DW - Banyak penyewa rumah di Jerman yang belakangan menerima surat dari perusahaan properti mereka, yang isinya mengingatkan tentang kenaikan harga gas secara drastis menghadapi musim dingin akhir tahun ini.
Dilansir DW Indonesia, Rabu (13/7/2022), salah satu perusahaan perumahan di Berlin mengumumkan kenaikan 100% harga pemanas untuk apartemen yang dipanaskan dengan menggunakan gas atau minyak. Apakah harga ini akan naik lagi nanti, masih belum jelas. Karena harga energi masih akan terus naik. Asosiasi perusahaan perumahan GdW menghitung bahwa setiap rumah tangga harus menganggarkan sampai 3.800 euro per tahun hanya untuk kenaikan harga energi.
Advertisement
Ini merupakan masalah serius bagi warga berpenghasilan rendah atau menengah, kata asosiasi perumahan yang mewakili pemilik dan penyewa rumah di negara bagian Sachsen.
"Ini menyentuh masalah eksistensial bagi banyak keluarga, para politisi harus memahami itu," katanya dalam sebuah pernyataan.
Masyarakat tidak hanya dibebani oleh kenaikan harga energi, melainkan juga inflasi yang terus mencatat rekor tertinggi selama puluhan tahun terakhir. Menteri Ekonomi Robert Habeck telah mendesak warga Jerman untuk sedapat mungkin menghemat energi agar persediaan gas bisa ditingkatkan menghadapi musim dingin pada akhir tahun.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penghematan Konsumsi Energi
Perusahaan perumahan terbesar Jerman, Vonovia, menyatakan akan untuk mengurangi suhu pemanasan ruangan di rumah-rumah yang dikelolanya dari 18 menjadi 17 derajat Celcius pada malam hari, untuk menghemat konsumsi energi sampai 8%.
Jaringan pipa gas dari Rusia ke Jerman, Nord Stream 1, akan ditutup untuk pekerjaan rutin pemeliharaan jaringan mulai hari Senin (11/07) yang akan berlangsung selama 14 hari.
Apakah setelah itu Rusia kembali akan mengalirkan gas ke Jerman, masih belum pasti. Kalaupun gas masih mengalir, apakah volume sebanyak biasanya atau berkurang?
Pemerintah Jerman saat ini sedang bersiap menghadapi situasi terburuk. Undang-undang darurat energi sudah disahkan untuk mengatur penjatahan gas bagi industri.
Selain itu, Undang-undang Keamanan Energi juga menetapkan perpanjangan operasi pembangkit listrik tenaga batu bara yang sebenarnya sudah diutuskan untuk berhenti beroperasi.
Hal ini untuk menggantikan kapasitas pembangkit listrik berbahan bakar gas, sehingga gas yang ada dapat dialihkan untuk kebutuhan pemanasan gedung dan perumahan.
Advertisement
Kenaikan Harga Gas
Di samping itu, pemerintahan koalisi di Berlin juga akan menyelamatkan perusahaan pemasok gas yang saat ini terancam bangkrut karena kenaikan harga gas. Salah satunya adalah perusahaan gas terbesar Jerman, Uniper.
Sejak pertengahan Juni, Uniper hanya menerima 40% gas dari perusahaan Rusia Gazprom dengan harga rendah sesuai kontrak. Kekurangan pasokan harus dibeli Uniper di pasaran internasional dengan harga jauh lebih tinggi.
Namun perusahaan itu tidak bisa menaikkan harga gas kepada pelanggan karena terikat kontrak jangka panjang.
Pemerintah Jerman kini memutuskan untuk memberi miliaran dana talangan dalam bentuk penyertaan modal, sebagaimana yang pernah dilakukan terhadap maskapai penerbangan Jerman Lufthansa di masa puncak pandemi corona.
Ketika itu, pemerintah Jerman menyalurkan dana talangan 9 miliar euro dalam bentuk penyertaan modal untuk menyelamatkan Lufthansa. Setelah Lufthansa berangsur pulih, perusahaan itu membeli kembali sahamnya dari pemerintah. Karena harga sahamnya naik, pemerintah Jerman bahkan masih membukukan keuntungan dari operasi penyelamatan ini.
Persediaan Gas Menipis
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan lembaga penelitian ekonomi Prognos akhir Juni, disebutkan bahwa jika Rusia menghentikan sama sekali pemasokan gas ke Jerman, persediaan gas di Jerman akan mampu menyediakan pasokan selama empat minggu, setelah itu persediaan gas menipis dan distribusi gas harus diatur dengan penjatahan.
Menurut UU Jerman, perumahan warga harus menjadi prioritas. Itu berarti, penjatahan akan dilakukan pada perusahaan dan indsutri.
Studi Prognos mengatakan, kelangkaan gas pertama-tama akan memengaruhi sektor-sektor yang banyak menggunakan gas, seperti baja, pengolahan besi, sektor bahan kimia, dan produksi kaca, dengan produksi diperkirakan akan turun sekitar 50%. Prognos memperkirakan, jika tidak ada lagi pasokan gas dari Rusia, perekonomian Jerman bisa turun sampai 12,7% pada akhir tahun ini.
Advertisement