbelanja. Pada pertengahan Juni 2022, Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida mengatakan, kampanye akan dimulai pada paruh pertama Juli 2022, asalkan situasi infeksi membaik.


Kembali Menerima Turis Asing

Penumpang berjalan melalui aula kedatangan di Bandara Internasional Haneda Tokyo, Jumat (18/2/2022). Pemerintah Jepang mengumumkan rencana untuk melonggarkan aturan perbatasan virus bagi pekerja dan pelajar. (AFP/Philip Fong)

Sebelumnya dilaporkan bahwa setidaknya ada 1.300 wisatawan mancanegara yang telah mendaftar untuk bepergian ke Jepang dengan tur berpemandu. Peningkatan itu terjadi sejak Negeri Sakura membuka kembali pengajuan visa bagi turis asing, bulan lalu, menurut lembaga pemerintah setempat.

Koichi Wada, Kepala Badan Pariwisata Jepang, mengatakan bahwa lebih dari 300 aplikasi telah diterima untuk bulan ini, dengan sekitar seribu aplikasi mulai Juli 2022 dan seterusnya. "Kelompok pertama (turis asing yang tiba di Jepang) terdiri dari sejumlah kecil orang," ia mengatakan tanpa mengungkap kebangsaan wisatawan mancanegara dalam kelompok yang dimaksud.

Wada berharap catatan turis asing yang masuk ke Jepang perlahan naik, dengan sebagian besar kedatangan berasal dari negara-negara Asia Tenggara. Ia juga menyebut Korea Selatan dan Amerika Serikat sebagai asal turis asing lainnya yang diandalkan.

Terlepas dari pelonggaran aturan terkait pandemi COVID-19, turis asing yang masuk ke Jepang tetap diminta mematuhi langkah-langkah pencegahan infeksi, termasuk memakai masker. Mereka juga diwajibkan mengambil asuransi kesehatan sebagai tindakan antisipasi jika tertular COVID-19 selama berada di negara itu.


Masih Terbatas

Perempuan berkimono di lorong Kyoto, Jepang. (dok. pexels.com/Satoshi Hirayama)

Operator paket wisata di Jepang wajib menjelaskan pada pelanggan bahwa mereka mungkin tidak dapat bepergian jika tidak mengikuti pedoman. Agen perjalanan perlu memasukkan informasi perjalanan wisatawan, seperti nama, nomor paspor, dan tempat tinggal mereka di situs web pendaftaran imigrasi negara tersebut sebelum mengajukan dan memperoleh visa.

Pemerintah Jepang memulai kembali prosedur penerimaan turis asing pada 10 Juni 2022. Mereka mengambil langkah awal untuk meningkatkan pariwisata inbound untuk kali pertama dalam sekitar dua tahun terakhir.

Relaksasi aturan ini terbatas untuk orang-orang dari 98 negara dan wilayah yang dianggap berisiko rendah untuk penularan virus corona. Beberapa negara itu termasuk Amerika Serikat, Inggris, Cina, Korea Selatan, Indonesia, dan Thailand.

Namun demikian, pemerintah Jepang belum mengindikasikan kapan akan mulai mengizinkan pelancong individu lagi. Dikatakan keputusan yang tepat akan dibuat pada relaksasi lebih lanjut berdasarkan faktor-faktor tertentu, termasuk situasi infeksi virus di dalam dan luar negeri.

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya