Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan melambat menjadi 4,1 persen pada 2022, setelah kebijakan nol-Covid-19 dan lockdown berkepanjangan di Shanghai melumpuhkan ekonomi terbesar kedua di dunia dan memukul rantai pasokan global.
Hal itu diungkapkan dalam survei tertulis oleh Nikkei dan Nikkei Quick News terhadap para ekonom yang berspesialisasi dalam ekonomi China.
Advertisement
Survei yang dilakukan pada Juni 2022 ini menerima tanggapan dari sebanyak 35 ekonom.
Dilansir dari Nikkei Asia, Rabu (13/7/2022) produk domestik bruto China diperkirakan tumbuh hanya 1,1 persen pada periode April-Juni 2022.
Angka itu merupakan perlambatan yang cukup besar, dibandingkan dengan pertumbuhan PDB China 4,8 persen pada kuartal I.
Berdasarkan penyesuaian musiman dan kuartal-ke-kuartal, para ekonom dalam survei tersebut memperkirakan penurunan sekitar 1,4 persen selama April hingga Juni, menandai kontraksi kedua sejak kuartal I 2020, ketika Covid-19 pertama kali merebak di Kota Wuhan.
Kepala ekonom untuk China di HSBC, Jing Liu memperkirakan kenaikan PDB China 1 persen pada periode April-Juni 2022. Hal ini dikarenakan penyebaran Covid-19 yang mempengaruhi produksi dan konsumsi di negara itu.
"Kami memperkirakan pukulan terburuk dari Covid-19 kemungkinan akan terjadi di kuartal II. Data dengan frekuensi yang lebih tinggi menunjukkan bahwa produksi dan konsumsi telah dipengaruhi oleh penyebaran virus yang lebih luas," kata Jing Liu.
"Baru-baru ini, produksi telah melihat pemulihan yang lebih cepat tetapi konsumsi mungkin berpulih secara bertahap karena ketidakpastian lanjutan seputar penyebaran Covid-19 lebih lanjut dan tekanan pasar tenaga kerja yang meningkat," bebernya.
Sebagai informasi, Kota Shanghai, yang menjadi pusat ekonomi di China memberlakukan lockdown selama dua bulan sejak akhir Maret 2022 ketika pihak berwenang berusaha menahan lonjakan kasus Covid-19.
Meski pemulihan pasca lockdown Covid-19 diperkirakan akan terjadi pada paruh kedua tahun ini, para ekonom meyakini target resmi pertumbuhan ekonomi China 5,5 persen tidak akan dapat dicapai di 2022.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Normalisasi Kegiatan Ekonomi China Pasca Lockdown Covid-19 Membutuhkan Waktu
Sementara menurut Wei Yao, kepala ekonom Asia dan China dari Societe Generale, kondisi ekonomi China akan cerah di Juni 2022.
"Normalisasi yang tepat memungkinkan pemulihan ekonomi untuk mengumpulkan kecepatan pada bulan Juni. Namun, jaringan parut dan goncangan kepercayaan dari lockdown ini mungkin memiliki dampak jangka panjang pada perusahaan dan rumah tangga," kata Yao.
Perkiraan para ekonom untuk pertumbuhan ekonomi China year-on-year pada periode April-Juni berkisar dari positif 3,8 persen hingga kontraksi seperti yang diprediksi oleh para ekonom dari Atradius, ING dan UBP.
Xiaojia Zhi, kepala penelitian untuk Asia ex-Japan di Credit Agricole CIB, yang memperkirakan ekonomi China akan tumbuh 4 persen.
"Mengingat kecepatan pemulihan pasca-Covid-19 yang lambat dan tidak merata, kami pikir normalisasi kegiatan ekonomi berikutnya masih akan memakan waktu," jelasnya.
"Saat ini, investasi aset tetap sebagian besar didorong oleh percepatan pengeluaran pemerintah," kata Xie Yaxuan, kepala analis makro di China Merchants Securities.
"Tapi investasi aset tetap juga menghadapi kendala seperti penurunan laba perusahaan yang diharapkan dan meningkatnya tekanan pada pendapatan pemerintah daerah," lanjut dia.
Advertisement
Sejumlah Ekonom Masih Optimis Soal Ekonomi China Pasca Lockdown Covid-19
Namun, beberapa ekonom lainnya juga masih optimis akan pertumbuhan ekonomi China, meski menghadapi dampak lockdown Covid-19.
Mihoko Hosokawa, eksekutif riset di Mizuho Bank, melihat pertumbuhan PDB China tahun ini sebesar 4,7 persen.
"Diharapkan kebiasaan traveling dan makan di luar akan pulih seiring dengan pelonggaran kebijakan pengendalian Covid-19," ujarnya.
"Dengan perluasan investasi infrastruktur, ekonomi diperkirakan akan turun pada pertengahan 2022 dan pulih pada paruh kedua tahun ini," ungkap Hosokawa.
Adapun kepala ekonom di ICBC International Cheng Shi, mengatakan bahwa "Investasi infrastruktur adalah momentum utama untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini".
Ditambahkannya, rebound ekspor dan konsumsi akan membantu mendorong perekonomian, sementara pemulihan di sektor properti diharapkan pada kuartal terakhir tahun 2022.
Ricky Choi, kepala ekonom di Bank of East Asia, memperkirakan keringanan pajak lebih lanjut atau subsidi pemerintah akan membantu meningkatkan konsumsi rumah tangga, terutama pada mobil dan peralatan elektronik.
Sedangkan menurut Irene Feng, ekonom China di Credit Suisse, total pengeluaran fiskal China diperkirakan akan mencapai 11,3 persen dari PDB pada tahun 2022, sebanding dengan tahun 2020.
Feng juga mengatakan bahwa potongan pajak yang diumumkan sejauh ini berjumlah 1,64 triliun yuan.