Liputan6.com, Jakarta - Fantom adalah platform kontrak pintar terdesentralisasi sumber terbuka untuk DApps dan aset digital yang dibuat sebagai alternatif untuk Ethereum.
Dilansir dari Coinmarketcap, Fantom memiliki tujuan untuk mengatasi keterbatasan blockchain generasi sebelumnya dan menyeimbangkan tiga komponen yaitu skalabilitas, keamanan, dan desentralisasi.
Advertisement
Proyek ini menawarkan seperangkat alat untuk menyederhanakan proses integrasi DApps yang ada, serta sistem hadiah yang terperinci dan instrumen DeFi bawaan. Fantom memiliki token kriptonya sendiri yang disebut FTM Coin.
Fantom Foundation merupakan pihak yang mengawasi Initial Coin Offering (ICO) FTM Coin. Fantom awalnya dibuat pada 2018, namun diluncurkan bersamaan dengan mainnet Fantom, OPERA, pada Desember 2019.
Opera ini adalah lapisan pengembangan aplikasi atau platform penyebaran mainnet Fantom, DApps hosting tanpa izin dan sumber terbuka. Berkat integrasi EVM dan dukungan untuk bahasa pemrograman Solidity, Fantom memiliki kemampuan kontrak pintar yang lengkap.
Hal ini memungkinkan pengguna untuk berinteraksi secara mulus dengan platform Ethereum sambil mempertahankan keuntungan efisiensi transaksi Fantom.
Fantom adalah blockchain Layer-1 yang menggunakan mekanisme konsensus awal dan lapisan konsensus independen, Lachesis, untuk memfasilitasi DeFi dan layanan terkait berdasarkan kontrak pintar.
Lachesis juga menyediakan keamanan untuk lapisan lain, termasuk Opera, rantai kontrak pintar yang kompatibel dengan EVM Fantom. Misi jangka panjang dari proyek ini adalah untuk “memberikan kompatibilitas antara semua badan transaksi di seluruh dunia.”
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pendiri Fanthom
Pendiri Fantom
Fantom Foundation didirikan oleh ilmuwan komputer Korea Selatan Ahn Byung Ik. Saat ini, CEO platform adalah Michael Kong.
Tim di belakang Fantom memiliki pengalaman luas terutama di bidang pengembangan blockchain full-stack, dan bertujuan untuk menciptakan platform kontrak pintar yang mengutamakan skalabilitas, desentralisasi, dan keamanan.
Menurut situs resminya, tim Fantom juga terdiri dari insinyur spesialis, ilmuwan, peneliti, perancang, dan pengusaha. Karyawan berada di seluruh dunia, sesuai dengan etos platform terdistribusi.
Harga FTM Coin
Berdasarkan data Coinmarketcap, Rabu (13/7/2022), harga FTM Coin adalah Rp 3.514 dengan volume perdagangan 24 jam sekitar Rp 1,6 triliun.
FTM melemah 5,96 persen dalam 24 jam terakhir. Sedangkan untuk peringkat Coinmarketcap saat ini adalah 63 dengan kapitalisasi pasar Rp 8,9 triliun. Hingga saat ini telah terjadi peredaran suplai sekitar 2,5 miliar FTM Coin dari maksimal suplai 3,1 miliar FTM Coin.
Advertisement
Pasar Kembali Koreksi, Ini Sentimen yang Bayangi Kripto
Sebelumnya, pergerakan pasar kripto sepekan terakhir cukup bervariasi. Hal ini juga terjadi indeks saham Amerika Serikat (AS) dan aset kripto terlihat berjaya pekan lalu, tetapi pada Senin, 11 Juli 2022, kripto terpantau kembali melemah.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengungkapkan, ada beberapa penyebab yang membuat pasar kripto kembali tertekan.
Nilai Bitcoin (BTC) merosot 3,44 persen dalam sehari terakhir dengan nilai di USD 20.563 atau sekitar Rp 307,8 juta per keping. Kemudian, nilai Ethereum (ETH) juga ambles 3,37 persen ke USD 1.149 per keping di waktu yang sama. Dari pergerakan ini investor terlihat menjauh dari aksi price actions di akhir pekan lalu.
"Investor menjadi ragu-ragu kembali melakukan aksi beli, setelah melihat data ketenagakerjaan AS terbaru, di mana tingkat pengangguran pada Juni sebesar 3,6 persen, tidak berubah dari Mei lalu dan sesuai dengan perkiraan. Data tersebut bisa mendorong The Fed untuk mengerek suku bunga acuannya lebih tinggi untuk meredam inflasi,” ungkap Afid kepada Liputan6.com, Senin, 11 Juli 2022.
Efek domino dari kenaikan suku bunga acuan The Fed adalah meningkatkan tingkat imbal hasil instrumen berpendapatan tetap. Hasilnya, selera investor kripto dan saham juga bisa semakin pudar, sehingga menyebabkan penurunan nilai.
"Di samping itu, terlihat dari data on-chain exchange, banyak investor yang terlihat buru-buru menjual asetnya dan melakukan aksi ambil untung setelah melihat aset kripto reli di akhir pekan lalu,” ujar Afid.
Sentimen di Pasar Kripto
Sentimen pekan ini, tampaknya investor akan memilih wait and see menanti perilisan data inflasi AS Juni pada Rabu, 13 Juli 2022. Implikasinya, harga-harga pasar kripto kemungkinan masih bakal bergerak stagnan sepanjang pekan ini.
Mengingat tekanan makroekonomi masih cukup tinggi pekan ini, Afid mengatakan investor bisa berharap harga-harga aset kripto akan melakukan retest level support-nya berulang kali. Sepertinya, penguatan Bitcoin akan sangat rapuh.
"Nilai BTC pun sejatinya belum mencapai titik bottom yang sebenarnya, yakni di kisaran USD 11.000 hingga USD 12.000 per keping. Level support utama BTC masih di USD 17.000, jika bitcoin jatuh lebih dalam, akan menjadi sinyal yang kuat menuju titik bottom dalam waktu dekat,” ujar Afid
Oleh karena itu, menurut Afid, investor diharapkan tidak perlu panik dan tetap tenang untuk mengatur strategi investasinya menggunakan Dollar Cost Averaging (DCA) karena kondisi yang belum stabil.
Advertisement