Liputan6.com, Tokyo - Hong Kong, Jepang, dan Korea Selatan sudah mulai ancang-ancang menghadapi lonjakan kasus COVID-19. Jepang pun sudah resmi menyatakan masuk gelombang 7.
Berikut rangkuman kondisi di tiga lokasi tersebut:
Advertisement
1. Hong Kong
Berdasarkan data situs Coronavirus pemerintah Hong Kong, Kamis (14/7/2022), kasus baru hingga Kamis kemarin telah mencapai 2.943 kasus. Saat ini, Hong Kong berada di gelombang 5 sejak Desember 2021.
Pada 7 Juli 2022, South China Morning Post melaporkan prediksi ahli kesehatan bahwa angka kasus harian bisa naik hingga 6.000 dalam dua minggu ke depan karena efek pelonggaran aturan travel ke China Daratan.
2. Jepang
Sebelumnya dilaporkan, Jepang telah memasuki gelombang ketujuh infeksi COVID-19. Lonjakan diduga akibat penyebaran subvarian BA.5 dari varian Omicron yang lebih menular.
Namun, panel pakar COVID-19 di pemerintah Jepang memutuskan untuk tidak dulu menaikkan level pembatasan sosial jika warga berusaha melawan virus ini.
"Saya bilang jika semua orang melakukan yang bisa mereka lakukan, maka saat ini tidak perlu menerapkan pembatasan pergerakan," ujar Shigeru Omi, penasihat virus corona pemerintah Jepang, dikutip Kyodo, Selasa (12/7).
3. Korea Selatan
Dilaporkan Yonhap, Senin (11/7/2022), Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol sedang bersiap untuk melawan lonjakan kasus COVID-19. Perintah pun diberikan kepada Perdana Menteri Han Duck Soo untuk melakukan persiapan yang bersifat ilmiah.
"Presiden Yoon mendiskusikan situasi COVID-19 terbaru dengan Perdana Menteri Han, dan mendorong pemerintah, dengan perdana menteri di posisi sentral, untuk bersiap secara menyeluruh untuk kebangkitan COVID-19," ujar juru bicara kepresidenan Kang In Sun.
Pada Kamis ini, situs Kementerian Kesehatan Korea Selatan mencatat 39 ribu kasus harian.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kasus Dominan di RI
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 mendominasi 80 persen kasus COVID-19 di Tanah Air.
Bahkan, lanjut Menkes Budi, kasus COVID-19 di DKI Jakarta 100 persen adalah kedua Subvarian Omicron baru tersebut.
"Sekarang di Indonesia, BA.4 dan BA.5 sudah lebih dari 80 persen dari varian yang kita genome sequence, bahkan di DKI Jakarta sudah 100 persen itu adalah BA.4 dan BA.5," kata Budi dalam Siaran Pers Terkait Rapat Terbatas Evaluasi PPKM di Kantor Presiden, Senin, 4 Juli 2022.
Sebelumnya, Budi terlebih dulu menyinggung mengenai kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi hampir di seluruh dunia. Baik di Eropa, Amerika, maupun negara di Asia.
Menurut Menkes, berdasarkan hasil edukasi dengan epidemiolog, hal ini disebabkan kurangnya kewaspadaan dari beberapa negara, serta terlalu terburu-buru mengendurkan protokol kesehatan.
Indonesia dengan populasi yang jauh lebih banyak, disebut Budi relatif jauh lebih baik dalam menghadapi gelombang Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
"Karena para masyarakat itu relatif lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan dan juga dalam menjalankan vaksinasi," ujarnya.
Oleh sebab itu, masyarakt diimbau agar tidak mengendurkan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah, yaitu tetap pakai masker ketika berada di dalam ruangan, kerumunan, atau kondisi tidak sehat harus konsisten dijalankan.
"Bebas kalau di ruangan terbuka," Menkes Budi Gunadi Sadikin menambahkan.
Advertisement
Muncul Anak BA.2 Omicron, Ilmuwan Cermati Subvarian Baru BA.2.75
Virus Corona penyebab COVID-19 masih ada. Usai BA.4 dan BA.5, kini kembali muncul subvarian baru dari Omicron yang disebut BA.2.75.
Subvarian yang juga dijuluki “Centaurus” ini pertama kali terdeteksi di India. Kini BA.2.75 telah muncul di setidaknya 10 negara lain termasuk Jepang, Jerman, Inggris, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.
Para peneliti juga menyebutnya sebagai varian "generasi kedua" karena dikembangkan dari subvarian BA.2 omicron.
Jumlah kasus global sejauh ini rendah, sehingga sulit untuk mengumpulkan informasi yang solid tentang urutan virus.
"Data yang ada tentang varian ini sejauh ini masih minim," kata Ulrich Elling, ahli genetika dan biologi molekuler di Akademi Ilmu Pengetahuan Austria, mengatakan kepada DW. "Tapi itu memiliki beberapa atribut yang membuat kami memerhatikannya," dikutip Senin (11/7).
Subvarian baru ini memiliki delapan mutasi protein lonjakan tambahan dibandingkan dengan BA.2, strain asalnya. Lokasi mutasi ini membuat para ilmuwan khawatir bahwa BA.2.75 mungkin dapat lolos dari kekebalan yang telah dibangun orang terhadap BA.2.
Dengan kata lain, seseorang yang terkena strain BA.2 Omicron dapat tertular COVID lagi jika bersentuhan dengan BA.2.75.
Elling menekankan bahwa sejauh ini, para ahli tidak tahu pasti tentang subvarian baru. Tetapi fakta bahwa BA.2.75 mampu menyebar setidaknya di tiga wilayah berbeda di India, negara yang telah mengalami gelombang BA.2, tampaknya menjadi indikator lain dari kemampuan BA.2.75 untuk lolos dari kekebalan.
Kasus COVID-19 Naik, DPR Minta Imbauan Pakai Masker Jadi Perhatian
Kasus COVID-19 di Indonesia kembali menunjukkan kenaikan dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi ini harus jadi perhatian. Masyarakat bisa merespons dengan meningkatkan kedisiplinan dalam menggunakan masker.
Anggota Komisi IX DPR, Muchamad Nabil Haroen, mengatakan masyarakat jangan sampai lengah. Imbauan-imbauan untuk penggunaan masker harus benar-benar jadi perhatian. Presiden Joko Widodo tegas menyampaikan masyarakat harus kembali menggunakan masker baik di dalam maupun di luar ruangan.
"Imbuan Presiden Joko Widodo penting sekali saat ini. Kita jangan sampai lengah terhadap lonjakan COVID-19. Kita jangan sampai kecolongan dua atau tiga kali. Jadi, saat ini kita harus waspada dan ketat secara prosedur untuk situasi normal baru. Penggunaan masker jadi penting," kata Nabil, Rabu (13/7).
Selain itu, Nabil meminta pemerintah memperketat pintu masuk di imigrasi, kawasan perbatasan, bandara, dan pelabuhan. Sebab di sini, mobilitas orang sangat tinggi.
"Sangat penting untuk kita kawal. Ini harus jadi prioritas kita," tambahnya.
Advertisement